Chapter 23 - Sesuatu Yang Terpendam

2.8K 464 129
                                    

Siang ini Minho lagi bengong di balkon sambil menyesap sekaleng minuman soda di tangan, pandangan pemuda tampan itu keliatan kosong, mendongkak menatap cerahnya langit sembari entah memikirkan apa.

Namun yang pasti perasaan bersalah kembali hadir. Meski Minho keliatan baik baik aja, namun sebenarnya lelaki berhidung bangir tersebut masih sering dihantui bayang bayang mengenai malam dimana seseorang merenggut nyawa karena kesalahannya.

Dan ya, hal itu tentunya cukup menganggu.

Glup glup...

Krakk...

Negak habis minuman kecoklatan miliknya, Minho lantas ngeremukin kaleng kemasan tersebut sebelum akhirnya ngeletakin gitu aja di atas meja yang ada tepat di sampingnya.

Ngehela nafas sekilas, sosok tampan satu itu memilih untuk bangkit kemudian jalan masuk ke dalam kamar yang terpisah oleh sebuah pintu geser kaca terbalut bingkai kayu di sisinya.

Menginjakkan kaki di dalam sana, sebuah senyum tipis terulas begitu mendapati seorang lelaki mungil yang tengah terlelap di bawah selimut putih lebar. Iya bener, siang siang gini Jisung malah molor, selimutan lagi. Minho yang ngeliatnya malah jadi gerah sendiri, tapi bodo amat lah, sesuka si tupai aja.

Sebenernya Minho pengen ngajak Jisung pergi nemenin dia hari ini, namun ngeliat gimana anak itu yang tertidur pulas, rasanya gak tega juga ngebangunin.

Jalan ngedeket, Minho menyempatkan diri untuk berhenti di samping yang lebih muda, ngelus surai arang tersebut sekilas sebelum akhirnya beranjak pergi.

Ada satu tujuan tempat yang muncul di kepalanya. Pemakaman, mungkin Minho harus berziarah sambil kembali meminta maaf kepada gadis di malam itu. Ya semoga aja hal ini bisa membantu sedikit meringankan beban di hati dan pikirannya.

━━━━━━━━━ ⍣⍣ ━━━━━━━━━━
e s c a p e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Nyasar ke toko bunga untuk membeli seikat lily putih, siapa yang sangka Minho justru gak sengaja berpapasan dengan orang yang belakangan ini sama sekali gak pernah dia temui.

Gak, Minho gak ngebenci Winter. Cuman ya situasi mendorong pemuda Lee itu untuk menjauh sementara waktu. Tapi kalau udah ketemu kayak gini, mau gak mau harus disapa.

Winter juga keliatan cukup canggung di dalam toko, perempuan dengan rambut kecoklatan itu emang sengaja mampir untuk membeli sebuah bucket bunga, dia pengen nyambut seseorang di bandara gak lama lagi. Dan ya, pertemuan ini sama sekali gak disengaja.

"Mau kemana?" Minho mengajukan pertanyaan sambil mencoba mengarahkan pandangan ke kumpulan bunga bunga di hadapan, sengaja biar keliatan sok sibuk padahal mah lagi binugung harus membicarakan apa dengan sang gadis.

Winter sendiri ngulas sebuah senyum tipis, tangannya terjulur ke depan menyentuh helaian bunga yang tumbuh dengan begitu baik.

"Nyambut kedatengan seseorang. Lo sendiri?"

Sungguh, padahal aura canggung bener bener ketara diantara mereka, tapi paksa paksain sedikit aja lah.

Sembari ngerutuk dan berdoa supaya yang punya toko cepet cepet nyelesaiin pesanan, Minho pada akhirnya mencoba mencari cari jawaban yang tepat. Gak mungkin juga dia memberitau yang sebenarnya ke Winter.

"Nebus kesalahan, maybe."

Kening yang lebih muda menyerngit samar, gak terlalu paham dengan maksud Minho tapi dia iyain aja biar cepet.

Gak terlalu lama pegawai toko menghampiri mereka, ngasih seiket bunga dengan beberapa macam jenis namun berwarna sama -putih.

"Ah terimakasih."

Escape [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang