d u a p u l u h e m p a t

685 80 20
                                    

- somniantis est fun sed suus 'etiam si princeps non potest stillabunt somnia -

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ‼️

patah hati itu wajar, setelah dewasa dan mengenal cinta resiko itu akan terjadi dan kamu rasakan. kamu bisa melupakan orangnya tapi tidak dengan kenangannya.

Ok, gj.

****

"TELAT LAGI! SUDAH KE BERAPA KALI KALIAN SAYA KASIH HUKUMAN!!!"

"Lama-lama kuping gue budek beneran nih, mulutnya Pak Dam subhanallah sekali." Lintang mengelus dada sabar. Sialan, Pak Damar melihat mereka yang sedang mengendap-endap ingin pergi ke kantin setelah sengaja bolos jam pertama karena telat.

"Untung dia gak bawa rotan, bisa abis pantat ganteng gue ditebas." Pandu bernafas lega ketika pandangannya tidak mendapati barang yang biasa dibawa Pak Damar, senjata mematikan itu tidak ada. Semoga saja.

"UDAH KELAS 12 BUKANNYA KASIH CONTOH YANG BENAR KE ADIK KELAS. MAU SAYA ADUKAN KALIAN KE ORANG TUA, HAH?! CAPEK SAYA BUAT SURAT UNDANGAN TERUS, UNTUNG ULAH KALIAN TIDAK KETERLALUAN!!!"

"Ini bisa ngabisin waktu istirahat nih," guman Canda nelangsa, perutnya sudah keburu lapar minta diisi.

"Pak Damar!" ke enam laki-laki beserta Pak Damar langsung menoleh ke arah sumber suara, di lorong ujung nampak Garisa dan Arunika berjalan mendekat. Senyum Skala dan Sadega mengembang, namun Pandu Lintang serta Canda meneguk ludah kasar. Kenapa dua cewek itu harus membawa barang keramat Pak Damar! Itu Rotan!

Pak Damar menyambut baik keduanya, sekejap emosinya pada enam pembuat onar itu menghilang. "Ada apa?"

"Ini berkas yang Bapak perlu, Bu Dea nitip ini karena ketinggalan gak Bapak bawa." Garisa menyerahkan satu map pada Pak Damar, melirik sekilas Skala yang mengedipkan sebelah matanya genit.

"Cewek lo, Sa. Mau bikin kita mati ditangan Pak Damar liat." Lintang mengadu, suasana begitu tegang saat Arunika menyerahkan rotan panjang milik Pak Damar.

"Oh, ini juga. Saya pikir bawa butuh benda ini, tadi nemu dimeja kelas."

Pak Damar menerima seusai mengucapkan terima kasih.

"Kenapa nih, Pak?" tanya Garisa iseng.

"Biasa, mereka telat. Dan kalian harus bantu saya," tunjuk Pak Damar.

Garisa dan Arunika saling pandang sejenak, kening mereka menampakkan garis halus. Bingung, menatap Pak Damar. "Bantu apa tuh, Pak?"

"Kebetulan sekali, berhubung kalian ada disini, tolong awasi mereka sampai hukuman selesai."

"Tolongin, Sa."

"Suruh siapa dateng telat terus bolos," sahut Garisa tenang, sama sekali tidak terpengaruh dengan raut wajah melas Skala.

Sadega memandang Arunika, seolah menyuruh gadis itu pergi dan tidak ikut mengintai dirinya. "Ar, mending kamu ke kelas aja."

Arunika menyiniskan tatapan, "Kenapa? Biar bisa kabur dari hukuman gitu? Gak ya, kamu harus dapat sanksi buat itu." Sadega ingin menyahut tapi raut wajah Arunika mengurungkan niatnya.

SKALA (ACHILLEAS) [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang