Hazel duduk di sebuah kursi yang ada pada teras rumahnya sembari menggigit sebuah apel sebagai pelengkap sarapan sehatnya. Untuk menghilangkan kebosanan karena sopir yang biasa mengantarnya ke sekolah masih memanaskan mesin mobil, sesekali Hazel bersenandung dalam hati. Hari ini Hazel sudah memberitahu Papanya bahwa ia tidak ingin berangkat ke sekolah bersama Velyn, untungnya gadis itu selalu menurut dan sekarang masih membantu Bi Ina sebelum berangkat ke sekolah dengan kendaraan umum.
Sebuah motor dan orang yang mengendarainya sangat tidak asing di mata Hazel, tepat dua detik yang lalu motor itu berhenti di depan gerbang rumahnya. Itu Elnath. Mata Hazel berbinar senang, sedikit melompat dari tempat duduknya dan segera berlari membuka gerbang tinggi itu setelah membuang apelnya ke sembarang arah. "Elnath? Sumpah gue nggak mimpi apa-apa semaleman," pekiknya girang.
"Lo beneran jemput gue?" tanya Hazel tidak percaya, bahkan gadis itu sampai menutup mulutnya sendiri sebagai respon yang terlihat sedikit berlebihan. "Bentar, ya! Gue izin sama sopir Papa supaya batal nganterin gue," ucap Hazel senang sembari berbalik.
Baru saja berbalik, mata Hazel menatap waspada pada Velyn yang tiba-tiba datang mendekatinya. Perasaan Hazel sudah tidak enak jika ada Velyn di dekatnya. "Elnath? Maaf lama, aku bantuin Bibi dulu baru ke sini," ucap Velyn sembari berdiri di sebelah Elnath. Tebakan Hazel betul, kan? Hal buruk terjadi jika ada Velyn.
Elnath mengangguk. "Cepet naik!"
Velyn tersenyum kecil kemudian cepat-cepat naik ke atas motor Elnath. "Maaf merepotkan," ucapnya sebelum memasang sebuah helm yang diberikan oleh Elnath.
Hazel melongo selama beberapa saat. Ketika otaknya sudah bisa mencerna apa yang terjadi, mulutnya mulai terbuka ingin mengeluarkan protesnya. "Apa-apaan ini??" tanyanya terkejut. "Elnath, lo ke sini mau jemput Velyn? Nggak salah?"
Hazel mulai menarik-narik tas punggung Velyn. "Turun!! Dia pacar gue, kenapa lo minta dijemput sama dia? Otak lo ketinggalan di bawah bantal atau gimana?!" tanya Hazel sedikit membentak.
"Maaf Hazel, soalnya di rumah ini cuma ada satu sopir jadi aku pikir minta tolong dijemput sama Elnath," alibi Velyn padahal masih ada banyak cara untuk pergi ke sekolah. Rumah yang mereka tempati tidak terletak di tengah hutan, kan? Masih ada banyak orang lain dan transportasi umum yang bisa menjadi alternatif untuknya, tapi kenapa minta bantuan pada Elnath?
"Lo aja yang berangkat bareng sopir, biar gue sama Elnath," saran Hazel cepat walau masih diliputi kekesalan pada Velyn. Saat ini Hazel hanya mencari jalan terbaik, entah apa maunya gadis ini.
Velyn menatap wajah Elnath yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan mereka. Sebenarnya Velyn enggan beranjak dari posisinya, ia berharap bahwa Elnath akan menahannya. Dan seperti yang Velyn harapkan, Elnath menggeleng pertanda penolakannya pada saran Hazel.
"Velyn sama gue," ucap Elnath memperjelas.
Berbeda dengan Velyn yang menahan senyumnya, Hazel dibuat sangat terkejut pagi ini. Apa Elnath menyukai gadis ini? Gadis yang bahkan baru ditemuinya. "Elnath, lo kok mau jemput dia dengan gampang?!"
"Terserah gue," jawab Elnath terkesan tidak peduli pada Hazel.
"Sama gue aja, ya?" pinta Hazel sembari mencakupkan kedua tangannya, ia benar-benar memohon.
"Males." Mata Elnath masih beradu dengan mata Hazel. Binar permohonan itu diganti oleh kekecewaan yang jelas terlihat dari mata Hazel, namun Elnath benar-benar mengabaikan hal itu. Entah kenapa Elnath benar-benar kesal pada Hazel. Tanpa memberi kesempatan untuk Hazel berbicara, ia segera melajukan motornya dan membiarkan Velyn menyentuh pinggangnya. Biar saja, supaya gadis itu kesal. Sama seperti kesalnya Elnath saat menatap Hazel bersama orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazelnath
Teen FictionBukan mengenai Hazelnut, jenis kacang-kacangan yang tergolong dalam spesies Filbert. Tapi mengenai Hazelnath, dua anak manusia yang diciptakan dan dipersatukan dengan karakter yang sangat berbeda. Hazel tidak bisa hidup dengan tenang tanpa harta, po...