Chapter 20 - Sebuah Titik Balik?

2.8K 483 202
                                    

"Minho muak pa!"

Bught!!

Pemuda berhidung bangir tersebut sontak menolehkan pandangan ke samping ketika merasakan pukulan yang begitu kuat di pipi tirusnya. Gak heran kenapa sang papa justru murka detik ini, salah Minho juga yang main ngedebat dan nolak mati matian tentang perjodohannya dengan Jisung.

Untuk pertama kali Minho melontarkan kata 'enggak' dan justru ini yang dia dapet.

Sang mama keliatan santai aja ngeliat gimana anaknya dikasih bogem mentah oleh sang suami, sedangkan Jisung malah ketar ketir sendiri tapi gak tau harus gimana. Di sini posisi si manis tentu harus diam kalau gak mau keadaan semakin keruh.

Lagian matanya masih bengkak sehabis menangis sejak sore, jadi untuk apa membela orang yang udah melukai hatinya begitu dalam? Setidaknya itulah yang coba Jisung pikirkan.

"Anak gak berguna, kamu hanya menjadi beban di keluarga."

Minho tau, dia tentu sadar.

Namun segala usahanya sia sia selama ini, pemuda Lee itu udah cukup frustasi. Setidaknya satu aja, satu aja kalimat 'kami bangga sama kamu' udah lebih dari cukup untuk melepaskan rantai yang membelenggu sosok tersebut sejak dulu.

Sebenernya jauh, jauh di dalam lubuk hati, Minho juga menyimpan sebuah luka. Rasa sakit yang mendorongnya untuk melampiaskan dengan cara apapun karena jiwa rapuh di dalam sana udah gak bisa menanggung bebannya sendiri.

Dan ya, malam inilah puncaknya. Segala emosi tertumpahkan dalam satu pukulan.

"Arghtt!!"

Bughtt!!

Bukan, Minho gak ngebalas pukulan tadi kepada sang papa, dia tentu masih tau diri untuk gak durhaka lebih dari ini.

Tembok di samping menjadi pelampiasan, tiga orang lainnya mandang shock ke arah pemuda kelahiran Oktober itu, seumur umur Minho itu anak yang cukup penurut dan rada pasrah, lalu ngeliat gimana lelaki satu itu meluapkan emosinya kali ini tentu mampu membuat raut kaget terpasang di wajah masing masing.

Sungguh, bahkan kadang Jisung bakal ngerutukin Minho yang lembek dan gak berani nentang orang tuanya. Coba aja pemuda tersebut dulu bersikap tegas dan nolak mentah mentah perjodohan tersebut- tentu gak akan ada yang terluka...kayaknya.

"Minho! Mama gak pernah ngedidik kamu kayak gini." nyonya Lee akhirnya ngebuka suara setelah selesai dengan keterkejutannya barusan.

Minho terkekeh pelan, ngedongkakin kepala lalu mandang kedua orang tuanya dengan tatapan yang begitu menyakitkan.

"Mama emang gak pernah ngedidik aku, mama maksa aku untuk hidup dalam mimpi yang mama bangun. Aku bukan robot ma."

Alih alih kedua orang tuanya, lirihan pedih barusan justru lebih berefek ke Jisung. Entahlah, ada perasaan gak enak yang mampir ke hatinya. Minho yang selama ini selalu bersikap dingin dan angkuh ternyata bisa mengucapkan lontaran kata menyedihkan tadi.

"Kami gak mau tau, lulus sekolah nanti kalian akan kami nikahkan."

Jisung bener bener pasrah, udah gak tau harus ngapain lagi setelah ini. Lagipula memang sejak awal si tupai gak punya pilihan apapun, kan?

Kalut ditambah lagi dengan masalah saat ini ngebuat emosi Minho memuncak. Gak pengen kelepasan atau mendapat bogeman lainnya, pemuda berhidung bangir itu segera beranjak pergi dari sana lalu kembali ke basemant guna mengambil mobil sebelum akhirnya melaju entah kemana- mengabaikan teriakan tuan dan nyonya Lee serta kebungkaman seorang Han Jisung.

"Ck sialan- hiks..." Minho ngusap matanya yang basah sembari nginjek gas dengan cukup keras, ngebuat mobil hitam tersebut kembali membelah jalanan malam.

Escape [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang