𝙃𝙞 𝙆𝙖𝙥𝙩𝙚𝙣!⁴⁴

2.5K 365 26
                                    

Keadaan kamar pemuda berdimple itu terlihat sangat gelap. Terangnya matahari tak bisa menembus tirai hitam kamar pemuda yang ditutup sepenuhnya.

Benar-benar gelap, sunyi dan hanya diisi suara isakan pelan.

Jeffri, pemida pemilik kamar itu tertunduk disudut kamar, menaruh kepalanya pada tangan kanannya yang bertumpu pada kaki kanannya yang ia angkat. Ditelapak tangannya terdapat surat dengan beberapa baris kalimat tersaji disana.

❝ lo sekarang bener-bener pergi la ❞ lirihnya

Pemuda itu mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat semakin kacau dengan rambut yang berantakan.
Menatap kembali surat tersebut dan melemparnya.

❝ hukum gue la── hukum gue dengan cara apapun── Tapi jangan hukum gue dengan kepergian lo la ❞

Pemuda itu tahu mengenai kepergian Lala, bahkan ia turut hadir dibandara walau hanya memantau lala dari kejauhan.

Namun batinnya benar-benar tersiksa hanya melihat dari jarak sejauh itu, hingga ia berlari menuju lala yang saat itu ingin pergi tanpa berfikir apa resiko jika ia memunculkan wajahnya didepan sang ayah dari gadis itu.

Flashback on

Jeffri berlari, tak memperdulikan pekikan kesal orang-orang yang ia tabrak. Meminta maaf pun ia tak sempat karena terus berlari kesana.

❝ LALA!! ❞

Gadis itu menoleh, tak menunjukan raut terkejut. Ia justru tersenyum kecil, tahu betul bahwa lelaki itu akan datang kebandara bahkan tanpa diminta.

❝ tolong── lo bisa pukul gue, siksa gue atau apapun itu, tapi jangan pergi la── jangan biarin gue gak bisa liat wajah lo lagi ❞

Bug!

Pemuda itu tersungkur, kala pukulan ia dapatkan dari Chandra. Tak memperdulikannya, Jeffri kembali berdiri menggapi tangan lala, gadis yang menatapnya dengan raut kesedihan. Gadis itu menggeleng pelan ❝ jangan kaya gini kak── ❞ lirihnya

Chandra menggeram, hampir saja menyerang jeffri kembali sebelum langkahnya dihentikan sang ayah.

Jeffri menggeleng cepat, lelaki itu menyeka ujung bibirnya dengan tangannya secara kasar ❝ kenapa ? Lo pergi karena mau hidarin gue kan ?── biar gue la, biar gue yang hindarin lo, akan gue lakuin itu asal gue masih bisa liat wajah lo la── walaupun dari jauh ❞

❝ la── ❞ panggilan dari Yudha menyadarkan gadis itu.

Lala melepas tautan tangan jeffri dengan pelan, menggeleng menatap mata berkaca-kaca itu dengan sendu. Gadis itu mengeluarkan sebuah surat yang ia tulis── sebuah surat yang ia yakini akan ia berikan saat jeffri berada dibandara untuk menyusulnya.

❝ lala harus pergi kak── maaf dan trimakasih untuk segalanya

Sebelum pergi, Jeffri kembali menarik lala. Membawa lala dalam pelukan yang tak terbalaskan.
Memeluk tubuh itu dengan erat ❝ gue akan nunggu lo la── seberapa lama lo pergi ❞ pemuda itu melepaskan pelukannya. Menarik kalung yang menggantung dilehernya dengan kasar.

Membuka telapak tangan gadis itu dan menyerahkan kalung tersebut ❝ tolong jaga ini la── ❞

❝ maaf── ❞ lirihnya

Lala mengangguk, menggenggam kelung tersebut, berjalan menjauhi keempat orang tersebut setelah dirangkul lembut oleh sang adik.

Jeffri melihat punggung itu, Gadis itu benar-benar pergi, sesekali menoleh disetiap langkahnya menjauhi jeffri, kedua orang tuanya dan Chandra.

 |✓|𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐢𝐜𝐚𝐭𝐞𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang