rencana

1.5K 156 20
                                    

"yes! jadwal operasi!" girang yujin.

chaewon natap yujin aneh. "operasi kok girang bener kek nerima thr."

"ehehe, bukan gitu. maksudnya ya gitu." jawab yujin ga jelas.

"udah, ini gimana? gue yang ambil apa lo?"

yujin melirik kedua dokter perempuan dan laki-laki di depannya.

"ape lo liat-liat?" ketus yuri sambil ngangkat tangannya ancang-ancang nampar.

"eh astagfirullah galaknya. mau tanya doang, kalian maunya yang ngambil siapa?"

nako menggeleng-geleng sambil mendecakkan lidah pelan, "pasien kok maen oper-oper aja."

"bukan gitu, siapa tau ada yang udah janjian duluan gitu." bela yujin.

"banyak babibu lo, ambil aja udah. gue mau makan siang bareng yuri, abah sama umi juga tadi dateng dari makassar, jadi kan dek?" sahut chaewon ke yuri.

"jadiiii, abangku jelek."

"njing. astagfirullah."

"oke sip. btw, nako, lo udah bicara ama keluarga pasien?" sahut yujin sambil rangkul nako.

nako mengelus dadanya, "ga ada sopannya ama yang tuaan. belom, ntar bareng aja."
























yujin meregangkan tubuhnya begitu keluar ruangan operasi. tidak beda jauh dengan nako yang udah regangin badannya macam mau senam ibu-ibu depan komplek.

operasi tadi berjalan lancar untungnya.

"mau makan?" tanya nako tiba-tiba.

yujin melirik jam dinding yang nunjuk angka setengah 2 siang kemudian menggeleng ke arah nako.

"mau dzuhur dulu."

nako mengangguk, "oke lah. kalo gitu gue duluan ya."





yujin mengusap wajahnya setelah berdoa. berdiri berniat memakai kembali kaos kakinya di luar.

"choi."

"kam- astagfirullah brader." yujin mengelus dadanya karena kaget, "kenapa bang?"

"gapapa, sengaja nungguin. makan bareng yu?" ajak hyewon sambil berdiri.

"habis operasi juga?"

"hooh. donor ginjal." ucap hyewon sambil berjalan memimpin.

"gimana?"

"bah, siapa dulu." bangga hyewon. tapi ya memang ga salah sih. semenjak kesalahannya di masa lalu, hyewon bertekad ga akan gagal lagi. dan bener, sampe sekarang dia ga pernah salah lagi.

"dih sombong." ledek yujin, "btw ini mau makan dimana?"

"ke soto depan. soalnya calon bini gue dateng."

"dih, bucin."

"makanya cari pacar."

"maaf, pengen ta'aruf."

"dih sok-sok an ta'aruf, di jodohin om satya aja cari alesan dimana-mana."

yujin menghela napasnya, "ya gimana ya bang. gue juga bingung. rasanya tuh ga ada yang nge-pas gitu."

hyewon menepuk pundak yujin, "jodoh ga dateng-dateng kalo cuma di tungguin. makanya, coba kenalan sama cewek."






"hyewon! yujin!"

hyewon dan yujin menoleh ke arah eunbi yang mengangkat tangannya. eunbi pakai jas hitam di ujung sana, keliatan wibawanya. asik.

"dah daritadi?" tanya hyewon begitu duduk di samping eunbi.

"baru kok. btw, sebelum makan, gue mau ngomong serius nih, jin."

"ngomong apa mba?"

"bantu kasih lurus wonyoung ya. dia beneran belok soalnya."

byur!

"hah?!"

"etdah, kok yang kaget elu." sahut yujin heran liat hyewon nyemburin minumnya.

"ya bukan gitu, lurusin bagemane maksudnya?"

"dia belok." jelas eunbi, "gegara kuliah di amrik."

"waduh. ayah sama bunda tau? udah sampe mana aja dia?" tanya hyewon lagi. yujin cuma nyimak.

"udah, makanya suruh pulang. sampe mananya sih gue gatau sampe mana. yang pasti, dia tampilannya kelewat tomboy, galerinya beuh, cewek bening semua."

"lo yakin, dia belok?" sahut yujin.

"awalnya sih, gue ga yakin. mungkin cuma agak tomboy aja. tapi dia sendiri yang bilang kalo sempet 'suka' sama cewek. makanya dia cepet-cepet nelpon bonyok minta pulang biar ga makin jadi."

yujin berpikir sejenak sambil usap-usap bawah hidungnya, "tapi mba, gue dokter jasmani, bukan rohani."

eunbi menghela napasnya, "tolong lah, jin. umur lo 30 kan? kali-kali jodoh."

"bener juga tuh. kali jodoh, jin. coba aja." sahut hyewon.

"nanti gue kabulin permintaan lo deh kalo berhasil." ucap eunbi memohon.

"beneran?" tanya yujin mulai tergiur sama penawaran eunbi.

"giliran ada hadiahnya baru ketarik." ledek hyewon.

"ya siapa yang ga tergiur sama hadiah?" ucap yujin, "nanti malem deh mba, gue pikirin."

"tapi gue udah keb-"



"assalamualaikum."

mereka bertiga menoleh ke arah suara.

eunbi senyum dan nunjuk bangku samping yujin, "waalaikumsalam, duduk situ dek."

"siap-siap. ini kak hyewon kan?" ucap wonyoung. "salam kenal ya, adeknya mba eunbi."

"iya salken. btw, yujin jamnya kelar jam 6. jadi gimana jin?" ucap hyewon sambil angkat alisnya.

"ha?" yujin bingung sendiri liat hyewon. dia harus apa? kok hyewon tiba-tiba angkat alisnya?

"ah iya, lo jadi sama wonyoung?" ucap eunbi mengedipkan matanya ke arah yujin.

yujin makin mengerutkan alisnya makin bingung, "ha? ap-"

"katanya sih, dia mau ajak lo jalan. gatau jadi apa engga." potong eunbi sambil nendang tulang kering yujin pelan.

yujin membuka mulutnya tiba-tiba ngerti, "ahh itu. iya, jadi ceritanya, um- gue mau ke- eh- jadi gue- eh ga- mau- eh. fuuh.. lo mau pergi makan malam bareng gue? nah."

wonyoung mengangkat alisnya heran, "oke, kebetulan sih gue ga ada rencana. jadi? dimana?"

"gue jemput lo deh, dimana?"

"gue di rumah mulu, jadi nanti langsung telpon aja."

"nah, sip lah kalean. dah makan belom dek? hyewon traktir nih." sahut eunbi.

"lah kok-"

"udah ya, traktir aja."

wonyoung cuma senyum canggung terus melirik yujin yang terkekeh kecil karena liat tingkah eunbi dan hyewon. merasa diperhatikan, yujin ikut melirik wonyoung.

wonyoung langsung membuang pandangannya begitu melakukan kontak mata dengan yujin.

sama halnya dengan yujin, dia juga mengalihkan pandangannya karena jadi malu sendiri. ya namanya baru ketemu lagi, ga mungkin langsung akrab kan?

"emm, gue belum ngomong kemarin, selamat kembali ke indo." ucap yujin.

wonyoung terkekeh, "iya, makasih."



















tbc.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang