《END》 I wish I could Escape (Sebelum Revisi)

Halilintar (9)

Sau jam sebelumnya ... .

Setelah melihat Ochobot yang terjatuh ke laut, remaja itu hendak berbalik pergi. Namun sebuah pukulan yang mendarat di pipi membuatnya melangkah mundur. Kulit pipinya mengeluarkan asap dengan suara aus, seperti terbakar oleh api.

Matanya yang gelap memandang tamu tak diundang itu. Alisnya sedikit terangkat dengan rasa heran yang tak tersembunyi di wajahnya.

"Kamu masih hidup?"

Tamu itu memiliki rupa seorang anak kecil, dengan topi hitam dan jaket merah nyala api. Matanya yang membara menatap musuh di depannya seakan sanggup melenyapkannya hanya dengan tatapan mata.

"Bangsat! Aku akan membunuhmu!!" Anak itu mengepalkan giginya. Kemudian kobaran api menyelimuti tubuhnya hingga tak terlihat wujudnya. Ketika kobaran api padam, yang hadir bukanlah anak-anak lagi, melainkan seorang pria dewasa dengan tampilan tersulut emosi.

"Blaze!" Sebuah suara dingin dan tenang terdengar di belakangnya. Ada seorang anak laki-laki lain, memiliki topi biru pucat yang dipakai begitu rendah hingga menutupi separuh wajahnya, serta jaket yang menutup seluruh tubuhnya.

Melihat siapa yang datang, Blaze berseru, "Ice, pergi selamatkan Ochobot!"

Ice terdiam, menatap kepada dua orang yang saling bersinggungan, kemudian mengangguk dan menjatuhkan diri ke laut.

Langit kembali dikuasai dua orang yang memiliki aura saling menekan.

Remaja itu tampak bersenandung lemah. "Seharusnya kamu mati," ucapnya secara retoris.

Blaze meludah, menunjukkan wajah jijik. "Sayang sekali, aku tidak mati."

Hening menyelimuti permukaan laut.

Entah siapa yang bergerak lebih dulu, keduanya mengacungkan senjata satu sama lain.

Kemudian, ledakan besar terjadi di lautan yang luas itu.

•••

Arbi's Note :

Okeh, aku berencana akan membagi cerita ini menjadi dua volume... 😑