"GOOD MORNING MY DEAR FAMILY." teriak Garisa antusias sambil menuruni anak tangga tergesa, menghampiri ruang makan yang pagi ini sangat lengkap dan terlihat berbeda. Gadis dengan seragam lengkap yang melekat ditubuhnya itu menunjukkan deretan giginya tersenyum lebar, ia segera menarik kursi untuk diduduki. Gadis itu memilih duduk disamping Gareno yang dengan lahapnya menyantap roti bakar buatan sang Mama.
"Morning too dear." balas Gina, Gibran dan Gareno bersamaan menyambut.
"Jangan lupa do'a dulu sebelum makan." peringat Gibran pada putrinya. Garisa langsung mengangguk paham dan mengadahkan tangannya berdo'a dalam benak.
"Ini buat putri kesayangan Mama." sela Gina menyodorkan roti bakar kehadapan Garisa.
"Makasih Mama cantik." timpal Garisa. Gina menanggapi dengan senyuman.
"Gimana hubungan kamu sama Skala?" Gibran, setelah menyesap teh hangat miliknya kini memusatkan pandangan pada sang putri yang siap menyantap roti bagiannya.
Gadis itu tersenyum sambil berguman tidak jelas sebab mulutnya bekerja untuk mengunyah. Namun ibu jarinya mengudara sigap.
Gareno menatap jahil pada Garisa, disela-sela kunyahan rotinya. Gareno berkata. "Cie, yang punya pacar enggak bilang sama abang."
"Cie, yang belum punya pacar. Kasian kemana-mana sendiri mulu." ledek Garisa menohok, Gareno merubah raut wajahnya, kesal dan malu menjadi satu.
Gareno berdehem, membuang pandangan. "Biarin liatin aja, kalo tiba-tiba abang punya pacar kejang-kejang duluan kamu nanti." sahut Gareno.
Gibran menatap putra pertamanya dengan senyum tertahan. Lelaki dengan setelan jas kantor itu berdehem singkat. "Jadi, kapan abang mau kenalin perempuan sama Papa dan Mama." godaan dari keluarganya semakin gencar didapat Gareno.
Gina ikut mengangguk cepat. "Iya, jangan mau kalah sama adik kamu tuh. Masa abangnya enggak punya pasangan."
"Abang jangan dingin-dingin sama cewe, nanti enggak ada yang mau lagi sama abang." kata Garisa dengan senyum mengejek.
"Udah, udah liat tuh muka abang jadi asem." lerai Gina menyudahi obrolan.
Gareno mendengus malas, tidak berminat menanggapi lagi.
Suara dentingan sendok bergulat dengan piring memenuhi ruang makan saat ini. Senyap suara manusia tidak lagi menderu, hingga beberapa menit setelahnya terlewat. Gina datang dengan dua gelas cokelat hangat.
"Ini bang diminum dulu, cokelatnya." suguh Gina pada Gareno setelah lelaki itu menyelesaikan sarapannya. Gareno meneguknya hingga tandas tidak tersisa, setelahnya ia mengucapkan terimakasih dan memberikan senyum manis kepada Gina, sang Mama.
"Punya Risa mana, mana? Siniin Mah." seruan antusias dari Garisa ketika satu gelas lagi diberikan untuknya. Gina sampai terkekeh melihat tingkah anak perempuannya.
"Sabar sayang." sela Gina. Garisa meneguknya begitu cepat, belum sampai satu menit terlewat cokelat hangatnya sudah tandas tidak tersisa.
Garisa mengusap sisa cokelat yang tertinggal dibibir, ia melirik jam yang melingkar ditangannya.
"Skala udah nunggu." ujar Garisa memakai ransel dan membenarkan lagi atribut yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]
Novela Juvenil(𝐭𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐦𝐞𝐬𝐤𝐢 𝐛𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐚𝐣𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐢) Awalnya, semua berjalan normal. Seperti biasanya. Namun saat itu, Skala tiba-tiba mendapat sebuah pesan dengan cara memuakkan...