"Hazel, bangun!! Lo nggak sekolah?!"
Teriakan yang diikuti dengan gedoran keras pada pintu kamarnya membuat seorang gadis yang masih nyaman bergelung di dalam selimutnya sedikit menggeliat. Matanya mengerjap-ngerjap lucu menatap plafon kamar yang sedikit buram akibat penglihatannya yang belum benar-benar fokus.
"Hazel!! Kalau lo telat sekolah, gue siram!"
Hazel menutup telinganya saat lagi-lagi suara cempreng Oma Zeeti memasuki telinganya. Dengan ogah-ogahan ia mendudukkan dirinya. Bukannya segera bersiap-siap, Hazel menguap lalu termenung sejenak sebagai rutinitasnya setiap pagi.
"Gue mau beli sayur ke depan, awas aja kalau lo belum bangun!"
"Itu nenek-nenek nggak bisa santai, ya?" tanyanya pada diri sendiri. "Lama-lama kesel gue," gerutu Hazel tapi segera beranjak dari posisinya, berjalan gontai mendekati pintu kamarnya dan keluar dari sana.
Hazel berjalan pelan memasuki kamar mandi, sebenarnya ia enggan untuk sekolah. Tapi Hakan bisa marah jika mendapatinya tidak sekolah hari ini, kemarin malam juga ia diceramahi habis-habisan oleh Oma Zeeti, Gendis, dan Anna. Satu wanita paruh baya dan dua mahasiswa semester akhir itu menyemangatinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa di sekolah nanti. Bagaimana mereka bisa langsung dekat? Hazel juga tidak tahu, setelah makan malam bersama di ruang tamu dan menghabiskan malam dengan obrolan panjang membuat mereka semua menjadi dekat.
Hazel menarik handuknya dan masuk ke salah satu kamar mandi sembari membawa alat mandinya. Baru saja satu gayung air dingin mengguyur tubuhnya, gedoran pada pintu kamar mandi membuatnya terkejut. "Siapa? Gue lagi mandi, jangan ganggu!!"
"Cepet, gue ada kelas pagi!!"
Dari suaranya, Hazel bisa tebak bahwa itu Gendis. Perempuan berpenampilan sederhana dan identik dengan kaca mata bulatnya. "Baru juga masuk, pakai kamar mandi sebelah!"
"Diisi sama Anna."
Hazel tetap tidak peduli, gadis itu masih melakukan ritual mandinya dengan sangat santai agar setiap lekuk tubuhnya bersih dan wangi. Hitung-hitung mengulur waktu karena Hazel tahu bahwa ini benar-benar masih sangat pagi dan ia tidak ingin cepat-cepat sampai di sekolah.
"Lo berdua tega sama gue, bisa mati gue kalau telat," rengek Gendis dari luar tapi tetap tidak bisa membuat Hazel dan Anna mempercepat kegiatannya. Siapa suruh lamban, siapa cepat dia dapat.
"Diem! Gue masih berak!" teriak Anna hingga membuat Hazel tertawa kencang.
Dua puluh menit kemudian Hazel keluar dari kamar mandi dengan satu handuk kecil di kepalanya dan handuk besar yang melilit tubuhnya. Wangi tubuh Hazel memenuhi tempat itu hingga membuat Gendis yang masih bau badan mendengus kesal.
"Permisi, ratu mau lewat." Hazel melempar senyum mengejek pada Gendis yang sudah mengumpat sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar mandi.
Hazel berlari kecil menuju kamarnya. Setelah mengunci pintu, Hazel melempar handuknya asal dan segera memakai seragam sekolahnya. Gadis itu mengaca pada cermin kecil dan segera memakai rangkaian skincare sebelum sedikit berdandan agar wajahnya terlihat lebih segar. Setelah siap, Hazel keluar dari rumah dan duduk pada kursi yang ada di teras rumah sembari memakai sepatunya.
"Cantik banget yang ngekos di rumahnya Mak Siti," ucap Bapak pedagang sayur yang nangkring di depan rumah Oma.
Oma Zeeti dan Ibu-ibu lainnya menatap Hazel yang sudah tersenyum manis menebar pesonanya. Hazel masih sama, suka dipuji. "Pagi Ibu-ibu, Hazel permisi mau berangkat sekolah."
Salah satu Ibu yang berbadan sedikit subur tiba-tiba mengapit lengan Hazel. "Berangkat sama siapa, neng?"
Hazel yang merasa risih berusaha melepaskan lengan Ibu itu. "Hazel mau jalan ke depan buat cari taksi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazelnath
Teen FictionBukan mengenai Hazelnut, jenis kacang-kacangan yang tergolong dalam spesies Filbert. Tapi mengenai Hazelnath, dua anak manusia yang diciptakan dan dipersatukan dengan karakter yang sangat berbeda. Hazel tidak bisa hidup dengan tenang tanpa harta, po...