30. Mencari Solusi

98 39 109
                                    

Berpisah untuk masa depan?
Ketahuilah!
Itu sungguh menyakitkan.

*******

Seminggu sudah sejak kejadian di taman mini kemarin. Namun, sampai saat ini Hauraa terus menghindari Kenny. Hatinya sudah terlampau sakit melihat adegan tak wajar kemarin.

Dengan teramat baik ia merelakan hatinya terusik hanya untuk kebaikan Kenny. Namun, yang dimaksud tak menghargai sama sekali. Malah menoreh luka dan tak menghargai. Sadis eii..

Sedang Kenny, sudah berbagai cara ia lakukan untuk bisa berbicara pada Hauraa. Namun, Hauraa terus saja menghindar dan menjauhinya. Bahkan, di acara pelepasan kakak kelas 12 saja Hauraa tak hadir.

"Bismillah, insyaAllah ini yang terbaik," ucapnya sambil memasukan helai baju terakhir kedalam koper.

Lalu, ia melirik surat pindah yang ia minta dari pihak sekolah tempo hari lalu. Kemudian tersenyum kecut.

"Makasih ya Allah. Dengan kejadian kemarin, aku semakin yakin buat pindah sekolah," ucapnya lalu tersenyum.

Sebelum kejadian minggu lalu. Ia sempat ragu untuk mengikuti persyaratan dari kedua orang tuanya. Namun, sekarang ia yakin.

Mengenai Charlina?
Oh, tentu dia tidak setuju. Bagaimana jadinya dia jika Hauraa tidak ada? Tentu dia sangat kehilangan.

Tak puas juga ia merengek, agar Hauraa mengurungkan niatnya. Namun percuma, Hauraa telah yakin akan keputusanya.

Flashback on

"Ra, please. Jan pindah! Ya? Ya? Ya?" mohonya penuh harap.

"Gak bisa, Char. In-"

"Lo tega ninggalin gue? Ntar gue duduk sama siapa? Gue nyontek sama siapa? Yang ngomelin gue siapa?" matanya sudah berkaca-kaca.

"Apaan sih. Kayak gue pergi gak balik aja. Ntar juga gue balik, Char," sanggah Hauraa

"Gak usah pindah, napa?"

"Ini syarat dari, Abi. Kalau gue gak pindah, Abi gak ngizinin gue jadi dokter," jelas Hauraa.

"Ya udah, gak usah jadi dokter!" putus Charlina seenaknya.

"Gak bisalah. Kan itu cita-cita gue dari kecil," sangkal Hauraa.

"Terus, lo tega ninggalin gue? Hah?" tanya Charlina. Matanya semakin manas.

"Ya udah," sahut Hauraa akhirnya.

Charlina melotot seketika. Apa? Ya udah? Waww. Akhirnya Hauraa berubah pikiran, batinnya.

"Nah, gitu dong! Ini baru sahabat gue," kata Charlina semangat, sambil menepuk dadanya. Uhuyyy.

"Lo mau?" tanya Hauraa bingung.

"Sangat-sangat mau wahai, Hauraa Nadilla Azzahra. Sahabatku tercinta, tersayang seluruh dunia." Charlina mulai mendramatis.

Hauraa menghla nafas. "Oke. Kalau gitu gue gak jadi berangkat besok. Gue tunda."

"Lo? Lo? Kok ditunda?" tanya Charlina bingung.

Hauraa mengangguk. "Kan nunggu lo siap-siap."

"WHATT?! Gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Siap-siap? Mau kemana? Traveling?" Sambungnya.

"Pesantren lah."

"Tunggu-tunggu! Gue siap-siap? Pesantren?" ujarnya berpikir keras. Tangannya terbuka lebar kearah Hauraa. Persis seperti memberi tanda untuk stop.

BIRU [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang