18. Namanya Regina Maharani

1K 68 3
                                    

Alano kembali merenung sambil menatap kosong ke arah tv. Dia bahkan tak mempedulikan ocehan keponakannya yang sedang dia jaga itu. Di hari sabtu seperti ini, harusnya dia bisa kencan dengan Rere mengingat kemarin rencana kencannya gagal. Tapi mau kencan bagaimana, dari kemarin malam Rere bahkan tak ada menghubungi nya sama sekali. Padahal dia sudah janji akan mengabari Alano.

Chat nya pun tak di balas bahkan dibaca pun tidak. Tak mau mengganggu waktu Rere Alano bahkan harus menahan diri untuk tak menyusul Rere ke apartemen sang kakak. Jadilah semalaman penuh Alano begadang menunggu sambil berharap Rere akan menghubungi nya. Tapi sayang hal itu tak terjadi, bahkan sampai sekarang Rere masih belum sekali pun menghubungi nya, atau sekedar membaca chat darinya.

Padahal dia rindu. Sangat.

Niatnya siang ini ia akan mengajak Rere kencan, tak peduli jika sang kakak melarang nya. Dia akan memaksa Rere untuk pergi dengannya hari ini. Tapi sepertinya semesta memang tak mengijinkan, karena sekarang dia malah duduk di sini menjaga keponakan nya yang asik bermain itu. Orang tuanya sejak pagi sudah pergi jalan jalan entah kemana Alano pun tak tau.

Sedangkan kakak iparnya, ayah si bocil itu masih tertidur karena masih jetlag. Jadilah dia yang harus menjaga keponakan satu satunya itu.

" Samchon, baegopayo" entah sudah berapa kali TaeHo merengek minta makan pada pamannya ini. Tapi pamannya malah diam saja sambil terus menghela nafas kasar. Padahal dia sudah sangat lapar.

" Samchoooon, Ho lapal" rengeknya sambil memukul paha Alano kencang.

" Alanooooo!! Neo eodiya?!!"

Teriakan menggelegar terdengar di penjuru rumah ini. Alano bahkan langsung berjengkit kaget mendengar nya. Sedangkan TaeHo langsung memekik senang mendengar suara sang ibu.

" Eomma? Eomma!"
" Alan... Aigoo uri adeul. Kamu sudah bangun? Dimana appa mu?" tanya Alani sambil memeluk putranya gemas menghentikan teriakan nya barusan.

" Appa malih tidul eomma. Eomma eomma Ho lapal samchon tak beli Ho bab" mata Alani membulat mendengar aduan putranya. Astaga jadi putranya belum makan, padahal ini sudah sangat siang.

" Aigoo aigoo kasihan sekali putra eomma ini. Kalau begitu Ho tunggu di sini dulu ya, eomma mau ke appa dulu"

" Eung eung" jawab TaeHo semangat.

Alano tak menghiraukan keduanya. Dia masih sibuk menatap kosong tv yang menayangkan berita olahraga itu. Padahal kakaknya sudah pulang, tapi kenapa Rere masih belum menghubungi juga. Alano kembali membuka ponsel nya yang tak ada notifikasi apa pun dari Rere.

" Nah TaeHo makan dulu dengan appa ya, eomma ingin bicara dulu dengan samchon"

" Eung eung"
" Kajja" Taejun kakak iparnya sudah bangun ternyata. Dia sudah berlalu menggendong anaknya ke ruang makan.

" Alano ikut kakak"

Alani menarik tangan Alano kasar. Mungkin karena Alano sedang melamun Alani jadi mudah menarik badan besar adiknya itu, padahal biasanya dia bahkan tak bisa mendorong adiknya barang sejengkal pun. Maklum badan Alano kan jauh lebih besar darinya.

Alani menarik Alano ke taman belakang rumah. Setelahnya dia langsung menendang tulang kering Alano berkali kali hingga Alano terkejut.

" Aucch kak, kakak kenapa sih? Berenti!" Alano menghindar dari tendangan Alani yang sangat menyakitkan itu.

" Dasar brengsek! Cowok brengsek! Mati lo mati! Dasar gak punya hati!" makian Alani sangat keras bahkan sampai terdengar ke arah meja makan. Akibatnya Taejun harus menutup kedua telinga sang putra agar tak mendengar ucapan kasar sang ibu.

Couple Now!!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang