20

4.4K 521 46
                                    

Cerita ini hanya untuk kesenangan pribadi dan tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun.

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.

Yoongi duduk di cafe Seokjin siang itu. Jimin bilang akan menyusul jika kelasnya bubar. Sambil menunggu sang pacar, Yoongi putuskan untuk menggambar dengan ipad yang dikeluarkannya dari dalam tas.

Di depan kasir sana, Seokjin sedang sibuk melayani beberapa pelanggan sebab cafenya sangat ramai pengunjung. Di luar udaranya cukup membuat menggigil.

Sudah memasuki musim dingin, jadi Yoongi memakai pakaian hangat begitu juga kebanyakan orang. Menghirup coklat panas juga salah satu cara bertahan hidup di cuaca yang dingin. Menurut lamaran cuaca, salju pertama akan muncul nanti malam.

Perhatiannya ada pada pekerja paruh waktu yang sibuk bolak-balik mengantar pesanan. Entah bagaimana bisa Seokjin mendapat pekerja tampan, manis juga terlihat masih sangat muda itu. Oh, dia juga sangat tinggi. Mungkin setinggi Kim Namjoon. Yoongi merasa senang bisa cuci mata. Ia bahkan menghiraukan delikan keki dari Seokjin yang tak suka pekerjanya dipandangi sedari tadi.

Ya Tuhan, anak itu tersipu. Sepertinya dasar tengah dipandangi olehnya. Yoongi buru-buru menunduk lalu kembali menyibukan diri dengan gadgetnya.

"Dasar centil. Kau membuat pegawai-ku grogi, tau!" Seokjin menyentil telinganya main-main.

Yoongi terkekeh lucu. Menaruh ipad keatas meja sebab tak bisa konsentrasi. "Habisnya dia lucu sekali. Aku gemas."

"Bicara saja untuk dirimu sendiri, Yoongichi." Seokjin memutar matanya. "Aku adukan pada Jimin."

"JANGAN!"

"Mengadu soal apa?"

Yoongi kaku. Nafasnya tercekat di tenggorokan seolah jiwanya ditarik malaikat maut. Jimin berdiri diantara dirinya dan Seokjin yang duduk bersebarangan dengan aura suram.

"Ah, tidak. Itu..." Yoongi gelagapan dengan kaki menendang-nendang Seokjin dari bawah meja.

Seokjin meringis ditendangi. "Tidak ada, kok." Cicit pria itu menahan sakit.

Yoongi hanya berani melirik Jimin yang wajahnya masih tidak ramah. "Kalian merencanakan sesuatu untuk menghianati aku, 'kan?" Gumamnya dingin.

"Bicara apa, sih? Di bilang tak ada apa-apa juga. Jin-hyung hanya bercanda." Di raihnya tangan si pacar yang masih merengut itu sambil tersenyum gusi. "Pacarku, jangan ngambek~"

Anjing!

Yang mengumpat bukan hanya Jimin. Tapi, Seokjin yang tiba-tiba jadi buram diantara pecinta burung tersebut. Merasa nasibnya sedang ngenes, Seokjin buru-buru kembali lagi ke counter cafe miliknya.

Jimin sendiri sudah senyum-senyum menahan gelak tawa dengan kelakuan manis pacarnya. Karna jika ini dirumah, Yoongi sudah dipastikan akan dia peluk hingga menjerit kesusahan nafas.

Seseorang memberikan mereka menu untuk di pesan. Jimin sibuk memilih makan siangnya sedang Yoongi menyumpahi Seokjin dalam hati. Pelayan itu tersenyum manis. Mata kucing si gula tak sengaja melirik name tag yang bertengger dibagian dada si pelayan.

Oh.. Huening Kai. Namanya lucu. Mungkin keturunan blasteran eropa. Yoongi tidak yakin, tapi wajahnya seperti bukan orang asia. Aduh... manis seka-

"Hyung, kau pesan apa?" Jimin bertanya. Membuyarkan semua suara hati Yoongi yang sedang genit pada lelaki lain.

"Ah, ya? Sama 'kan saja denganmu, Chim." Sahutnya agak gugup.

Jimin menangkap semua gelagat si gula. "Sudah selesai 'kan, acara curi-curi pandangnya?" Di tatapnya si pacar dengan intimidasi mematikan yang membuat Yoongi ciut sampai kedasar kerak neraka.

DIET DIET (MinYoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang