21

2.9K 355 27
                                    

Siang itu Jimin tertunduk lesu di kafetaria kampusnya. Dua puluh menit yang lalu, Jungkook dan Taehyung bergabung dengan kisruh rumah tangga tak ada habisnya. Ia tak ambil pusing. Jimin tak cukup banyak tenaga meladeni tingkah tak jelas kawan-kawannya.

"Bro?" Jungkook masih mencoba mengajak bicara Jimin dengan menyenggol lengannya.

Jimin meliriknya nampak terganggu. Si badan bongsor itu nyengir menampakan dua gigi kelincinya yang lucu. Taehyung yang di samping refleks mencubit pipi pacarnya lalu bergelayut di lengan si pacar tanpa malu.

Hati Jimin semakin panas melihat interaksi bucin di depannya. Park muda itu berdiri dengan menyentak meja panjang hingga membuat kedua temannya kaget dengan mata melotot ke arahnya.

Tak berkata apapun, Jimin justru melangkah keluar kafetaria dengan aura tak menyenangkan menempelinya.

Sementara itu Taehyung dan Jungkook yang menatapnya tak berkedip, mengedik bahu dengan heran begitu Jimin sudah hilang dari pandangan.

"Sekilas kupikir dia sedang ketempelan setan."

"Tidak, Jungkookie. Tidak mungkin setan ditempeli setan."

Jungkook tertawa, lalu dengan gemas menguyel pipi Taehyung. "Aih.. kau lucu sekali, sayang."

.
.
.
.
.
.
.

Jimin berjalan tanpa arah sebab hari ini moodnya benar-benar tak bisa diajak berinteraksi lebih jauh dengan orang banyak. Ia terbiasa ramah dan itu sangat tidak baik jika tiba-tiba orang melihatnya menjadi dingin dan seram seperti yang tadi di katakan dua teman karibnya.

Park muda itu menarik nafas dalam lalu menghelanya dengan keras. Menoleh ke samping kiri, etalase toko itu sedang menaruh berbagai macam kue coklat dan tanda promo. Sepertinya baru dibuka. Jimin teringat kekasih gendutnya yang imut. Yang sangat suka coklat. Yang mencintai makanan manis. Min Yoongi pasti akan merengek minta dibelikan kue coklat dan coklat premium promo itu jika saja dia melihatnya dengan kedua netra kucingnya yang lucu.

Sayangnya, kekasih gembulnya tak ada kabar. Jimin menunduk sembari merogoh saku celananya mengeluarkan gawai dari situ. Hatinya merana ketika tak satupun balasan pesan dari Yoonginya.

Menghela nafas lagi dan lagi, Jimin putuskan untuk membeli beberapa coklat untuk di hadiahkan nanti pada Yoongi. Entah Yoongi kapan pulangnya, Jimin hanya ingin melihat senyum senang diwajah manis itu dengan nyata.

Jimin dengan paperbag ditangan kanan, tersenyum tipis saat berjalan kembali kearah trotoar dengan jejeran toko-toko sepanjang jalan. Tak jauh dari toko kue coklat tadi, Jimin melihat distro yang memajang baju FG kesukaan Yoongi. Yoongi sudah punya beberapa kaus dan sweater merk itu. Tapi, Jimin ingin belikan karna pacarnya suka.

Akhirnya, ia belikan juga T-shirt biru muda yang pasti akan sangat manis jika Yoongi pakai. Jimin tanpa sadar menyinggahi setiap toko yang dirinya rasa itu adalah kesukaan kekasihnya. Tanpa sadar, paperbag dikedua tangannya hampir penuh. Park muda itu singgah di kedai tteokboki karna Yoongi juga suka. Ia akan jadikan itu untuk makan malamnya nanti sebab mungkin Yoongi masih belum akan pulang.

.
.
.
.
.
.

Begitu tiba didepan pintu apartemen, Jimin tak serta merta membukanya. Mengingat apartemen itu kosong dan hanya akan ada dirinya, rasa dingin sudah lebih dulu menghembus disekujur tubuhnya. Rasanya, ia ingin memaki tentang betapa menderita dirinya hanya karna ditinggal Min Yoongi. Apalagi jika kelak melihat si gula itu bahagia bukan dengan dirinya. Jimin ingin mati saja.

Mengabaikan rasa sesak yang mengerumuni. Jimin akhirnya masuk lalu membiarkan semua belanjaannya diatas meja. Rasanya sangat lelah sehingga sofa saja sudah cukup untuk tempat tidurnya malam ini.

DIET DIET (MinYoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang