Tidak terima dipermalukan seperti tadi, Gwen mulai mengatur rencananya dengan baik. Laki-laki itu akan membalasnya, mempermalukan Elnath dihari yang sama saat ia juga dipermalukan. Matanya melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Sebentar lagi pasti Elnath muncul dan mencari-cari kesempatan untuk dekat dengan gadis di sebelahnya.
"Itu dia," gumamnya sangat pelan.
Senyumnya yang sempat merekah perlahan memudar kala melihat Elnath tidak menghampirinya dan Hazel, laki-laki itu justru berjalan mendekati motornya. Diluar dugaan, rencananya bisa gagal jika begini. Bagaimanapun caranya, Gwen harus memancing agar Elnath menghampiri mereka dengan emosi yang meledak.
Hazel menarik-narik ujung seragam Gwen. "Ayo, pulang!" ajaknya sedari tadi. "Kita nungguin apa lagi?"
"Tunggu." Gwen sudah mengatakan ini berkali-kali, membuat Hazel bingung apa yang sedang ditunggu Gwen.
"Elnath pecundang!" Teriakan Gwen menyita perhatian siswa/siswi yang berada di parkiran. Keadaan parkiran memang sedang ramai-ramainya, maka dari itu Gwen memilih waktu sepulang sekolah.
Jack menepuk-nepuk bahu Elnath dari tempatnya. "Kalau gue dikatain gitu, gue nggak akan diem."
Beno tertawa saat melihat Jack mulai memanasi keadaan. "Gwen tipe-tipe orang yang suka mancing."
"Mancing apa?" tanya Jack.
"Mancing keributan, mancing emosi, ya kali nggak dihajar." Beno melirik Elnath yang tampak tidak peduli.
"Lo berdua manusia bensin."
Beno dan Jack menatap Elnath penuh tanya. "Maksudnya? Gue tukang minyak?"
"Suka nyiram bensin ke api yang lagi nyala."
Jack yang paham duluan langsung memukul tengkuk Beno. "Itu maksudnya kita tukang manas-manasin keadaan! Ini kita lagi dihina!"
"Gue nggak peduli, yang penting keributan." Beno menarik kunci motor Elnath. "Lo mau diem aja dihina sama dia? Harga diri lo bisa turun!"
Bukannya Elnath senang dikatai oleh Gwen, tapi ia sedang berusaha mengontrol dirinya. Elnath tau bahwa Gwen tidak terima dengan masalah di kantin dan ingin membalasnya. Kalau bukan itu tujuannya, buat apa laki-laki itu rela menunggunya tiba di parkiran? Bisa saja Gwen cepat-cepat pergi, membawa Hazel menjauh agar tidak ada kesempatan untuknya mendekati.
"Lihat, kan?" Gwen berteriak lagi saat Elnath tampak tidak memedulikannya. "Elnath itu pecundang. Atau jangan-jangan lo mau mundur karena nggak bisa dapetin perhatian Hazel?"
Hazel menggeram marah, apa-apaan Gwen ini? Melakukan sesuatu tanpa persetujuannya terlebih dahulu. "Ayo, pulang!" Hazel berucap dengan penekanan di setiap katanya. "Lo nggak usah mancing-mancing emosi Elnath!"
"Segitu doang usaha lo? Omong doang yang besar, aksi lo kecil!"
Elnath menahan marah ditempatnya, hendak menghampiri Gwen tapi terhenti saat seseorang menyentuh lengannya. Dia Velyn, gadis yang selama jam pelajaran selalu mengemis-ngemis untuk diantarkan pulang. Katanya ia akan membantu Elnath untuk dekat dengan Hazel. Tapi Elnath tidak akan percaya semudah itu.
"Oh jadi karena itu, lo sekarang lebih tertarik sama Velyn?" Lagi-lagi Gwen berteriak. "Baguslah, lo nggak perlu keluarin tenaga buat rebut Hazel."
Elnath turun dari motornya, berdiri tegap menatap Gwen yang berjarak sekitar tiga meter darinya. Beberapa orang memekik tertahan saat Elnath mulai terpancing emosi. Siswa/siswi yang tadi mengantuk menjadi segar, yang tadi ingin pulang cepat menjadi ingin pulang terlambat, yang tadi terlihat lelah mendadak semangat. Semuanya berkerumun walau terik matahari menyengat kulit mereka. Apapun yang berbau keributan, mereka suka. Tidak akan rela meninggalkan tontonan ini barang sedetik pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazelnath
Teen FictionBukan mengenai Hazelnut, jenis kacang-kacangan yang tergolong dalam spesies Filbert. Tapi mengenai Hazelnath, dua anak manusia yang diciptakan dan dipersatukan dengan karakter yang sangat berbeda. Hazel tidak bisa hidup dengan tenang tanpa harta, po...