𝙃𝙞 𝙆𝙖𝙥𝙩𝙚𝙣!³³

1.2K 326 169
                                    

°°Aku bingung harus menyebutnya dengan apa, bahkan bajingan saja masih terdengar sopan untuknya°°

□□□

Arunika sudah berganti dengan rembulan. Ibu kota memang tak pernah tidur, itulah kenyataannya.

Malam penuh bintang dilangit mempercantik keindahan ibu kota yang penuh dengan lampu dari para pengendara dijalanan.

Lala mengeratkan pelukannya kearah sang pengemudi sepeda motor tersebut. Sesekali menaruh bahunya dan menatap wajah tampan yang sedang fokus kedepan.

Cahaya dari lampu membuat ia dengan jelas bisa menatap wajah Chandra yang kali ini terlihat sangat manis dengan kaca mata beningnya.

❝ abang, kenapa gak pake helm balapnya ? ❞

❝ gak pantes dong kalo naik sekuter, helmnya model sport ❞ kekehnha kecil

❝ tapi kan gak sesuai SNI, masa gak ada kacanya ❞

❝ yang penting pake kaca mata sama masker. Dari pada teteh, ada kacanya tapi gak digunain ❞ cibir chandra

❝ abang mau sate!!! ❞

Chandra menghela nafas pasrah disana. Mengambil jalur kiri untuk berhenti disalah satu beberapa tenda yang menjual makanan.

❝ teteh sendiri aja ya kedalem, abang lagi pengin soto ❞

Lala mendesah kecewa ❝ yah abang! Liat tuh, pada pacaran semua. Nanti teteh dikira jomblo gimana ? ❞

❝ makanya ajak jeffri nanti gak keliatan jomblo! Punya pacar kok gak digunain. Nyusaih abangnya aja ❞

Lala terdiam, pandangannya sekarang sendu tak sebahagia tadi. Dan chandra tak mengerti alasannya ❝ teh ❞

❝ pulang aja deh bang. Teteh gak mau nyusah in abang ❞

Chandra tersentak, sedikit tak enak hati kala menatap wajah ayu adiknya. Tersenyum sekilas sembari menangkup pipi gadis kesayangannya itu ❝ jangan tersingung heum ? Kaya sama siapa aja. Ayok nanti keabisan nangis ❞

Lala tersenyum sumringah, menggandeng erat tangan kakaknya dan berjalan beriringan ke tenda penjual sate.

○●○

Jeffri menatap jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Masih menunggu pesanannya datang.

❝ lagian kenapa harus di kedai ini sih, sate di komplek kan banyak ❞ kesalnya

Pemuda itu menatap sekeliling, ada hal yang sangat mencolok baginya. Sosok lala yang berdiri bersama sosok asing baginya tengah memesan dikedai sate yang sama dengannya.

Tangan yang saling bertautan membuat jeffri terkekeh miris ❝ baru gue putusin, udah gandeng cowo lain. Gak salah gue ambil langkah ini ❞ monolognya

❝ mas, ini pesanannya ❞

❝ ah makasih ya mas, ini uangnya ❞

Jeffri berjalan, sengaja mengambil jalan yang dekat dengan meja tempat duduk lala dan lelaki itu.

Telinganya dengan jelas mendengar gurauan mereka, yang entah mengapa membuatnya sangat sebal.

❝ langgeng ya la, gak gue sangka cepet banget lo dapet pengganti gue. ❞

Lala menatap wajah jeffri, ia mengutuk keadaan yang seakan terus mengujinya dengan terus mempertemukan mereka.

 |✓|𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐢𝐜𝐚𝐭𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang