06

2.3K 383 26
                                    

Hazel terburu-buru menuruni anak tangga sebab ia ketiduran di kelas. Sialnya lagi, Sara dan Regina tidak membangunkannya padahal mereka berdua tahu bahwa Hazel meminta pulang bersama Elnath. Sebenarnya Hazel tidak yakin jika Elnath menuruti keinginannya, tapi apa salahnya mencoba? Siapa tahu Elnath benar-benar menunggunya di parkiran, tapi bisa saja Elnath telah pergi akibat Hazel yang terlalu lama.

"Sialan, pasti gagal lagi rencana gue," gerutu Hazel di sepanjang jalannya sebab ia masih benar-benar kesal pada Sara dan Regina.

"Besok biar gu—"

"Kupu-kupu!!" pekiknya girang saat hewan itu tiba-tiba menempel pada seragamnya.

Kekesalannya seolah menguap begitu saja. Hazel sekarang mencoba untuk tenang dan berhati-hati menangkap kupu-kupu itu dengan cara memegang kedua sayapnya. Dengan sangat hati-hati akhirnya kupu-kupu itu bisa ia tangkap dengan mudah. Karena tidak ingin merusak sayap cantik dari hewan itu, Hazel membelokkan langkah kakinya untuk pergi ke kantin dan meminta sebuah kantong plastik. Tidak perlu waktu yang lama, kupu-kupu itu sudah berada di dalam kantong yang ia ikat, Hazel sama sekali tak berpikir untuk memberikan lubang udara karena terlalu asik menatap hewan itu.

"Astaga, Elnath!!" Hazel memukul keningnya sendiri dan segera berlari meninggalkan kantin.

Bruk

"Sial!!" teriak Hazel sembari menatap kedua lututnya yang terasa perih sebab beberapa detik yang lalu kakinya tersandung dan seperti yang bisa diprediksikan, Hazel terjatuh di luasnya halaman sekolah. Matanya menatap kantong plastik berisi kupu-kupu yang untungnya tidak kempes.

Bibir mungilnya meniup-niup lututnya yang ia tekuk. "Perih," keluhnya karena luka lecet di lututnya.

"Bangun!"

Kepala Hazel mendongak menatap wajah laki-laki yang berdiri di depan tubuhnya, sedetik kemudian matanya beralih menatap uluran tangan laki-laki itu.

"Biar gue bantu." Tanpa menunggu jawaban dari Hazel yang masih mematung, Gwen segera menarik kedua tangan gadis itu hingga tubuhnya berdiri dengan baik.

"Makasih, gue harus pergi." Hazel menepuk-nepuk kedua telapak tangannya yang kotor dan tak lupa meraih kantong plastik itu.

Sebelum Hazel benar-benar pergi, Gwen menahan lengan gadis itu. "Lukanya kotor, harus dibersihin."

Hazel sedikit menghempaskan tangan Gwen. "Nanti di rumah," ucap Hazel cuek. Ia sudah tidak ada minat dengan laki-laki ini, pikirannya saat ini hanya tertuju pada Elnath. Apa kira-kira Elnath mau menunggunya di parkiran?

"Sekarang," ucap Gwen sedikit memaksa.

"Nggak usah, gue ma—"

"Ikut gue!" Tidak peduli dengan ucapan Hazel, Gwen menarik tangan Hazel dan berjalan sedikit terburu-buru menuju UKS sekolah. Walau Hazel memberontak, Gwen tetap tidak peduli. Laki-laki itu masih setia menarik Hazel sampai akhirnya keduanya sampai di dalam UKS.

"Duduk!"

Hazel menurut, kabur juga rasanya percuma. Dia juga sudah sampai di sini, mungkin ada baiknya membersihkan lukanya terlebih dulu. Hazel juga tidak begitu yakin bahwa Elnath mau menunggunya. Mata Hazel tidak pernah lepas dari Gwen yang kini dengan teliti membersihkan lukanya dan menempelkan hansaplast.

Gwen berdiri, meletakkan kotak obat di tempatnya dan kembali mendekati Hazel. "Lain kali hati-hati," ucap Gwen lembut. "Mau pulang sama gue?" tawar Gwen yang seketika ditolak oleh Hazel.

"Nggak, gue udah ada janji." Hazel berdiri dan segera berlari meninggalkan Gwen setelah mengucapkan terima kasih. Seolah tidak peduli dengan peringatan Gwen beberapa detik yang lalu, Hazel masih bisa berlari agar cepat sampai di parkiran untuk memastikan semuanya. Lagipula hanya lututnya yang terluka, bukan patah tulang kaki yang mengakibatkannya tidak bisa berjalan dengan baik. Sakit memang sakit, tapi Hazel tidak akan menangis dan berjalan pelan-pelan atau bahkan meminta seseorang untuk membantunya. Keadaannya berbeda sekarang, ia sudah tidak sabar sampai di parkiran dan berharap bahwa Elnath ada di sana.

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang