16

2.5K 420 369
                                    

Hazel sudah berjam-jam membaringkan tubuhnya di atas karpet dengan televisi yang terus menyala menyiarkan sinetron yang tidak begitu Hazel minati. Tangannya memutar-mutar ponselnya yang mati, sialnya ia lupa membawa charger dan lupa meminjam pada Hakan. Sekarang ia tidak tahu dimana Hakan meletakkan charger, ingin mengobrak-abrik isi kamar ini tapi terlalu lelah untuknya walau tidak mengerjakan suatu kegiatan dari pagi tadi. Ya, bahkan bernapas saja bisa membuat Hazel kelelahan.

Hazel mendudukkan dirinya saat seseorang mengetuk pintu kamar itu. "Sakit pinggang," keluhnya sembari berdiri perlahan-lahan untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, di hadapannya memperlihatkan seorang wanita berumur tetapi berpenampilan nyentrik.

"Lo perempuan?" tanya wanita tua itu sedikit terkejut.

Hazel mengangguk lugu. "Ibu siapa, ya?"

"Gue yang punya kosan ini!" ucapnya sedikit ngegas. "Lo pacarnya Hakan? Bisa-bisanya dia nyelundupin perempuan di kamarnya."

Hazel memasang wajah kebingungannya. Wanita tua ini ternyata tidak membosankan seperti yang dibayangkan, gaya bicara bahkan penampilannya saja seperti anak muda. Masih sibuk memikirkan mengenai wanita itu sampai membuat Hazel lupa menjawab perkataannya.

Brak

Hazel tersentak saat wanita itu memukul pintu kamar di sebelahnya. "Kaget, ya?" tanyanya kemudian tertawa puas menatap wajah terkejut Hazel.

Hazel mendengus kesal. "Saya Hazel, kembarannya Hakan. Baru kemarin kabur dari rumah, sebenarnya nggak level tinggal di kosan tapi udah nggak ada pilihan lain," ucap Hazel masih sombong.

Wanita itu menepuk-nepuk dadanya. "Panggil gue Oma Zeeti."

"Oma?" cicit Hazel pelan.

Oma Zeeti mengangguk bangga. Sebenarnya, namanya sedari lahir adalah Siti. Tapi ia merasa bahwa nama itu tidak cocok dengan dirinya hingga membuatnya dengan kesadaran penuh dan inisiatif diri sendiri untuk mengubah namanya. "Sekarang ikutin gue ke kosan, gue kasih harga murah karena lo saudaranya Hakan. Bersyukur lo punya kembaran cakep, demen gue liatnya."

Hazel menggeleng tidak yakin. "Hazel mau tunggu Hakan," ucapnya pelan.

Oma Zeeti mengibas-ngibaskan tangannya. "Percaya aja sama gue. Buruan ikutin gue!"

Hazel sedikit kesulitan meneguk ludahnya sendiri. Ia tidak yakin mengikuti wanita tua ini. Bagaimana jika Hazel diculik? "Tunggu Hakan aja, Oma. Biar Hakan bisa temenin Hazel."

Oma Zeeti menggelengkan kepalanya. "Lo udah dititipin sama gue soalnya Hakan pulang sekolah sedikit telat, buruan!" ucapnya sembari menarik lengan Hazel.

Hazel memberontak minta dilepaskan. "Bentar, Oma. Hazel belum pakai alas kaki, belum ngambil barang-barang."

Oma Zeeti berkacak pinggang, gadis muda ini benar-benar lamban dan terlihat manja pada Hakan. Tapi tidak mengelak bahwa Oma Zeeti benar-benar terlalu semangat oleh kehadiran Hazel walau ia sempat terkejut bahwa ternyata Hakan memiliki seorang kembaran. Dari dulu ia selalu ingin memiliki banyak cucu, maka dari itu penghuni kosan miliknya rata-rata anak muda.

"Gue jalan duluan, nanti gue tunggu depan rumah. Lo tinggal lurus aja di jalan yang ada di depan!" teriak Oma Zeeti kemudian segera berlari seperti seorang anak-anak yang akan mengejar layangan. Walau tua, semangatnya boleh diadu dengan anak muda.

"Iya, Oma." Hazel masih sibuk merapikan barang-barangnya yang sempat ia keluarkan. Karena takut jika nanti Hakan kebingungan mencarinya, Hazel memutuskan untuk menulis sebuah surat dan ia letakkan di atas tumpukan buku-buku pelajaran Hakan.

Hazel mengunci kamar kosan Hakan kemudian meletakkan kuncinya di bawah pot bunga seperti yang Hakan perintahkan. Perlahan-lahan ia mulai menarik dua koper besar itu untuk keluar dari halaman kosan. Hazel menatap sebuah jalan yang tidak terlalu besar di seberang sana. Terlihat seperti gang, tapi tidak terlalu sempit seperti gang pada umumnya, mungkin muat untuk satu mobil. Dengan hati-hati ia menyebrang jalan raya kemudian menyusuri jalan kecil itu di tengah teriknya matahari.

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang