20. Ayo Nikah!

1K 64 9
                                    

" Uwaaaaah bagus banget!" sorak Rere senang melihat pemandangan langit malam yang dihiasi bintang, ya meski tak banyak. Tapi masih sangat indah ditambah dengan banyaknya cahaya dari gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di sana.

" Tempatnya bagus, kok baru ajak aku sekarang?" tak mengalihkan pandangannya, Rere bertanya pada Alano yang justru malah sibuk menatap wajah riang nya. Alano senang melihat Rere yang seperti ini. Tak seperti tadi yang cemberut saja, apalagi saat kedatangan Rebecca.

" Baru bisanya sekarang" jawab Alano, Rere mengangguk mengerti.

Saat ini mereka sedang berada di roftop perusahaan milik ayah Alano. Sepulang dari pesta ulang tahun Rio, Alano memang tak langsung mengantar nya pulang. Dia malah membawa Rere ke sini, padahal Rere sudah ngantuk mau tidur. Tapi kantuk nya langsung hilang saat melihat pemandangan malam ini. Apalagi anginnya cukup kencang, yang sangat ampuh membuat mata Rere melek seketika.

Meski pernah beberapa kali berkunjung ke sini, Rere baru tau jika pemandangan dari atas sini akan se bagus ini. Wajar sih, Rere kan berkunjung hanya saat siang hari, bukan malah hari. Maka untuk malam hari ini adalah kali pertama nya.

" Kamu tau gak, dulu aku sukaaa banget ngeliat bintang. Cuma sayang, sekarang tiap malem udah jarang keliatan bintang. Kalo pun ada itu gak sebanyak dulu, ya kayak sekarang lah"

Alano mengalihkan pandangannya ikut menatap ke atas, melihat langit malam yang gelap berbanding terbalik dengan di bawah sini, yang terang karena berbagai cahaya lampu.

" Emm kamu bener."

Keindahan langit yang dulu memang sangat jauh berbeda dengan yang sekarang. Jika dulu, mereka masih bisa melihat taburan bintang di langit. Maka sekarang sudah tak bisa lagi. Kota mereka sudah bukan lagi kota kecil seperti saat mereka masih anak-anak. Yang hanya punya sedikit penduduk, beberapa gedung tinggi dan kendaraan yang berlalu lalang. Sekarang kota mereka sudah menjadi perkotaan yang padat penduduk, banyak gedung tinggi dan kendaraan yang beragam. Yang selalu hilir mudik di jalan tak ada hentinya, meski sudah malam.

Jika dulu mereka masih harus membawa penerangan untuk berjalan jalan. Maka sekarang tak perlu, karena sudah banyak lampu yang menghiasi hampir sepanjang jalan. Mulai dari lampu toko-toko kecil, lampu papan iklan, lampu kendaraan, lampu gedung dan masih banyak lagi. Intinya langit yang sekarang sudah terpapar oleh polusi cahaya, jadi tak heran jika sekarang mereka sudah jarang bisa melihat bintang. Jika bukan di pedesaan yang jauuuh dari hiruk pikuk perkotaan.

" Oya, kamu ngajak aku ke sini mau ngapain sih? Ini udah malem loh, kalo aku pulang malem banget ntar ayah marah loh sama aku" Rere tak tau sekarang jam berapa, dia tak pakai jam tangan ponsel nya pun ditinggal di mobil Alano.

" Gak ngapa ngapain. Cuma.... Emang mau ajak kamu aja" Rere menatap Alano dengan raut bingung. Jika memang tak ada yang penting seharusnya mereka pulang dari tadi, bukan berdiri di sini sambil kedinginan.

Alano sendiri malah sibuk mengalihkan pandangan dari Rere. Dia tak mau Rere tau jika saat ini dia sedang gugup. Jujur, seumur hidup Alano dia hanya pernah beberapa kali merasa gugup.

Pertama saat berbicara dengan Rere untuk pertama kalinya. Kedua saat dia menyatakan perasaan nya dulu (meski bukan meminta Rere untuk jadi pacar sih). Ketiga ya saat ini. Padahal sudah dari kemarin kemarin dia memantapkan diri, dan yakin tak akan gugup.

Tapi sayang, dia masih sangat gugup sekarang.

" Euh? Kalo gitu ayo kita pulang. Ini udah malem banget kayaknya, di sini juga dingin." Rere berbalik sambil memeluk dirinya sendiri saking dinginnya. Padahal dia pakai lengan panjang, tapi dinginnya masih terasa.

Couple Now!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang