nginep

900 126 16
                                    

yujin daritadi cuma diam melihat wonyoung yang ngelamun sambil menyender di meja informasi. sudah 3 hari wonyoung rajin mampir ke rumah sakit.

chaewon, yuri, nako, heejin, dan sungchan juga ikut diam liatin wonyoung diam. mereka heran, kenapa wonyoung betah disini?

"lo ga pulang?" tanya yujin lagi. iya, lagi. tadinya dia sudah tanya 3x.

"nanti."

"lo belom makan kan?" tebak yuri yang memang sudah dekat dengan wonyoung beberapa hari terakhir.

"belom. nanti aja, ga laper. paling bikin indomi."

"usus buntu lo ntar. lo kenapa sekarang?" tanya yujin.

"aaaahhhhh, mas ujin!" rengek wonyoung tiba-tiba.

"eh anying, jan berisik!" ucap yujin, "ini rumah sakit goblo."

"ohiya lupa."

"yaudah kenapa lo sekarang?"

"mau cerita."

yujin mengangguk, "sok atuh, cerita."

"lo orang mana sih, anjing. logat makassar bisa, bahasa jawa bisa, sunda juga dikit. mata-mata ya lo?"

"bacod, jadi cerita ga? sibuk nih."

"dih, sibuk apa lo." sahut nako.

"udah-udah, pokoknya jadi cerita nih. kan kelyan udah tau kalo gue rada-rada belok gitu. nah, kemarin kan gue ketemu minju, minju itu crush gue di amrik, anjing. bisa-bisanya balik lagi gitu loh, su. gimana mau istiqomah ye kan? cantik begitu, siapa yang nolak gitu loh. meski udah di suruh diemin aja, tapi tetep aja gue kepikiran. beneran gamon nih." jelas wonyoung panjang lebar.

"lo belok, nyong?" sahut sungchan agak kaget.

"serius lo anjing?" sahut yuri.

wonyoung membuka mulutnya lebar. yang tau dia belok kan cuma yujin. kenapa dia ngebacot sana-sini?

"anjing. gue lupa. hehe." ucap wonyoung, "pokoknya kalian jaga rahasia ya."

"rahasia apaan, berjamaah." sahut heejin.

"pokoknya jaga aja ya mba, jangan cincong dawet. jadi gue musti gimana nih?"

"ya gimana, gimana? kalau lo niat pengen lurus ya, gausah di pikirin kayak gituan. anggep aja minju bestie lo di amrik." jelas chaewon.

"aaa, tetep aja." rengek wonyoung, "jadi gamon gini."

yujin menghela napasnya sambil nepuk kepala wonyoung pelan. ternyata cewek di depannya rese juga.

yujin merogoh sakunya mengeluarkan gelang tasbih biji kakao lalu memakaikannya di tangan wonyoung.

"kalo gamon, liat ke tangan kanan lo. istigfar, dzikir. minta pertolongan sama yang di Atas." jelas yujin sambil mengencangkan gelang itu biar pas di tangan wonyoung.

"wuih, bisa bijak juga lo. ga ikut ninja warrior?" sahut nako.

"apa hubungannya goblo."

"ga ada sih."

wonyoung cuma menatap gelang itu sambil tersenyum kecil. dia jadi keinget masa kecil dimana yujin beliin dia gelang di penjual mainan yang lewat pake motor. gelang dengan gantungan menara eiffel seharga 3 ribu di masanya yang masih dia simpan di rumah.

"makasih, jin." sahut wonyoung di tengah-tengah debat para dokter di depannya.

"ah? oh iya, santai. gue masih punya 1 lagi."




























wonyoung dan yujin akhirnya pulang bareng. wonyoung tadi menunggu yujin di rumah sakit sambil main hp atau ganggu heejin dan perawat lainnya.

mereka saat ini sudah di dalam mobil menuju pulang. ingat waktu eunbi pergi ke surabaya?

ternyata eunbi pergi untuk 5 hari dan selama itu eunbi minta wonyoung numpang sebentar di rumah yujin dan lisa. kedekatan eunbi dengan yujin lisa ga usah diragukan lagi, makanya eunbi ga ada sungkan-sungkannya. lagipula, ngapain buang-buang uang demi nganter kunci rumah?

"lo ke rumah sakit mulu kan dari 2 hari yang lalu?" tanya yujin memastikan.

wonyoung berdeham, "kenapa emangnya? lagian gue bosen, kerja gue kan di rumah."

"gapapa. lo ga ke rumah sakit buat ketemu minju kan?"

"setengah iya, setengah engga."

"jangan kepincut lagi sama minju. anggap dia temen."

"iyaaa mas ujin."

yujin mendecih sambil menahan senyumnya, "jangan panggil mas."

"kenapa? waktu kecil kan panggil mas."

"waktu kecil."

"yaudah deh, gue panggil 'mas' nya nanti aja."

"nanti?"

"nanti kalo udah sah, anjaaaayyyy."

"anjir, baper gue, su." ucap yujin.

wonyoung terkekeh kemudian terdiam sibuk dengan pikirannya sendiri, "lo ga lagi deket ama cewek?" tanya wonyoung tiba-tiba.

yujin diam sebentar sambil berguman berpikir. kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaan wonyoung.

wonyoung mengangguk-ngangguk mengerti, "udah sampe mana?"

"gatau deh." jawab yujin, "menurut lo kita udah sampe tahap apa?"

"ha?"



























yujin sama wonyoung sendirian di rumah, lisa lagi lembur. yujin daritadi emang ga bisa tidur, walau capek. akhirnya memutuskan duduk di halaman belakang sambil ngeteh.

serem sih, duduk tengah malem di halaman belakang sendirian. tapi menenangkan juga, makanya yujin betah.

ga lama, pintu dibuka dan wonyoung langsung duduk di samping yujin sambil menyender di bahunya. kursinya panjang, makanya bisa duduk berdua.

"lo gamau tidur, kebangun, apa ga bisa tidur?" tanya yujin sambil mengelus kepala wonyoung.

"ga bisa tidur." jawab wonyoung. matanya sudah menutup mencoba tidur di bahu yujin.

yujin menepuk pahanya menyuruh wonyoung tiduran di pahanya. wonyoung menurut, segera menaruh kepalanya di paha yujin sambil menatap wajah yujin.

yujin terkekeh kemudian meraup wajah wonyoung, "muka lo jelek." ucapnya kemudian mendongak menatap langit.

"anjir, primadona kampus nih di amrik."

"iya deh, sekarang lo tutup mata, gue cerita ya." ucap yujin ga lupa mengelus kepala wonyoung agar nyaman.

wonyoung cuma mengangguk. yujin akhirnya mulai bercerita. yujin bukan pengarang yang hebat, jadi dia cuma menceritakan apa yang dia lihat pada wonyoung. menghitung bintang yang jauh dari bulan, tanaman anggreknya yang berbunga kemarin, tupai yang sempat singgah sebentar, dan sebagainya.

wonyoung awalnya menertawakan perbuatan yujin tapi akhirnya tetap mengantuk juga hingga wonyoung tertidur di pangkuan yujin.

"nyaman kan?" tanya yujin pelan sambil mengelus kepala wonyoung. "sama, gue juga nyaman sama lo."




















tbc.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang