𝐤 𝐨 𝐬 𝐨 𝐧 𝐠. 00

8.7K 476 299
                                    

Hai sob!! ☆★
First time aku bikin story xixii, tolong maklum kalau banyak salah penempatan tanda baca or kalimat yang gak seharusnya.

➪ Dimohon jangan siders, setidaknya kasih bintang kalau tidak ingin komen ya, tengkyuu😊🤩💖

[NEW VERSION]
00. LOVE AT THE FIRST SIGHT

“Kemarin pentolan Wirdana yang nggak ikut sempat jegat gue di jalan sudirman.” ungkap Sadega tiba-tiba, Skala menyerongkan posisi tubuhnya. Yang lain terdiam sesaat menunggu kelanjutan.

“Lo luka?” tanya Skala.

Sadega menggeleng, mengeluarkan sebuah kertas terlipat dari balik saku celananya, kemudian memberikan pada Skala. Pemberian itu sontak menarik perhatian yang lain. Langkah mereka berhenti saat rasa penasaran yang meluap hebat datang. “Dia dateng buat minta maaf langsung ke gue, terus selebihnya nulis dikertas itu buat minta maaf sama yang lain.” jelas Sadega.

Skala membacanya, pesannya tidak lebih dari sekedar permintaan maaf karena telah bermasalah dengan mereka. Skala akui, pentolan Wirdana memang berani bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya, meski itu bukan urusannya sekalipun. Skala menghembuskan napas, mengalihkan kertas tersebut pada Almond untuk dibaca bergantian.

“Dia juga bilang bakal tanggung jawab buat anggota kita yang luka-luka kemarin.”

Skala menyerngit, detik itu langsung menggelang tegas. “Nggak perlu, biar itu urusan gue.” Sadega mengangguk paham. Skala tidak suka jika urusan atau bagiannya dilakukan oleh orang lain. Tipe yang bertanggung jawab atas pangkatnya.

“Apaan sih anjir. Liat dong gue nggak kebagian nih.” kesal Lintang. Merasa telinganya terganggu, Pandu menjauhkan wajah Lintang dari sisi kirinya dengan menghempaskan tubuh laki-laki itu tanpa perasaan.

“Pandu anjing! Minggir, lo bau tanah kubur.” sentak Lintang. Sementara Pandu mendelik sinis dan akhirnya membiarkan Lintang turut ikut dalam membaca surat tersebut.


Almond mendesah berat, “Semalam gue dapet pesan dari Gerald, dia ngajak kita 'main' ditempat biasa, gue lupa kirim pesannya ke lo.” laki-laki dingin itu menatap Skala yang juga menatapnya.

“Kapan?”

Almond mengeluarkan ponselnya, membaca pesan terakhir yang Gerald kirimkan, selaku rival dalam arena balap. Utamanya Skala. “Nanti malam. Balapan dulu katanya.” Skala mengangguk pelan, menepuk pundak Almond sekali. “Rapat ntar malam diundur aja.” katanya.

“Dih, anak tengil itu banyak tingkah amat. Ntar kalah nangis.” cibir Canda usai membuang kertas yang selesai ia baca tadi. Laki-laki itu kini mengunyah permen karet, salah satu kebiasaannya jika sedang tidak merokok.

“Banyak gaya, isi otaknya nggak ada.” tambah Pandu, Lintang menggeleng maklum. Pandu memang memiliki dendam terselubung terhadap Gerald, karena salah satu target untuk ia jadikan pacar ternyata adalah kekasih Gerald sendiri. Dan, sayangnya lagi, Pandu suka dengan perempuan tersebut, untuk saat ini hanya suka. Laki-laki yang satu ini mudah mengendalikan hatinya, hari ini bisa menyukai teramat dalam kemudian besoknya bisa melihat pun jadi enggan.

“IHH, BARA! KALO JALAN TUH LIAT-LIAT PAKE MATA, NIH BAJU AKU JADI BASAH TAU, MANA BAU ALPU—HUEK.”

Serempak kepala mereka bergerak kanan-kiri mencari sumber suara ribut tersebut. Didepan mereka yang berjarak sekitar lima meter, terlihat dua orang tengah berdebat entah soal apa, pihak perempuan nampak mencak-mencak kesal dengan respon si laki-laki didepannya. Skala menajamkan penglihatan, tidak asing dengan suara si perempuan. Laki-laki itu berjalan mendekat, diikuti kelima temannya dibelakang. Semakin jelas dan Skala yakin bahwa perempuan itu adalah orang yang sama dengan perempuan nekat kemarin.

SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang