e m p a t p u l u h t i g a

571 35 0
                                    

(Source by pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Source by pinterest.)

Garisa menatap dirinya dari pantulan kaca dengan senyum yang merengkah Indah menghiasi wajah polesan make up yang menambah kesan begitu cantik, anggun, dan dewasa disatu penampilan. Bahkan penata rias sampai berdecak kagum atas hasil riasannya pada wajah Garisa, yang sangat memuaskan dan candu untuk dipandang.

Suara ketukan pintu membuat fokus mereka teralihkan beberapa saat. Gina masuk dengan kebaya modern hitam yang terlihat sempurna ditubuhnya. Memberikan senyum hangat pada putrinya, Gina menghampiri Garisa berdiri dibelakang sembari memegang kedua pundak anak gadisnya yang terlihat gugup.

“Cantiknya anak Mama.” pujian mulus itu terlontar dari mulut Gina, Garisa memperlihatkan senyumnya lewat pantulan kaca.

“Mama jangan gitu, Risa malu.” cicit Garisa memainkan kuku jemarinya dibawah meja.

Gina terkekeh kecil diikuti tawa beberapa perias yang masih berada didalam sana. “Loh emang benar cantik kok. Masa ya Mama harus bilang kamu jelek.” Sahut Gina.

“Cantiknya emang kelewatan ya jeng, saya telat jadiin Risa jadi calon mantu.” ujar salah satu perias bernama Anara, salah satu teman SMA Gina. Gina tertawa renyah sama sekali tidak menghilangkan keanggunannya.

“Harusnya anak kamu gerak cepat.” sambar Gina, merasa tidak keberatan dengan candaan yang diberikan. Tawa yang lain pecah memenuhi isi kamar, sedangkan seorang gadis cantik disana sudah menahan malu dan canggung berada ditengah-tengah para ibu-ibu.

Skala menunggu dibawah, jantungnya terus berdengup kencang sekarang. Ia menegak salah satu minuman yang sudah disediakan. Acaranya tidak begitu ramai, tapi dihadiri oleh keluarga besar Garisa dan Skala juga kelima inti Alastor dengan pasangannya masing-masing.

“Gue akuin lo ganteng, La.” suara itu membuat Skala tersenyum bangga, ia melirik sekilas pada Lintang yang sedang menatapnya lekat dari bawah sampai atas.

“Tapi tetap aja gantengan gue kemana-mana juga.” sambung Lintang tanpa rasa bersalah, menjatuhkan kepercayaan diri yang tadi Skala tunjukkan.

“Bacot lo!” maki Skala setengah kesal.

“Cewe lo mana? Lama amat belum turun-turun.” kata Canda yang sudah berdiri disamping Skala dan merangkul bahu lelaki itu, kedua sahabatnya memilih berdiri disebelah Lintang.

Skala terus melirik jam dan juga pintu dekat tangga yang juga tidak kunjung terbuka. Lelaki itu menghembuskan nafas berat, lalu menatap para sahabatnya.

“Enggak tau, dari tadi udah satu jam lewat sepuluh menit belum kelar juga dandan tuh anak.” sahut Skala.

“Cewe kalo udah dandan ngapain sih? Tuh alat make up nya dicemilin apa gimana?” ucap Pandu penasaran, ia mengusap dagunya seolah memikirkan jawaban atas pertanyaannya sendiri.

SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang