Cerita ini hanya untuk kesenangan pribadi dan tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun.
Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.Yoongi masih kepikiran tentang Seokjin. Ia agaknya sedikit takjub karena Jin tanpa takut mengambil keputusan setelah pengakuan Namjoon. Jika itu Yoongi, ia mungkin memilih kabur lalu membuat masalah baru lainnya. Seperti tahunan lalu dan ia malas mengingatnya.
Sejujurnya, Yoongi lebih takjub lagi dengan keberanian Namjoon tentang sikap jujurnya. Yoongi yakin betul jika, Namjoon juga telah memikirkan resiko dari apa yang telah ia katakan pada Seokjin kala itu. Ia kenal lelaki berlesung pipi itu dengan baik. Namjoon bukan orang yang sembarang mengambil keputusan.
Bisa saja, Namjoon memendam itu sendiri lalu menjalin hubungan dengan baik bersama Seokjin. Seolah tak ada yang pernah terjadi pada hatinya.
Namjoon goyah, dan Seokjin tak punya alasan untuk melanjutkan hubungan mereka. Perasaan goyah semacam itu mungkin akan memicu perasaan yang sama dilain waktu kelak. Ia mengenal keduanya sangat baik. Seokjin penuh perhitungan. Dua tahun tak membuat Seokjin berpikir dua kali untuk berpisah.
"Hei, gendut." Jimin datang. Pria itu melempar tas ranselnya sembarangan lalu berbaring tengkurap di atas sofa.
Sehabis menyapa, Yoongi ditinggal tidur si pacar begitu saja. Si gula mendengus di single sofa sebelah kekasihnya berbaring.
"Jiminie, capek ya?" Jimin hanya menggumam. Bergelung nyaman saat jemari kurus Yoongi membelai rambutnya lembut.
Jimin sepertinya mengerjakan banyak tugas hingga kelelahan. Sebagai pacar, Yoongi justru pergi memancing dan senang-senang dengan Seokjin. Rasa bersalah tiba-tiba merayapinya hingga wajah bulatnya menekuk sedih.
"Jiminie, tidur di kamar. Nanti kubuatkan sup untuk makan malam."
Jimin tak menyahut. Tapi, ia bergerak dengan mata setengah terbuka untuk beri kecupan kecil pada bibir mungil Yoongi lalu berjalan sempoyongan mirip orang mabuk kearah kamar mereka.
Yoongi terkekeh lucu di tempatnya. Karena sialan yang tadi itu imut sekali.
*****
Jimin terbangun ketika ada yang menepuk-nepuk pipinya dengan suara lembut menyuruhnya membuka mata. Matanya mengerjap begitu melihat malaikat berkulit putih tanpa sayap menatapnya dengan raut khawatir.
"Kau demam. Ayo, makan dulu terus minum obat."
Suara itu sungguhan terdengar lembut bak nyanyian-nyanyian berasal dari surga. Jimin tak yakin dirinya antara masih hidup atau sudah di surga.
Yoongi membantunya duduk bersandar pada kepala ranjang. Jika badannya tak ngilu dan menggigil, sudah diajaknya Yoongi bergulat dengan pelukan gemas bukan main. Sangat jarang ia diperlakukan lembut oleh si pacar.
Apa Jimin harus melulu sakit baru diperhatikan begini?
Jimin menggeleng karena merasa tolol. Yoongi memang dingin dan tak acuh, tapi si manisnya itu sangat peduli. Hanya karena Jimin si buruh cinta yang rela melakukan apa saja, sifat peduli sang pacar jadi semakin tak kasat mata.
Jimin tak permasalahkan. Bibirnya terbuka kala Yoongi menyuapinya bubur. Si gembul itu sangat telaten merawatnya tanpa banyak bicara.
Ia tak tau apa yang tengah dipikirkan oleh kekasihnya. Tak tau jika Yoongi merasa bersalah padanya. Membiarkannya bergelut dengan tugas sementara Yoongi sendiri berlibur bersama Seokjin dengan pergi memancing.
Bubur itu sudah tandas ketika Yoongi berucap sembari menyiapkan obat dan segelas air untuknya.
"Harusnya Jiminie jaga kesehatan. Kau selalu menuntutku ini itu yang hidup tak sehat. Lihat sekarang, kau bahkan sakit Cuma karna aku tinggal dua hari." Omelnya. Menyuapkan beberapa butir obat itu pada Park Jimin yang tengah tak berdaya.
Jimin terkekeh parau. Setelah meneguk obat, diraihnya kedua tangan Yoongi lalu dikecupinya jemari lentik itu penuh damba. "Maaf ya, sugar. Hari ini kau keterlaluan manis. Terima kasih." Ucapnya serak.
Tenggorokannya panas dan sakit. Ia melarang Yoongi dengan tubuh gempalnya untuk berbaring di sampingnya. "Nanti kau ketularan."
"Tapi aku tak mau tinggalkan, Jiminie!" Rengek si gula-gula. Kepalanya memaksa melesak kepelukan Jimin yang terasa panas sebab suhu tubuhnya yang tinggi.
"Kalau besok kau ikutan sakit. Aku tak mau rawat."
"Tak masalah. Seokjin-hyung pasti senang hati akan merawatku. Sekarang dia jomblo, dia pasti kesepian."
Ucapan terakhir dari Yoongi membuat Jimin melotot dan melupakan kantuknya. Ia hampir menjerit jika saja ternggorokannya normal.
"Kenapa tak bilang dari awal? Kalau tau begitu aku tak ijinkan kau pergi dengannya!" Gerung Jimin dengan rengekan sebal. Ia peluk Yoonginya layaknya beruang mendapat mangsa.
"Ugh... sial, Jim. Kamu sakit saja tenaganya masih mirip beruang begini." Protes Yoongi. Memukul tengkuk Jimin minta dilepaskan. "Lagipula masih sempat-sempatnya kau cemburu dan bukannya prihatin."
Jimin tak peduli. Seokjin dan Namjoon itu teman-temannya Yoongi dan mereka tak dekat dengannya. Yang Jimin tau, keduanya senang sekali memonopoli pacarnya untuk mereka sendiri. Itu menjengkelkan.
"Aku prihatin. Tapi yang jelas tak akan kubiarkan kau pergi dariku. Karna kau milikku."
"Kau posesif sialan. Siapa juga yang mau meninggalkanmu." Gumaman Yoongi pelan diakhir kalimat.
Tak berapa lama kamar itu hening sebab si gula sudah jatuh tertidur lebih dulu. Jimin ikut mengantuk menatap wajah tidur menenangkan si pacar hingga akhirnya ia ikut jatuh ke alam mimpi.
Tbc.
Kangen ga sama si gulaaaa???
Aku dong kangen berat terus kayak dapet energi super pas liat mereka update lewat seokjin. Seokjinie saranghae /sungkem
Makasih ya masih mau baca plus komenin. Aku bacain semua kok komen kalian. Tapi ya gitu. Gatau mau bales apa. Aku ga sombong kok. Suer 😭👌
LUCU BNGET HSHSHSHSH
AAAAAAAAA JIMUUUUUNNNN UWU
KAMU SEDANG MEMBACA
DIET DIET (MinYoon)
General FictionPark Jimin dibuat mati akal sebab Min Yoongi yang nakal selalu menyimpan permen coklat diberbagai tempat. Jimin mau Yoongi berhenti memakan gula-gula dan berdiet dengan menu makanan sehat yang dibuatnya. Jimin bisa sabar tidak, ya? MinYoon Ini cuma...