04

6K 673 10
                                    

Cerita ini hanya untuk kesenangan pribadi. Tidak mengambil keuntungan komersil apapun.

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.

Itu adalah hari ketiga Jimin dan Yoongi sah jadian. Masih terasa euforia ketika Jimin menyatakan cinta di depan seluruh murid sekolahnya dan Yoongi. Macam drama jepang saja. Tapi itu pernyataan cinta ke seratus sembilan. Mungkin akan jadi rekor jika di tolak sekali lagi. Tapi, Yoongi menerimanya dengan wajah setengah jengkel.

Luar biasa bagi Jimin meski diterima dengan raut tak ikhlas si gula.

Itu perayaan kelulusannya dan Jimin tidak juga menyerah mengejar dirinya. Yoongi sudah sekuat tenaga menolak kehadiran Jimin yang selalu begitu manis. Ia tidak begitu suka hal-hal manis.

Ia tak suka dipanggil manis, berakibat tak suka juga pada makanan minuman manis. Terutama Jimin yang suka melempar rayuan manis.

Yoongi tersenyum sendiri mengingat kejadian tiga hari lalu. Keluarganya datang dari Daegu memberinya ucapan selamat dan Jimin di interogasi begitu saja. Bocah itu sangat manis dan mudah mengambil hati orangtua. Kakaknya diam saja. Mungkin raut wajah Yoongi yang bahagia membuat sang Kakak tak banyak bicara. Membiarkan adiknya merasakan cinta masa muda.

"Hyung sayang, sudah selesai?"

Yoongi mendongak dari tunduknya. Jimin sudah datang menjemput. Ia mengangguk sebagai jawaban. "Tapi... aku tidak yakin menyelesaikan tesnya dengan benar. Aku sangat ingin masuk kampus ini."

Jimin mengelus pundaknya lembut. "Yoongiku tenang saja. Hyung, kan pintar. Jika masuk kampus ini, aku pasti akan menyusul juga."

Ada dengusan lucu ditengah tawanya. Yoongi menyahut, "itu masih dua tahun lagi, bocah."

"Memang kenapa? Kita masih punya begitu banyak waktu berdua. Tidak perlu khawatir kehabisan waktu karna aku akan selalu ada untuk Park Yoongiku."

"Cheesy sekali Park. Aku merinding."

"Kau susah sekali dirayu. Perlu seratus sembilan kali untuk mendapatkanmu. Itu sulit."

"Aku tau."

"Makanya. Tidak akan aku lepaskan."

"Terserah kau saja." Yoongi tertawa lagi dengan Jimin di sebelahnya melempar rayuan lain.

Yoongi berpikir meski tidak begitu suka hal manis, Park Jimin pengecualian. Ia juga tidak berniat pergi kemanapun tempat yang tidak ada Jimin. Sejak pertemuan mereka dan pernyataan-pernyataan cinta yang pacarnya itu utarakan. Anak itu begitu gigih pada pendiriannya.

Tidak ada alasan baginya menolak lagi. Sebab sejak entah kapan eksistensi Park Jimin begitu di dambanya.

.
.
.
.
.
.
.

"Ayo, gendut. Kita akan pergi ke gym!"

Yoongi mengumpat dalam hati. Manisnya Jimin sudah menghilang sekian tahun lalu. Itu sebabnya ia lebih suka mencari pelarian dengan makanan manis.

"Kau pasti sudah tidak waras, Park Jimin. Kau ajak aku ke gym tapi kau pakaikan aku pakaian macam suku eskimo ini?! Ini jelas bukan kutub utara!" Yoongi menjerit emosi.

Jimin tertawa terpingkal. "Kenapa, sih? Kamu imut banget pakai pakaian seperti itu, Hyung. Tidak boleh pamer aurat. Pamali!"

"BANGSAT! AKU TIDAK MAU!"

Yoongi hendak kabur mengunci pintu kamar, namun Jimin sudah lebih dulu menangkap dan mengangkutnya seperti karung beras.

Jeritan si gula hanya di sahut tawa dan geplakan pada pantat sintal Yoongi yang semakin mengamuk.

Jimin memang pejuang sejati.

Tbc
.
.
.
.
.
.
.

Ngakak banget akutu ngetiknya

Tengkyu udah mampir di cerita absturd aku. Jangan lupa klik  bintang biar aku seneng tiap updatenya uwu uwu see ya 💜

DIET DIET (MinYoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang