26

2.2K 396 253
                                    

Hazel meremas kuat tali tas punggungnya, betapa sialnya ia hari ini. Bahkan ketika ia baru menjalani beberapa jam setelah membuka matanya tadi pagi, Hazel sudah mendapat tiga kesialan yang mungkin akan bertambah tanpa sepengetahuannya. Pertama, ia bangun terlambat dan Hakan meninggalkannya, mengharapkan Elnath pun tidak bisa karena tiba-tiba saja laki-laki itu tidak bisa dihubungi. Kedua, ia tidak sempat sarapan yang mengakibatkan tubuhnya tidak bertenaga. Ketiga, ia harus berkutat dengan debu-debu di dalam perpustakaan sebagai hukumannya.

Brak

Tempat sampah sudah ia buat tumbang, menyebabkan isinya berceceran di atas lantai koridor. Semua pasang mata siswa/siswi yang tengah menikmati jam istirahat menatapnya penuh kebencian. Alasannya hanya dua, pertama karena mereka memang membenci Hazel, dan yang kedua karena Hazel membuat sampah-sampah itu berantakan di tengah-tengah koridor.

"Apa liat-liat?" tanyanya galak. Hazel sedang dalam mode naga, jangan sampai mereka semua tersembur api yang bisa saja keluar dari mulutnya.

Masih berusaha mengatur dirinya, Hazel berjalan santai hendak ke kelas Elnath. Hanya laki-laki itu yang mampu menyingkirkan segala rasa penat Hazel. Baru saja menaikan satu kakinya pada anak tangga pertama, Jack dan Beno muncul di depannya.

"Elnath dimana?" tanya Hazel pada dua laki-laki di hadapannya.

Beno meneliti penampilan Hazel dari atas sampai bawah. "Lo habis ngapain?"

"Jangan banyak tanya!! Elnath dimana?"

"UKS."

Bahu Hazel merosot lemas. Mulutnya yang tadi ingin menyemprot Beno dengan kata-kata kasar seperti sebuah selang air seketika terkatup. "Dia sakit?"

"Iya."

"Tolong taruh tas gue di kelas!" Hazel melemparkan tas punggungnya tepat ke depan wajah Jack. Tidak memberi kesempatan pada laki-laki itu untuk marah, Hazel segera berlari menuju UKS yang terletak di ujung barat koridor

Sementara di dalam UKS yang sepi, tubuh seorang laki-laki terbaring pada salah satu ranjang. Dia tidak sendiri, ada seorang gadis yang setia menemaninya sedari tadi pagi. Gadis yang membawanya kesini, memaksanya untuk tetap disini, dan yang menjadi alasan untuk dirinya tidak bisa memejamkan mata dengan tenang.

"Lo kok mau sama Hazel?" Velyn menanyakan pertanyaan yang entah sudah berapa kali ia tanyakan.

Elnath memejamkan matanya, ingin sekali menyumpal mulut gadis itu agar diam. Kepalanya yang pusing menjadi bertambah pusing sebab ditemani oleh Velyn.

Velyn yang duduk di samping kiri ranjang Elnath mulai menumpu dagunya. "Padahal dia nggak setia, lo nggak takut kalau ternyata dia ada main di belakang lo?"

Mata Velyn tidak pernah lepas dari wajah Elnath. Sejenak ia terpaku pada wajah laki-laki yang sebenarnya ia idamkan, sekarang otaknya kembali memikirkan sesuatu. Beberapa detik diam dan membuat Elnath tenang, tiba-tiba Velyn menjentikkan jarinya. "Atau yang paling buruk, dia udah ditidurin laki-laki lain."

"Ternyata ada anak haram di sini." Hazel muncul dari balik tirai yang tadi tertutup, gadis angkuh itu melipat tangan di depan dada sembari melempar tatapan tajam pada Velyn.

Velyn menyentuh lengan Elnath namun segera disentak oleh laki-laki itu. Niatnya mencari pembelaan tapi diabaikan, dan hal ini sukses membuat senyum Hazel mengembang sempurna. "Atas dasar apa lo ngomong kayak gitu? Nggak sopan!"

Hazel berjalan mendekati Velyn, gadis itu menyentuh rambut Velyn dengan santai. Badannya membungkuk dengan bibir yang semakin mendekat pada telinga Velyn. "Jangan suka menjelekkan orang lain."

"Perlu lo ingat, lo ada di sini karena suatu dosa. Jangan sampai mereka semua tau yang sebenarnya."

Hazel menjauhkan tubuhnya, tangannya menarik lengan Velyn agar gadis itu berdiri, setelah itu ia mendorongnya. "Makasih udah jagain pacar gue yang kelihatan risih deket-deket sama dosa," ucap Hazel santai lalu duduk di tempat Velyn tadi duduk.

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang