Jam istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, kantin begitu ramai oleh para murid. Di salah satu meja yang menjadi pusat perhatian dan di impikan kaum hawa, tiga lelaki tampan menatap jengah pada gadis mereka yang sibuk memperhatikan sesuatu dibalik layar ponsel yang menyala. Tidak menghiraukan tatapan menyelidik dari sang pacar, ketiga gadis itu asik tertawa sambil sesekali mengulum senyum malu.
"Gila! Rama ganteng banget sumpah." ucap Senja menggebrak meja heboh. Lintang yang notabenenya adalah pacar Senja hampir tersedak jus jeruk yang ia minum, ketika mendengar sang gadis memuji lelaki lain tanpa menganggapnya disini.
Sabar gue mh, masih gue pantau! Batin Lintang.
Garisa di sebelahnya bertepuk tangan girang, menggigit gemas kuku jemarinya. "Kayak oppa-oppa korea ih, gemes banget." Skala yang mendengarnya menatap sinis.
Ganteng gue kemana-mana kali. Batin Skala.
"Astagfirullah! Perutnya kotak-kotak euy, ah mantap." Senja terus bersorak heboh, sedangkan Lintang hampir merasakan panas ditubuhnya terutama bagian dalam. Lelaki itu belum bertindak namun memperlihatkan tatapan maut. Dan Senja belum menyadari itu.
"Aduh, Rama kecakepan ini mah jadi cowo." ucap Arunika.
"Rama siapa sih?" tanya Sadega tiba-tiba. Ia muak mendengar ketiga gadis itu terus menyerukan heboh nama seorang lelaki, yang diketahui sebagai Rama.
Arunika menoleh sekilas pada kekasihnya. "Ini loh teman aku sama Garisa waktu smp dulu, sekarang ganteng banget." sahutnya.
"Ngapain puji dia ganteng?"
Garisa mendelik menatap Skala yang bertanya tidak suka yang ketara itu. "Loh emang ganteng kok, kenapa sih." ucap Garisa.
Skala berdecak malas, kepekaan gadisnya tidak berlaku sekarang. Lelaki itu menarik kursi Garisa agar mendekat dengannya. "Ya, lo engga usah ikutan puji dia juga. Ngapain sih gue kurang ganteng emang?" ujar Skala menahan kesal.
"Apasi kamu kok gitu, orang aku puji dia tuh karena menghargai ciptaan Tuhan. Engga salah dong." sergah Garisa, gadis itu memalingkan wajah.
"Lagian Rama emang ganteng." bela Senja.
"Tau, kalian kenapa sih sewot banget." timpal Arunika.
Lintang menyenggol lengan Skala di sampingnya membuat lelaki setengah kesal itu menoleh malas. Lintang mendekatkan bibirnya pada telinga Skala, membisikan sesuatu yang menciptakan seringai maut keluar. Lalu Skala menarik bahu Sadega dan mengisyaratkan sesuatu yang sama. Lantas ketiganya saling pandang dengan tersenyum miring.
"Weh, anjir si Ajeng cantik banget." ujar Lintang lantang dan tidak kalah heboh. Spontan ketiga gadis yang mendengar suara berat lelaki memuji perempuan lain itu menoleh serempak. Senja sudah melayangkan tatapan sinis pada lelaki itu.
"Seksi lagi." tambah Sadega. Arunika melebarkan matanya tidak percaya.
Apaansih Sade! Batinnya.
"Idaman nih." sahut Skala membuat Garisa refleks mencubit kuat lengan lelaki itu hingga meringis kuat.
"Sakit dong, apaan sih." ucap Skala sambil memberengut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]
Novela Juvenil(𝐭𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐢) Awalnya, semua berjalan normal. Seperti biasanya. Namun saat itu, Skala tiba-tiba mendapat sebuah pesan dengan cara memuakkan...