minggu

746 113 10
                                    

"wonyoung."

"hm?"

"mba eunbi dah pulang tuh." ucap yujin di ambang pintu. "pergi lo sana, balik rumah."

"iya-iya anjing, bentar."

"nginep sini lagi ga masalah sih."

"cie, ga mau gue pergi ya."

"dih." yujin kemudian pergi meninggalkan wonyoung yang masih fokus dengan tabletnya.

wonyoung terkekeh dan membiarkan yujin pergi.

"woy."

"anjir, balik lagi." wonyoung akhirnya menoleh ke yujin yang balik lagi.

"nanti mau pergi ga?"

"kemana? gue kan ada janjian sama kak kura ntar siang."

"ya abis ketemuan. jalan-jalan gitu, ke taman main kek, mall kek, kua kek."

"kua mau?"

"yaudah gas."

wonyoung terkekeh kemudian melempari yujin dengan permen mint yang masih di bungkus.

"tengil dasar."

"yang penting tetep ganteng." bangga yujin, "jadi? mau ga?"

"ga dulu deh."

"bazing, nanti gue tungguin di bawah ya."

"iyaaa, udah jauh-jauh sana."

"fak." yujin akhirnya berbalik arah meninggalkan kamar tamu.

"mas yujiiin!! temenin gue ngobrol sambil kerjaaa!!"

























"mau kemana lo pada?" tanya lisa begitu liat yujin dan wonyoung.

"beli cincin, ga. ketemu temennya onyong sekalian jalan-jalan." jawab yujin.

"jahat lo pada, ga pernah ngajakin gue."

"yaudah, mba mau ikut? kita tungguin." sahut wonyoung.

"ga dulu deh, males."

"as- tagfirullah." ucap wonyoung sambil ngelus dadanya, "nyesel nanya."

yujin terkekeh kemudian langsung menarik ujung baju wonyoung menuju mobil daripada membuang waktu merutuki lisa.

"nahh, tuh kafe dimana?" tanya yujin menampakkan dimplenya sambil menatap wonyoung.

wonyoung cuma diam menatap manik yujin. yujin mengerutkan alisnya heran.

"kenapa?"

wonyoung menggeleng masih menatap mata yujin, "mata lo cakep. kok gue baru sadar ya?"

kuping yujin memanas mendengar itu. segera yujin buang pandangannya sambil garuk-garuk telinganya.

"apa sih." ketus yujin, "ga jelas lo, tapi makasih. sekarang kafenya sebelah mana?"

wonyoung terkekeh kemudian menaruh hp nya di phone holder atas dashboard.

"situ ya om." ucap wonyoung.

"dih apaan om." ketus yujin sambil menjalankan mobilnya.

"udah kepala 3 kan? cocok jadi om-om."

"sialan lo. siap-siap aja, 2 tahun lagi gue panggil tante."

"anjir."

yujin terkekeh kemudian kembali fokus ke jalanan.

"liat dimplenya dong." pinta wonyoung daritadi masih memperhatikan yujin.

yujin menoleh sebentar menatap wonyoung aneh. tapi dia tetap menuruti wonyoung dan menampakkan dimplenya.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang