dengar

717 104 11
                                    

yujin mengamati jendela yang menampakkan halaman samping rumahnya.

dokter itu berdiri dengan kedua tangan yang di masukkan ke saku celananya. rahangnya perlahan mengeras. dengan matanya menatap wonyoung dan haruto tajam.

perkataan bintang beberapa minggu lalu hinggap di kepalanya.

"pokoknya om mending cepet-cepet bilang ke mba wonyoung."

yujin menghela napasnya, "iya sih, gue kalah cepet. di tambah si wonyoung bener-bener nutup pintu gue."

mungkin pepatah 'sebelum janur kuning melengkung' masih berlaku karena wonyoung dan haruto cuma pacaran. tapi yujin tidak mau merebutnya karena haruto adalah sepupunya.

perlu di ketahui, yujin itu orang yang 'i'm okay if you are happy'. jadi menurutnya, tidak seharusnya merebut pacar orang lain.

dan yang jadi masalah tambahan adalah wonyoung yang terus menghindari yujin. lebih tepatnya mereka berdua yang saling menjauh.

kotak bekal wonyoung masih ada yujin simpan. yujin sudah minta tolong lisa untuk mengembalikannya, tapi lisa malah menyuruh yujin mengembalikkannya sendiri. dan yujin belum siap di cuekin lagi.

yujin mendengus kesal kemudian kembali berbaring di kasurnya. hari minggu kayaknya bakal yujin habisin buat ngegalau aja.

brak!

"assalamualaikum."

yujin menggeram, "aargh! waalaikumsalam! apa?!"

yena terkekeh kemudian meloncat ke samping yujin. menyalakan tv kamar yujin sambil mengemil kacang.

"anjir, enak bener gaya lo." ucap yujin.

"ya biar lah."

"kenapa kesini? di usir orang rumah?"

"ngga anjir. gue mau ngasih undangan."

yujin menyengir lebar begitu mendengar kata 'undangan'. yujin lalu memukul bahu yena sambil menggodanya.

"weee! kapan pinang-pinangnya anjir? kok gue ga di undang?"

yena terkekeh sambil mendorong yujin karena dia juga malu. "diem goblo! ngapain gue undang lo pas lamaran. lo sape?"

"wah jahat. kita kan soulmate, bang."

"soulmate mata yu. udah, itu undangannya ya."

yujin tersenyum kecil menatap undangan yang yena kasih. "lo tinggal mana nanti?"

"masih tinggal komplek. rumah bokap gue di komplek kan ada 2 bray, ambil 1 ga rugi."

"cih. sombong."

"halah bacot, rumah sebelah juga punya lo."

yujin terkekeh kemudian kembali diam fokus dengan tv yang menayangkan spongebob.

"lo baik?" tanya yena tiba-tiba.

"hm? baik-baik aja."

"lo mau terus tahan perasaan lo?"

yujin diam. dia tidak tau harus jawab apa karena dia juga belum memastikan akan menyerah atau meyakinkan wonyoung.

yujin mengidikkan bahunya, "ga tau."

"belum ada kata terlambat buat lo. gue ngomong gini karena gue dukung lo sama wonyoung. tapi kalo lo milih nyerah ya, up to you."

"ga tau bang. gue takut nanti malah jauh."

"umur lo bukan buat main-main lagi, jin. nikung gapapa asal lo yakin dulu. banyak-banyakin doa, minta solusi."

yujin mengangguk, "ga tau nanti."




















yujin dan lisa lagi berdiri di depan teras. taeyong rencana berangkat hari ini, dia tidak minta di antar karena katanya biar lisa ga capek.

ga cuma yujin dan lisa, ada yena, haruto dan wonyoung tentunya. taeyong berangkat bersama rekannya, jaehyun.

yujin daritadi hanya diam menyedekapkan tangannya di dada berdiri di samping lisa.

"ngelamun lo perjaka!" tegur lisa.

yujin terkesiap langsung salim aja ke taeyong, "pulang baek-baek bang. kalo ga sempet, namanya mau siapa?"

taeyong terkekeh, "gue mah, pasti balik. namanya, serah lo aja kalo gue ga sempat pulang. jagain kakak sama ponakan lo ya, jin?"

yujin mengangguk, "tenang bang."

lisa udah mewek sendiri karena di tinggal suaminya, lagi. biasa, masih ngidam. yang lain juga ikut salim ke taeyong sampai taeyong dan jaehyun akhirnya pergi.

sekarang, di teras tersisa haruto, wonyoung, dan yujin. yena tadi masuk mau ngobrol dengan lisa tentang pekerjaan.

yujin memasukkan tangannya di saku sambil memakai sendal berniat pergi. matanya ga betah ngeliatin haruto dan wonyoung yang bercandaan. maksudnya, siapa yang ga cemburu?

"mau kemana?"

yujin mengangkat kepalanya melirik wonyoung. padahal yang bertanya adalah haruto.

yujin yang melihat wonyoung cuek dengannya, ikut membuang pandangannya, "ke indomaret."


















yujin menaruh kaleng soda yang baru dia minum di sampingnya.

kalau yujin lagi kacau, dia memilih mabuk soda. ga sehat emang. tapi di banding amer lebih ga sehat amer kan?

tangan yujin terangkat mengambil struknya tadi. masa beli soda habis 100 ribu?

"yang naikin harga siapa sih? pelit banget." gumam yujin.

"bray!"

yujin menengok ke arah suara kemudian menemukan hyewon yang berdiri di depan pintu indomaret.

"kenapa?!" teriak yujin balik.

"soda udah berapa?!"

"baru 5 kaleng!"

"6 yang terakhir atau gue lapor mba lisa?!"

"ck. iya iya!"

hyewon memberikan postur 'ok' kemudian masuk ke indomaret. yujin mendecak sebal karena dia beli tadi 14 kaleng, masa cuma minum 6.

yujin menghela napasnya kemudian menyenderkan kepalanya di bangku taman itu. menatap langit cerah yang menyala biru.

"mba lisa nyuruh pulang."

yujin menegakkan posisinya mendengar suara wonyoung yang berbicara dengannya. segera yujin masukkan kaleng-kaleng soda yang sudah habis tadi, padahal wonyoung sudah lihat.

"gue ga bilang ke mba lisa." sahut wonyoung melihat yujin yang terburu-buru.

"ah, iya. makasih."

wonyoung segera berbalik berniat meninggalkan yujin.

"ga bisa kita perjelas dulu, dek?" sahut yujin sebelum wonyoung benar-benar pergi.

"perjelas apa? gue punya kuping, dan gue udah deng-"

"jangan fokus ke bising mesin pesawat yang menuhin telinga. tapi perhatikan orang di bawah sana yang memberikan arahan biar bisa lepas landas dengan benar." potong yujin.

wonyoung cuma diam masih enggan menatap yujin.

"lo bisa mendengar, tapi lo nolak. oke." sambung yujin kemudian pergi meninggalkan wonyoung.















tbc.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang