33

2.3K 346 166
                                    

"Lo nggak kangen sama orang tua?"

Hazel menyunggingkan senyumnya, saat ini ia dan Elnath berada di atas gedung perusahaan. Hazel sendiri yang minta kemari, ingin mencari sesuatu yang baru katanya walau sebenarnya hal yang mereka lakukan sudah sangat pasaran.

"Kangen, tapi mau gimana lagi? Papa nggak pernah nyariin gue, apalagi Mama."

"Apa Mama udah punya keluarga baru, ya?" tanya Hazel pelan, dari nadanya terdengar menyedihkan.

Elnath merapatkan duduknya dengan Hazel, kakinya ia biarkan menjuntai ke bawah seolah menantang maut. Sekali dorong saja, mungkin keduanya sudah berakhir mengenaskan di bawah sana.

"Hakan bener-bener nggak tau keberadaan Mama lo?"

Hazel menggeleng. "Katanya nggak tau, dia juga sibuk dan nggak ada kesempatan buat nyari-nyari Mama yang mungkin nggak ada di kota ini."

"Mama lo pasti pengen ketemu lo."

"Gue harap gitu," jawab Hazel sendu. "Kenapa jadi bahas masalah gue? Nggak bagus!"

Hazel menyandarkan kepalanya pada bahu Elnath. "Lompat ke bawah, yuk?!"

Refleks Elnath melingkarkan tangannya pada pinggang Hazel, takut jika gadis itu mengambil tindakan bodoh. "Lo gila?!"

Hazel hanya tertawa, sedangkan Elnath mulai menarik tubuh Hazel agar sedikit menjauh dari pinggir gedung yang tidak dilindungi pembatas apa pun. "Jangan pernah mikirin hal-hal bodoh!"

"Iya, baby," ucap Hazel manja dengan nada menggelikan.

"Jijik."

Bukannya sedih, Hazel malah tertawa puas bisa menggoda Elnath. Sepertinya laki-laki itu benar-benar tidak suka jika dipanggil seperti tadi.

"Kita nggak ada niatan pacaran pakai aku kamu?" tanya Hazel penasaran.

"Nggak."

Hazel mengangguk-angguk cuek. "Enakan gini, lo jadi pacar sekaligus temen buat gue."

Melihat Elnath yang hanya diam tidak berekspresi, Hazel mulai mengganggunya. "Coba tebak temen apa?"

"Temen biasa."

"Salah, Elnath!" Hazel memukul lengan laki-laki yang masih sibuk menatap hamparan beton di depan sana. "Yang bener itu temen hidup."

"Baper nggak?" tanya Hazel penuh keantusiasan.

Elnath menatapnya santai. Dari ekspresinya, semua orang juga tau bahwa laki-laki itu merasa biasa saja. "Nggak."

"Jujur banget, sekali-kali coba bikin gue bahagia," keluh Hazel. Tidak diketahui gadis itu, bahwa ucapan Hazel membuat Elnath tersinggung. Entahlah, laki-laki itu hanya lebih sensitif akhir-akhir ini. Mungkin karena kedekatan Hazel dengan Gwen seolah perlahan mengikis kepercayaan Elnath.

"Maaf kalau gue belum bisa bikin lo bahagia." Elnath menggenggam hangat tangan Hazel, bisa ia rasakan bahwa gadis itu menegang ditempatnya.

"El—"

Elnath tertawa hambar. "Atau mungkin nggak akan bisa bikin lo bahagia."

Hazel menggeleng-geleng panik, sepertinya Hazel salah bicara. "Maksud gue bukan gitu."

"Terus gimana?" tanya Elnath tenang namun mampu membuat Hazel diam. Diam karena bingung harus menjawab apa. Diamnya Hazel membuat perasaan Elnath semakin kacau.

"El—"

Ucapan Hazel terhenti sebab ponsel Elnath berdering keras. Laki-laki itu merogoh ponselnya kemudian menjawab panggilan yang masuk.

HazelnathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang