t i g a p u l u h e n a m

339 40 0
                                    

Kelap-kelip lampu menggantung menerangi sekitarnya, jejeran penjual sibuk melayani pembeli. Pasar malam dipenuhi oleh banyak manusia saat ini. Garisa dengan Arunika tidak melewatkan kesempatan seminggu sekali ini, keduanya sangat antusias setiap kali hari ini tiba, dimana berbagai macam makanan penuh kenikmatan tertangkap kedua bola mata dan itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mereka membeli banyak makanan, berpindah dari satu stand ke stand lainnya.

Skala dan Sadega mengekori dari belakang, keduanya secara langsung diacuhkan begitu saja. Gadis-gadisnya terlalu bersemangat hingga melupakan kehadiran mereka. Skala mendengus melihat Garisa mengumbar tawa ke salah satu penjual yang bergender sama dengannya, awas saja jika menggoda gadisnya.

"Harusnya gue nolak pas Arun ajak ke sini tadi." ucap Sadega. Lelaki dengan celana ripped jeans dan kaos hitam juga sepatu converse putih itu menghembuskan nafas berat.

Tadi gadisnya memang mengusulkan untuk datang ke tempat ini, Sadega pikir hanya akan membeli satu atau dua makanan kemudian pergi. Namun perkiraan lelaki itu salah, gadisnya dengan cepat turun dari motor dan sibuk memilih makanan. Begitupun dengan Garisa.

Skala disebelahnya mendelik, senyum mengejeknya tercetak. "Emang berani?"

"Lo kan tau gue enggak bisa nolak kemauan tuh cewe." sanggah Skala.

"Bucin." Lelaki dengan kaos putih dibalut jaket jeans, celana jeans hitam, sepatu senada dengan Sadega ditambah topi yang menambah kesan boyfriend material itu mencibir sambil terkekeh.

Sadega berdecak. "Dih, ngaca ya bangsat. Lo lebih parah dari gue." sambar Sadega.

Dilain tempat, Garisa dan Arunika menatap binar pada hidangan dihadapan. Telur gulung, salah satu jajanan yang tidak pernah mengecewakan jika soal rasa. Garisa sampai memesan lima belas tusuk, begitu juga dengan Arunika.

"Makasih ya bang." ucap Garisa setelah pesanannya jadi. Penjual itu membalas dengan senyum seusai memberi sekantung plastik lagi pada Arunika yang isinya sama.

"Lo mau beli apa lagi, Sa?" tanya Arunika, kedua tangannya sudah dipenuhi beberapa kantung plastik.

"Aku lagi cari es pisang ijo nih, lagi pengen banget nyobain. Kata Mila itu enak." sahut Garisa, matanya menyapu ke seluruh arah.
"Abis itu pengen tahu gejrot, kayaknya enak." sambung Garisa.

Arunika menggeleng dengan wajah melongo, apa sahabatnya itu bercanda. Tangannya bahkan sudah kelebihan menggenggam, ini udah mau nambah lagi. Apa kabar perutnya yang disuguhkan macam-macam makanan itu nanti. "Udah banyak banget loh ini, bahkan punya lo melebihi punya gue. Semua stand makanan lo borong, masih kurang juga." sambar Arunika.

Garisa terkekeh mendengarnya. Memang iya sih, hampir semua penjual jajanan ringan hingga berat ia beli. Saku celana Arunika bergetar, ia merogohnya mengeluarkan benda persegi dari sana.

"Sebentar, ya." ujar Arunika sedikit menjauh, Garisa mengangguk. Selang beberapa menit Skala bersama Sadega mendekat.

"Arun ngapain?" tanya Sadega.

Garisa mengangkat bahu. "Ada yang telpon tadi." balas Garisa.

Skala membenarkan helaian rambut Garisa yang tertiup angin. "Udah belum?"

Garisa mendongak kemudian menggeleng tegas. "Belum, sebentar lagi ya, La." sahut Garisa. Skala mengangguk, membantu gadis itu membawa belanjaannya.

SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang