25

2.5K 214 16
                                    

Ingatan jimin berputar kembali kala ia baru memasuki masa sekolah menengah atas. Setiap siswa siswi diwajibkan mengikuti ektrakurikuler minimal satu disekolah. Mendadak sekolah ramai dengan para penghuni club yang aju kebolehan masing-masing. Itu wajar terjadi setiap tahunnya. Jimin hanya ikuti saja, toh seru juga menurutnya.

Jimin suka menari, tentu tujuannya adalah ikut club tari dan sudah selesai mendaftar. Ia hanyar berjalan-jalan untuk melihat sesuatu yang mungkin dapat membuatnya tertarik ikut club yang lainnya.

Di penghujung koridor nampak ramai dengan sorakan para anak lelaki bersenda gurau. Itu para senior, Jimin enggan maju. Rasa penasarannya kalah besar dari rasa takutnya melewati para senior club basket. Selain karena mereka terlihat tinggi dan kekar, mereka lebih seperti kumpulan preman sekolah. Itu lah pikiran awal Park Jimin dimasa lugunya.

"Berkencanlah denganku, Min Yoongi!" Tepuk tangan riuh dan seruan mengisi koridor dengan tawa dari masing-masing club. Seperti tahu perbuatan dari club basket yang senang melawak.

"Tidak waras kalian."

"Serius cakep banget. Colek dikit nih, ya?"

Jimin mengernyit tak senang. Jelas-jelas ia melihat seorang siswi sedang dilecehkan dan seluruh orang malah ikut tertawa. Benar-benar club preman sekolah, batinnya emosi.

Melihat tak ada yang menolong siswi mungil tersebut, Jimin entah dapat keberanian dari mana berjalan maju menyeruak di kerumunan penuh manusia kelebihan kalsium.

"Pe-permisi... Maaf, sunbaenim? Apa club ini hanya bisa merundung seorang gadis?"

Jimin mengutuk diri yang tergugu. Memang bodoh. Harusnya ia menjadi lebih berani meski sekarang sungguhan cari mati.

Namun di detik kesekian Jimin mendapati dirinya menjadi tertawaan. Bahkan 'gadis' yang ingin ditolongnya tertawa hingga jatuh terduduk.

"Wah, gila benar kau, min yoongi."

Gadis itu—maksudnya min yoongi, masih tertawa memegangi perut. "Ini semua salahmu, kihyun bangsat!" Sumpah serapah ditunjukan pada lelaki yang sedari tadi paling berisik.

Jimin blank.

"Kau salah paham, dik. Yang kau ingin tolong itu memang manis, tapi lihat dengan benar, dong."

Menoleh kearah si 'gadis' yang sekarang sudah berdiri pongah dibelakangnya. Jimin baru paham jika maksud senior tadi adalah adanya jakun dan dada rata. Dan min yoongi yang tersenyum miring menatapnya.

Hingga satu minggu, jimin ditemani mimpi buruk.

Satu bulan kemudian, ia akhirnya berdamai dengan orientasinya yang selalu mendamba sosok berseragam siswi dikoridor.

Mimpinya tak lagi buruk—memang sedari awal bukan hal buruk jika bermimpi erotis terhadap senior sendiri.

Hehe

Bukan salah Jimin kan?

Fin

Hallooooowwww

Aku tau ini garing tapi aku cuma mau nyapa kalian semua... Sehat-sehat terus ya kalian?? Ayo kasi aku komen dong biar aku seneng :(((

DIET DIET (MinYoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang