33. Rumah Baru

98 42 183
                                    

I'm comeback 🐣
Udah siap spam comment?

Ayokk lah, cusssss.

---------

"Jaga diri baik-baik, Non. Pak Ujang teh pulang dulu," pamit Pak Ujang setelah mengeluarkan koper Hauraa dara bagasi mobil.

Hauraa mengangguk sembari tersenyum, "hati-hati, Pak."

Pak Ujang pun mengangguk mantap dan masuk kedalam mobil. Sejurus kemudian, mobil yang dikendarai Pak Ujang pun perlahan berjalan meninggalkan Hauraa yang masih berdiri di ambang gerbang.

Yah, kini Hauraa telah sampai di rumah keduanya. Rumah sementaranya untuk satu tahun kedepan. Tempat ia menuntut ilmu dan memperdalam kajian agamanya.

Dan detik ini juga, perjalanan hidupnya yang baru akan segera dimulai. Entah awal dari kebahagiaan atau sebaliknya. Yang jelas, ia tidak akan pernah menyesali keputusannya ini. Itulah tekatnya.

Dengan ucapan basmallah, Hauraa pun mulai melangkah masuk. Tanpa sadar, senyumnya terbit. Entah kenapa, hatinya merasa nyaman, tenang dan tentram. Belum lagi melihat para santriwati yang berkeliaran menggunakan sarung, ciri khas santriwati. Senyumya semakin kentara. Ia jadi membayangkan dirinya kala memakai sarung. Oh, sunggung lucu, pikirnya.

"Assalamualaikum," sapa wanita paruh baya yang ada di depan Hauraa. Hauraa yang sedari tadi melemparkan pandangannya pada santriwati, kini beralih menatap wanita paruh baya tersebut.

"Waalaikumsalam," jawab Hauraa.

Wanita paruh baya tersebut tersenyum, sembari memegang kedua pundak Hauraa. Hauraa mengikuti pergerakan tangan halus wanita paruh baya tersebut. Tentu saja Hauraa bingung atas perlakuan wanita paruh baya itu.

"Akhirnya kau datang juga Hauraa. Saya sudah menunggumu sejak lama," ucap wanita paruh baya tersebut dengan sangat lembut.

Hauraa semakin bingung dibuatnya. Bagaimana tidak? Seingat Hauraa, ia belum memperkenalakan namanya, tapi kenapa wanita paruh baya ini bisa mengetahui namanya? Lagi pula, ia juga merasa tidak pernah bertemu wanita paruh baya ini.

Melihat raut kebingungan di wajah Hauraa, wanita tersebut terkekeh. Sudah ia duga, gadis kecil ini tidak akan mengingatnya.

"Jangan terlalu banyak berpikir! Beristirahat lah! Kau pasti lelah," ucap wanita tersebut.

Hauraa mengangguk ragu. Kemudian ia menatap sekitarnya. Kemana ia akan beristirahat?

"Anak yang baik. Menggemaskan sekali." Wanita paruh baya tersebut kembali berucap. Tangannya mengusap kepala Hauraa dengan lembut.

Hauraa masih bingung akan hal ini. Banyak pertanyaan bermunculan di benaknya. Siapa wanita ini? Itulah salah satu dari sekian banyaknya pertanyaan yang sedari tadi menghantui pikirannya.

Namun, Hauraa yakin, wanita ini memiliki peran yang sangat penting di sini. Lihat saja! Akibat interaksi mereka, banyak pasang mata para santriwati yang menatap mereka.

Terlebih lagi wanita tersebut mengusap kepala Hauraa dengan lembut. Hauraa bisa mendengar berbagai jeritan pelan dari mereka. Yah, mereka iri. Mereka ingin berada di posisi Hauraa saat ini.

"Aisha," panggil wanita paruh baya tersebut.

Sedetik kemudian, terlihat seorang gadis yang sedari tadi berdiri tidak jauh dari mereka pun mendekat. Hauraa yakin, dialah gadis bernama Aisha tersebut.

Jika dilihat dari sudut pandang Hauraa. Gadis tersebut cukup cantik, baik dan sopan. Mengenai umur, Hauraa yakin mereka sebaya.

"Iya, Ustadzah," sahut gadis bernama Aisha tersebut. Sangat sopan, batin Hauraa.

BIRU [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang