malam

803 103 9
                                    

wonyoung lagi ada di rumah yujin. lebih tepatnya di ruang tengah.

di depan wonyoung sudah ada yujin dan taeyong yang ikut duduk bersila. dan di tengah-tengah mereka ada piring, kuas, botol berisi air, dan masker bubuk.

yujin emang menyarankan ke wonyoung untuk sering maskeran biar lebih ke cewek-an. tapi kenapa yang di ajak cowok-cowok?

"biar rame." jawab wonyoung sambil terkekeh.

"ya tapi kan lo bisa ajak mba eunbi," sahut taeyong, "atau lisa kalo dah pulang."

"ga ah, sini aja. kalian pake bandonya gih. terus langsung oles maskernya, keburu kering." suruh wonyoung.

yujin dan taeyong segera memakai bando yang di berikan wonyoung. menatap adonan warna abu-abu yang ada di depan mereka.

"olesnya pake apa?" tanya yujin.

"halah, gini mah pake tangan aja." sahut taeyong langsung mengoleskannya di mukanya.

wonyoung geleng-geleng sambil mendecak pelan, "bego banget, heran. ada kuas juga di depan mata."

"jiahaha, ga rata!" ejek yujin sambil nunjuk-nunjuk muka taeyong.

"ini gimana, anjir. ratain, jin." pinta taeyong.

"dih ogah, ratain sendiri lah." jawab yujin lanjut mengoles estetik di mukanya sendiri.

"dari pada gue minta wonyoung, dosa entar."

"heess, kalian kok yo padu wae." sahut wonyoung, "bang tae di bantuin, jin." suruh wonyoung.

yujin memberikan gestur hormat, "siap nona!"

"giliran di minta ama cewek sregep lo."

wonyoung membiarkan yujin dan taeyeong debat. dia memilih fokus dengan wajahnya sendiri.

begitu selesai, wonyoung mengangkat kepalanya dan melihat pemandangan yang bikin geleng-geleng kepala.

"itu kenapa ampe leher ama baju lo pada sih?" keluh wonyoung.

"ya ini si yujin ratainnya ga bener!" tuduh taeyong.

"kok gue? lo aja yang banyak geraknya!"

wonyoung menengahi debat mereka, "sst! udah! cukup. bang, itu udah rata. jin, makasih."

"oke, sama-sama." jawab yujin.

"sekarang kita foto dulu." ucap wonyoung langsung mengangkat hp nya.

"awas lo masukin status." ancam yujin sebelum menatap kamera.

"iya-iya kaga. bawel lo."

mereka akhirnya selfie dengan berbagai macam gaya dan kendala. wonyoung sudah ngomel-ngomel karena ga yujin, ga taeyong ada aja yang di ributin.

sebelum akhirnya suara bel menginterupsi mereka.

"di kunci ya? siapa yang buka?" tanya yujin.

"gunting batu kertas aja." usul taeyong.

"kampret." misuh taeyong karena kalah. cowok itu akhirnya berdiri menuju pintu depan meninggalkan yujin dan wonyoung.

wonyoung melirik jam dinding yang menunjuk angka 9.45.

"udah 15 menit, jin." sahut wonyoung kemudian duduk tepat di depan yujin.

yujin tentu kaget karena wonyoung tiba-tiba menyentuh wajahnya.

wonyoung terkekeh, "lo maskeran ampe alis-alisnya ya?"

"ini bang tae tadi!" bela yujin.

"iya-iya cerewet. nah udah nih."

"lo mau gue kupasin juga ga?" tawar yujin.

"ih ogah." tolak wonyoung, "udah sana lo cuci muka aja sekalian leher lo tuh."

yujin menggeleng lalu segera mengubah posisinya menjadi tengkurap. kemudian menopang dagunya menatap wonyoung yang sedang mengupas masker di wajahnya.

wonyoung terkekeh, "lo ngapain sih anjir?"

"ya gapapa. pengen liat aja."

"jangan di liatin! udah sana pergi lo."

"cie salting."

"ya siapa yang ga salting di liatin kayak gitu?"

yujin menyengir terus kembali diam. masih mengamati wonyoung yang udah ngomel-ngomel. sebenarnya wonyoung juga capek ngomel-ngomel, cuma biar suasana ga canggung aja, jadi dia banyak bicara.

"lo diem kek, nyong. ga capek ngomel mulu?" sahut yujin.

"ya kan elo yang bikin darah tinggi!"

yujin menaruh telunjuknya di bibir wonyoung, "udah diem aja. lagian gue cuma ngeliatin kan?"


"malem-malem bikin rumah berantakan!" omel lisa yang di belakangnya di susul taeyong.

"eh, mba lisa." sahut yujin, "bawa oleh-oleh ga?"

"gue kerja anying, bukan wisata. pokoknya yujin ama taeyong beresin semua."

"loh? kok si onyong engga?" keluh yujin.

"yang berbuat yang harus bertanggung jawab. gue yakin, wonyoung ga berantakin ini semua, tapi kalian kan? udah ga usah protes!" ucap lisa final kemudian segera berjalan menuju kamarnya.

wonyoung udah menyengir penuh kemenangan, "mampus."
























"pulang?"

wonyoung mengangguk, "yaiyalah, masa nginep."

"gue anter ya?" tawar yujin.

"ya Allah, 30 langkah juga sampe."

"kejahatan itu ga ngitung langkah."

"dih, bilang aja mau lama-lama ama gue."

"pede lo." elak yujin, "gue cuma melaksanakan amanah mba eunbi aja. katanya musti jagain lo."

wonyoung meraup wajah yujin karena banyak alesan. "jadi nganter ga?"

yujin menyengir segera berjalan menyusul wonyoung.

"lo ga ada kerja lagi?" tanya yujin.

"belum dapet telpon, kenapa?"

"gapapa sih, tanya aja." jawab yujin. kepalanya mendongak menatap bintang dan bulan yang lagi terang malam itu.

wonyoung ikut menatap langit di atasnya.

"lo kalo suruh milih, matahari atau bulan?" tanya yujin tiba-tiba.

"sebutin bareng-bareng."

"oke. 1, 2,"

"bulan."

"matahari."

wonyoung terkekeh mendengar jawaban mereka yang berbeda, "matahari silau tau."

"justru bulan yang terlalu gelap. mending matahari." bela yujin. "lo kenapa pilih bulan?"

"gue fotofobia bodoh!"

"oh iya lupa."

"jahat."

"dih, emang lo inget karakteristik gue?"

wonyoung mengangguk mantap, "ya inget lah, lo kan berharga bagi gue. eh." wonyoung langsung membuang pandangannya karena malu sendiri. memang yujin berharga bagi wonyoung, tapi kalau mengatakannya sendiri rasanya tentu malu.

yujin menyengir sambil mengacak rambut wonyoung, "lo juga berharga bagi gue. jadi maaf kalo ga sengaja lupa."





















tbc.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang