22. Penyesalan

1.5K 55 0
                                    

" Jadi kamu gak mau nikah sama aku?" Rere langsung gelagapan ditanya begitu oleh Alano. Padahal bukan begitu maksudnya.

" Ish bukan gitu maksud aku! Aku bukan nya gak mau, tapi cuma minta di tunda aja Lano. Satu taun lagi mungkin, kita bisa tunangan dulu baru setelah itu nikah. Waktu satu bulan itu terlalu cepet, lagian kayak nya kita terlalu terburu buru ngambil keputusan untuk hal sebesar ini" dengan suara lembut Rere mencoba menjelaskan setenang mungkin pada Alano.

Rere tau permintaan nya kali ini akan cukup sulit untuk di setujui oleh Alano, tapi Rere akan tetap mencoba nya. Jika Alano setuju alhamdulillah, jika pun tidak ya tak apa.

" Terburu buru? Kenapa kamu bisa bilang keputusan ini terlalu terburu buru?" dengan nada datar Alano bertanya, tapi tak menatap ke arah Rere.

" Lano, kita masih terlalu muda untuk menikah. Setidaknya butuh 1 atau 2 taun lagi bagi kita buat melangkah ke sana. Kita juga masih kuliah kit... "

" Aku udah lulus kalo kamu lupa" Rere menghela nafas pelan mendengar suara ketus Alano.

" Iya, bentar lagi kamu emang lulus. Tapi aku? Aku masih kuliah, aku masih butuh waktu untuk lulus. Lagipula di liat dari segi manapun, kita belum siap untuk menjalani kehidupan rumah tangga" Rere menatap Alano namun Alano lebih memilih untuk fokus melihat ke arah tanaman hias di belakang rumah Rere.

" Aku masih butuh waktu untuk memantaskan diri sebagai seorang istri, begitu pun kamu. Kita masih harus sama sama belajar Lano. Menikah itu hubungannya super duper serius Lano, dan butuh komitmen penuh dari kedua belah pihak untuk itu.  Menikah juga bukan untuk sehari dua hari, atau sebulan dua bulan tapi seumur hidup, dan butuh kesiapan penuh untuk jalanin itu semua"

Alano hanya diam dan menyimak tanpa berniat untuk membalas perkataan Rere. Dan itu malah membuat Rere kebingungan. Apakah Alano diam karena sedang berpikir dan mempertimbangkan nya, atau dia diam karena marah? Rere tak tau, karena Alano bukan orang yang mudah di tebak.

" Jadi intinya kamu belum siap buat nikah?" Setelah hening beberapa saat, Alano bertanya pada Rere.

Dengan ragu Rere menganggukan kepala. Sebenarnya Rere juga bingung, apa alasan dirinya meminta untuk menunda pernikahan mereka, yang sudah jelas jelas tinggal menghitung minggu itu. Apakah benar karena dirinya belum siap? Atau karena ada alasan lain. Rere pun tak tahu.

" Terus kenapa kamu gak bilang dari minggu kemarin di depan keluarga kita? Kenapa baru sekarang?"

Entah Rere salah lihat atau bagaimana, tapi Rere merasa jika sorot mata Alano padanya sangat berbeda dengan biasanya. Jika biasanya Alano akan menatap nya dengan binar di matanya. Maka sekarang binar itu tak ada di sana. Rere hanya melihat mata Alano yang merah dan....kecewa?

" Harusnya kamu bilang sejak awal kalo kamu belum siap untuk nikah"

" Aku udah bilang, tapi kalian gak setuju kan. Kalian malah bilang gak baik di tunda tunda lagi"

" Karena kamu gak bilang alasan kamu yang sebenarnya" Alano berdiri dari kursinya sambil terus menatap mata Rere yang masih terduduk.

" Minggu kemarin alasan kamu minta di tunda karena waktu yang kecepatan, dan sekarang pun alasan kamu tetap sama. Tapi Gina, apa kamu tau kenapa aku gak setuju dengan alasan kamu itu? Karena alasan kamu itu cuma omong kosong belaka, itu cuma akal akalan kamu untuk nutupin kalo sebenernya kamu belum siap untuk nikah sama aku. Atau bahkan mungkin kamu emang gak mau nikah sama aku"

Rere terhenyak mendengar ucapan terakhir Alano. Sungguh demi apa pun bukan itu maksud Rere. Tapi entah kenapa perkataan Alano terasa menyakitkan untuk ia dengar.

Couple Now!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang