09

2K 394 81
                                    

Suara bel istirahat telah berdering tiga detik yang lalu hingga membuat Hazel cepat-cepat merapikan alat tulisnya dan keluar dari kelas padahal guru di dalam kelas tersebut belum menutup pelajaran hari ini. Hazel tidak merasa bersalah sama sekali, gadis itu hanya ingin cepat pergi ke kelas XII IPA 2, kelas Elnath dan Velyn.

"Velyn!!" teriak Hazel dari ambang pintu. Apa-apaan ini? Hal yang ia takutkan benar-benar terjadi, bisa-bisanya Velyn duduk manis di sebelah Elnath. Bahkan mereka berdua tampak sedang berbincang, membuat hatinya benar-benar panas.

"Siapa yang bolehin duduk di sini?" tanyanya garang sembari berjalan mendekati mereka.

Beno dan Jack menutup telinga mereka, sebentar lagi mungkin akan terjadi keributan di dalam sini. Sejujurnya, Beno dan Jack senang jika siswi baru itu duduk di sini. Velyn sangat ramah, enak diajak berbicara, poin tambahannya enak untuk dipandang.

"Sanjaka! Kenapa lo nggak duduk di sebelah Elnath?" tanya Hazel sembari melempar tatapan tajam pada Jack.

"Nggak denger, gue budek." Jack menutup kedua telinganya.

"Velyn, lo harus tau kalau Elnath itu pacar gue! Awas aja kalau lo rebut dia dari gue!" peringatan Hazel seolah tidak dipedulikan oleh Velyn, gadis itu terlihat sibuk dengan buku catatannya hingga membuat Hazel geram. "Bisa dengerin gue nggak?!"

"Iya," jawab Velyn patuh agar Hazel tidak banyak bicara dan marah-marah padanya.

Jack menatap wajah Hazel yang tampak merah menahan emosi. "Biarin aja dia duduk di situ, ngapain lo yang repot?" tanya Jack yang semakin memancing emosi Hazel.

"Diem!" sentak Hazel.

"Velyn, mau gue anterin ke kantin nggak?" tanya Beno mulai menggoda gadis itu.

Velyn tersenyum kecil sembari menggeleng. "Aku mau di kelas aja, catatannya belum selesai."

"Gue temenin kalau gitu," jawab Beno mulai mengeluarkan jurus pendekatan pada Velyn.

Elnath bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar kelas, tentu dengan buntut dibelakangnya yaitu Hazel. "Elnath, jangan deket-deket sama Velyn," ucap Hazel.

"Kenapa?"

Hazel mempercepat langkahnya. "Nanti gue cemburu."

Elnath diam, fokus pada langkah kakinya sendiri karena sedikit malas selalu berurusan dengan Hazel. Yang Elnath tidak suka, kenapa Hazel seolah mengatur hidupnya? Padahal sampai detik ini Elnath tidak pernah mencampuri urusan Hazel, gadis itu pergi dengan siapa, berteman dengan siapa, berpacaran dengan siapa, Elnath tidak pernah peduli. Velyn itu baik, jauh berbeda dengan kepribadian Hazel.

Hazel membuang napasnya kasar, lagi-lagi Elnath mendiaminya. Agar tidak membuat Elnath semakin kesal, lebih baik ia diam tapi tetap mengikuti Elnath. Hazel merobek bungkus cookies kesukaannya yang dari tadi ia bawa. Tangannya memasukkan sebuah cookies ke dalam mulutnya sembari memperhatikan langkahnya agar tidak menyentuh celah ubin yang satu dengan lainnya, gadis itu memastikan kakinya tepat menginjak satu persatu ubin di bawahnya.

Bruk

Hazel mengusap dahinya yang membentur dada Elnath saat tiba-tiba Elnath diam dan berbalik tanpa sepengetahuannya. "Cookies gue!!" pekiknya kaget menatap satu cookies terakhirnya tergeletak begitu saja di dekat sepatu Elnath.

Dengan wajah cemberutnya ia mendongak menatap Elnath yang ternyata juga sedang menatapnya. "Kenapa berhenti?" tanya Hazel penasaran.

"Kenapa lo terus ngikutin gue?" tanya Elnath datar.

"Karena gue suka sama lo," jelasnya tidak nyambung.

Kali ini, Elnath cukup penasaran kenapa bisa-bisanya Hazel seolah benar-benar menginginkan dirinya. "Kenapa suka gue?"

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang