Pagi hari ini di lapangan terdapat dua kelas yang seharusnya mendapat jadwal pelajaran olahraga, beruntungnya mereka karena guru olahraga tidak bisa mengajar hari ini. Karena itu siswa/siswi diperintahkan berolahraga mandiri. Namun, sebagian dari mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol di pinggir lapangan. Hazel melambaikan tangannya saat dari kejauhan ia bisa melihat Elnath baru saja duduk dengan Jack dan Beno. Merasa dipanggil, Elnath berjalan mendekati Hazel kemudian duduk di sebelah gadis itu.
"Keringatnya banyak," ucap Hazel sembari meraih beberapa lembar tissue dan mengusap keringat di wajah Elnath yang hanya diam saja.
"Haus nggak?" tanya Hazel dan lagi-lagi Elnath tidak membuka suaranya. Perasaan Hazel tidak enak, apa ia telah melakukan kesalahan?
Berusaha menepis pikiran buruknya, Hazel meraih sebotol air mineral kemudian diberikan pada Elnath. "Minum, kayaknya lo haus."
Bukannya menerima air pemberian Hazel, Elnath memandang lekat wajah Hazel. Pikirannya langsung tertuju pada kejadian kemarin saat ia melihat Hazel di sebuah restaurant. "Kemarin kemana?" tanya Elnath serius.
"Maksudnya?"
"Kemarin lo kemana aja?" Untuk kedua kalinya Elnath bertanya namun dengan suara yang dibuat setenang mungkin.
"Di rumah, nggak kemana-mana."
Elnath tersenyum tipis, ternyata Hazel berbohong. Tidak marah, Elnath memilih berpura-pura percaya kemudian meraih botol air yang diberikan Hazel.
"Kenapa tanya gitu?" Hazel menggigit bibirnya, khawatir jika Elnath tahu bahwa kemarin ia pergi bersama Gwen.
"Nggak olahraga?" tanya Elnath yang sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Males, kenapa tanya gitu?"
Mata Elnath fokus pada gerombolan laki-laki yang duduk tak jauh dari mereka. Nampaknya sedang mendengarkan pelatih ekskul futsal. Puas menatap wajah menyebalkan adik kelasnya, Elnath meneguk minumannya sampai habis.
Tangannya meremas botol minum itu ketika menatap Hazel yang ternyata sedang tersenyum pada Gwen. "Lagi lihat apa?"
"H-hah?" Hazel mengalihkan pandangannya pada Elnath.
"Ada yang lebih menarik dari gue?"
Jantung Hazel berpacu lebih cepat, ia merasa telah terciduk. Sumpah demi apapun, Hazel tersenyum pada Gwen murni karena rasa tidak enak. Laki-laki itu sudah baik padanya, melempar senyum dan Hazel merasa tidak enak jika mengabaikannya.
"Nggak lah!" jawab Hazel cepat.
Elnath tertawa renyah, menertawakan dirinya sendiri yang mungkin tidak bisa membuat Hazel bahagia bersamanya. "Mau kesana?" tanya Elnath sembari menunjuk gerombolan laki-laki itu, tepatnya pada Gwen.
Mata Hazel mengikuti ujung jari telunjuk Elnath, matanya membulat sempurna dan bibirnya sedikit terbuka saat tahu kemana arah telunjuk Elnath. Bersikap dengan tenang, Hazel! "Ngapain?" tanya Hazel pelan.
Tawa Elnath semakin keras walaupun sejujurnya tidak ada hal yang lucu. Ia menunjuk wajah Hazel yang sekarang nampak bingung. "Kok mukanya panik? Gue cuma bercanda."
Hazel mengangguk-angguk kikuk, sedetik kemudian memaksakan tawanya sendiri. Setidaknya ia aman, Elnath tidak tahu apa-apa mengenai yang kemarin. "Siapa yang panik? Gue juga tau kalau lo bercanda."
"Siapa tau lo mau ikutan ekskul futsal, biar gue anterin."
"Nggak usah, gue nggak minat!" Hazel menggerak-gerakkan tangannya memberikan respon penolakan.
Mata Elnath kini beralih menatap Gwen, laki-laki itu seolah mengamati interaksi mereka berdua. Berusaha menunjukkan bahwa gadis di sebelahnya adalah miliknya, dengan sengaja Elnath merangkul pundak Hazel. Melemparkan senyum mengejek pada Gwen yang tampak terkejut dengan perlakuan Elnath pada Hazel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazelnath
Teen FictionBukan mengenai Hazelnut, jenis kacang-kacangan yang tergolong dalam spesies Filbert. Tapi mengenai Hazelnath, dua anak manusia yang diciptakan dan dipersatukan dengan karakter yang sangat berbeda. Hazel tidak bisa hidup dengan tenang tanpa harta, po...