Chapter 11 - Perpustakaan Kota

2.9K 447 91
                                    

Bodo amat sama insiden tadi pagi yang bikin Jisung rada kit heart, pemuda berpipi gembil itu lantas segera ngehubungin Changbin sama Felix ketika teringat dengan janji mereka yang mau bikin tugas bareng. Padahal masih ada banyak waktu, namun mumpung sekarang senggang, mending kerjain dulu biar nanti gak ada beban.

Dan ya, untungnya kedua pemuda tersebut juga gak ada kerjaan, jadi cus aja lah pergi ke perpustakaan kota. Itu usul dari Jisung, katanya kalau di perpus kota bakal ada banyak buku jadinya gampang nyari referensi serta materi. Halah cuman alibi doang sebenernya, lelaki berpipi gembil itu cuman gak mau temen temennya pada ngerengek minta pergi ke rumahnya. Dan juga, untuk apa internet ada kalau gak dimanfaatkan?

Namun berhubung Changbin sama Felix rada bego, mereka lantas mengiyakan tanpa rasa curiga sedikit pun. Yah...begitulah, ketiga anak SMA itu lantas berakhir di salah satu meja bundar yang ada di dalam perpus.

"Oiya, minggu depan kita udah ulangan tengah semester ya?" Felix melontarkan tanya dengan pandangan yang masih fokus mengarah ke kertas kertas tugas di hadapan. Asik nulis dengan posisi menelungkup di atas meja, itu kalau bangun nanti tulangnya bisa bengkok karena posisi duduk yang salah. Tapi kayaknya gak gitu juga sih.

Mengangguk sebagai jawaban, Jisung lantas menghentikan kegiatan menulisnya sejenak untuk kemudian ngambil tipe-x, dia salah barusan gara gara diajak ngobrol.

"Iya, katanya kelas gak diacak jadi aman lah."

Biasanya kalau ulangan pergantian semester, mereka bakal dapet ruangan yang diacak acak gitu, bisa mental ke IPS 3, IPS 2 atau kelas lain, tergantung dari panitia yang ngurus mengenai penilaian akhir tersebut.

"Lo siapa yang bilang?" Changbin menoleh ke arah Jisung, menyerngitkan kening bingung karena jujur aja dia belum ngedenger informasi itu sebelumnya.

Mengedikkan bahu acuh, yang lebih muda lantas bangkit berdiri, "Bibi gue."

Ah, sepasang kekasih itu langsung menganggukkan kepala. Wajar aja sih karena bibi Jisung itu merupakan kepala sekolah di SMA Skz.

Namun meski mempunyai hubungan dengan pemimpin mereka, tetep aja Jisung gak dapet perlakuan khusus, malah cuman satu dua orang aja yang tau, mereka gak pernah ngegembor gembor hubungan bibi dan ponakan itu.

"Ohh...terus sekarang lo mau kemana?"

"Ngambil buku lagi, gue mau nambahin materi buat laporannya."

Sialan banget lah, mereka dapet tugas antropologi yang banyaknya nauzubilah tapi gak boleh diketik, harus ditulis tangan di kertas double folio. Apa iya jari jari gak keriting?

Mendapat anggukan dari kedua pemuda di hadapan, tupai satu itu lantas mulai ngebawa langkahnya menyusuri perpustakaan kota yang begitu jauh dari kata kuno. Berbeda dengan tempat tempat literasi lain, di sini suasana udah didesign dengan begitu modern sehingga anak anak, kaum milenial hingga orang dewasa betah menjejakkan kaki di sana.

Jalan sambil ngelamun, untungnya pemuda Han itu gak isi acara nabrak orang terlebih dulu. Jisung sampai di area komputer yang digunakan untuk mencari letak buku, mendudukkan diri di sana lalu mulai mengetik apa yang dia cari.

Gak perlu waktu lama, denah langsung muncul di layar datar tersebut. Jisung lantas menelisiknya baik baik, mencoba mengingat ngingat tempat yang ditujukan supaya dia gak perlu pusing pusing keliling karena kesasar.

"Ah lantai dua."

Ngebiarin komputernya hidup gitu aja karena nanti pasti ada yang bakal makek, si manis lantas memacu kaki kaki mungil tersebut untuk menyusuri putihnya ubin, jalan ngenaikin beberapa anak tangga lalu ngedongkak demi melihat lihat tulisan yang tertera di atas rak.

Escape [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang