pagi

659 94 5
                                    

"lo kenapa kesini lagi sih? ga ada rumah ya?"

"sembarangan. gue cuma kebetulan aja, di panggil artis. minta buatin lagu katanya." jawab haruto sambil mengambil baju dari kopernya.

yujin yang menyender di ambang pintu cuma mendecih sambil mengemil kacang.

jadi, di hari minggu yang cerah nan damai bagi yujin ini, dia kedatangan sepupunya lagi. kali ini haruto akan tinggal selama 3 bulan.

yujin awalnya ga masalah. tapi mengingat haruto dan wonyoung dekat waktu itu, moodnya seketika berubah. dia cuma ga suka aja.

"udah tau mba lisa hamil?"

"iya tau."

"jadi kalo ngerokok di teras ya bray, jangan halaman belakang. mba lisa sering ke halaman belakang soalnya." ucap yujin kemudian meninggalkan haruto.

yujin memutuskan untuk bertamasya ke rumah wonyoung. ga tau mau ngapain.

pintu rumah itu terbuka seperti biasa. segera, yujin masuk ga lupa salam dulu setelah dapat teriakan dari eunbi.

lupa di bicarakan, eunbi dan hyewon sudah menikah minggu lalu. jadi, makhluk pertama yang yujin temukan adalah hyewon yang lagi tidur di sofa.

"oi."

yujin menoleh mendapati wonyoung masih menggunakan piyama.

"eh, dek wonyoung. udah ngebonya?"

"ngebo apaan, baru jam 5 pagi anjir."

yujin terkekeh sambil mendekat ke arah wonyoung lalu mengacak rambut wonyoung yang sudah berantakan, "mau pergi ga?"

"pergi kemana pagi-pagi gini?"

"ga tau juga. beli bubur mau?"

wonyoung mengangguk, "lo tunggu sini. inces mau mandi dulu." wonyoung langsung ngacir ke kamarnya meninggalkan yujin.

ide laknat terlintas di otaknya. yujin memutuskan untuk mengganggu hyewon dengan menggoyangkan sofa dan berpura-pura terjadi gempa.

"BANG HYE! GEMPA!"

hyewon yang masih setengah nyawa langsung berdiri sambil istigfar segala macam. 30 juz tamat.

yujin udah guling-guling di lantai sampai kepalanya sendiri kejedot meja ngetawain komuknya hyewon.

"coba tadi di video!"

"astagfirullah, jin-jin." hyewon kembali duduk sambil nendangin yujin. "ngapain kesini pagi-pagi?"

yujin yang tawanya udah reda segera duduk di samping hyewon, "mau beli bubur sama onyong."

"jadi kapan lo bedua jadian? atau langsung?"

"ha? apaan."

"loh? kalian ga ada niat apa-apa?"

"ga ada lah, bestie doang."

hyewon cuma mengangguk, "jangan nyesel nantinya."

















"cok, emang banyak yang olahraga ya di sini?" tanya wonyoung melihat komplek mereka yang ternyata rame.

"iya, makanya jan kesiangan kalo minggu. enak tau, bisa gangguin anak kecil."

"lo aja yang gangguin, gue mah sayang anak kecil."

"heleh, kayak bisa ngurus aja."

"bacot, penjualnya yang ini kan?" tanya wonyoung sambil menunjuk gerobak yang lumayan ramai pada nunggu.

yujin mengangguk, "mau makan sini atau bungkus? tadi bang hye sama bang tae juga nitip."

"makan sini aja."

yujin mengangguk dan segera bawa wonyoung duduk di meja yang kosong setelah mesen.

"eh? yujin ya? lama ga liat, kemana aja?" ucap ibu-ibu yang kebetulan lewat.

"engga, mba, saya lagi sibuk aja."

"oh iya, ini sepupunya?"

wonyoung tersenyum ke arah ibu itu, "saya tetangga sebelah mba. habis sekolah dari amrik."

"wah, sekarang kerja mba?"

"desainer interior, mba."

"boleh minta nomornya dong? siapa tau minta konsul untuk renov rumah."

wonyoung mengangguk kemudian membuka casing hp nya, "ini ya mba." ucap wonyoung menyerahkan kartu namanya.

"wah makasih ya. saya pamit dulu, mau masak. kalian langgeng ya."

"anjir, langgeng katanya." ucap yujin bisik-bisik.

"langgeng pertemanan mungkin. gue mah ogah."

"dih."

wonyoung cuma diam. dia tiba-tiba melamun.

yujin mengernyit sambil melambaikan tangannya di depan wajah wonyoung.

"ngelamun pagi-pagi."

"eh astagfirullah." wonyoung langsung geleng-geleng. wonyoung memegang pipi yujin biar natap dia. wonyoung menatap mata yujin serius.

"e-eh apaan ini anjing?" panik yujin.

"tadi ada cewek cakep banget asu."

"astagfirullah ukhti." yujin meraup wajah wonyoung dan segera memiting cewek itu. "mata di jaga, hati di kuatin, mulut sering nyebut. eh masih sering goyah."

"lepasin anying! ya gue juga ga tau tiba-tiba goyah!" bela wonyoung sambil mukulin lengan yujin.

"lagian ya, nyong. banyak cowok cakep, kenapa masih lirik cewek? lo mau tunggu di jederin trus jadi batu sama yang di Atas?"

"eh naudzubillah, iya-iya gue salah."

"lo ga ngantor, nyong?" tanya yujin.

"ga ah, ntar aja kalo dapet telpon lagi."

"dicariin, ternyata di sini."

haruto langsung duduk di depan wonyoung dan yujin.

"loh? kapan nyampe?" sahut wonyoung.

"tadi, jam setengah 5. gue tinggal 3 bulanan lah, ada yang nyuruh buat lagu."

wonyoung cuma mengangguk-ngangguk. yujin udah mengangkat tangannya minta tambah 1 bubur lagi.

yujin menarik senyumnya tipis melihat wonyoung akrab dengan haruto. karena sebenarnya yujin khawatir wonyoung ga banyak bersosialisasi. jadi dia sedikit bersyukur setidaknya wonyoung punya teman selain dia.

ya, ga tau nanti.














tbc.

kasih lurus ; annyeongz (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang