Halilintar (11)

249 35 1
                                    

" ... Empat anak kembar sedang berburu; seseorang mati dikhianati, tinggallah tiga."

Remaja itu menatap dengan gembira pada Boboiboy Halilintar di depannya.

"Aku menemukanmu!"

Dengan cepat, remaja itu menerjang ke depan dan melontarkan serangan menuju jantung. Namun, dihindari dengan mudahnya oleh Boboiboy Halilintar. Dia pun membalas serangan dengan pedang petir merah yang muncul di tangannya.

Siapa sangka remaja itu juga mampu mencipta pedang petir merah yang serupa?

Boboiboy Halilintar tidak menunjukkan ekspresi apapun, seakan telah menebak apa kemampuan yang dimiliki musuhnya.

Keduanya saling bertukar pukulan, hingga lemparan bola api menjauhkan mereka.

Boboiboy Blaze datang dari kejauhan dengan wajah penuh kemarahan. "Sialan kau! Aku akan membunuhmu!" serunya yang langsung menyerang remaja itu.

Di belakang, Boboiboy Ice turun dari hoverboard milik Boboiboy Taufan sambil membopong Ochobot dalam wujud manusia yang tidak sadarkan diri. Melihat ini, ekspresi Boboiboy Halilintar akhirnya mengalami perubahan. Dia mengerutkan kening dan berjalan mendekat.

"Ada apa dengannya?" Suaranya terdengar dingin, tampak acuh tak acuh pada lingkungan sekitar. Namun mereka tahu bahwa Boboiboy Halilintar hanya kesulitan untuk menunjukkan rasa perhatiannya.

"Yah, Darkness yang melakukannya." Ice menurunkan tubuh Ochobot, membiarkan Halilintar datang memeriksa.

Boboiboy Taufan hanya melirik situasinya dengan sekilas, kemudian ikut bergabung dengan Boboiboy Blaze dalam menyerang si remaja.

Ice membantu untuk menangani kondisi Ochobot seraya bertanya, "Bagaimana dengan jiwa Boboiboy?"

"Kubuat dia tertidur," Halilintar menyentuh dadanya, "di dalam sini."

Mendengar itu, ide mengembuskan napas panjang. "Ini benar-benar sulit baginya."

"Tidak, justru itu yang terbaik untuknya." Halilintar membalas dengan sarkastik.

Tepat ketika Ice ingin mengatakan hal lain, semburan cahaya menghentikannya. Dia terkejut dan menoleh, melihat remaja yang sebelumnya terpojok karena melawan dua orang kini bersinar dengan sangat menyilaukan.

"Dia juga memiliki kemampuan Solar?!"

Halilintar berdecak kesal. "Ini semakin merepotkan."

Keduanya saling bertatapan mata, kemudian seakan pikiran terhubung, mereka bergegas untuk bergabung dalam pertempuran.

Bahkan jika mereka mati di sini, orang itu harus dilenyapkan!

--Escape--

Hari itu adalah kejadian yang takkan terlupakan di benak semua orang.

Pertama, dimulai dari ledakan truk tangki minyak yang membuat jalan raya terhambat.

Kedua, dilanjutkan dengan petir yang jatuh dari langit, menyambar pepohonan di sekitar. Kebakaran besar melanda hutan. Badai bertiup kencang, meniupkan suhu dingin seakan musim salju akan tiba.

Dan ketiga, diakhiri dengan sinar cahaya yang muncul hingga menembus awan.

Detik berikutnya, semua orang yang menyaksikan jatuh tidak sadarkan diri.

•••

Arbi's Note :

Okeh, menggantung deh jadinya -_-

PS: Ada clue kecil. Si remaja yang disebutkan sepanjang ini adalah sosok yang ada di cover fanfic ini😅

《END》 I wish I could Escape (Sebelum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang