Chapter 36 - Pamit

2.8K 415 93
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Jisung ngedecak pelan begitu mendapat pesan dari Minho sore hari ini.

Iya bener, karena ngerasa kasian, setidaknya Jisung berkenan untuk membeberkan kontak salah satu media sosialnya supaya Minho bisa menghubungi. Nanti kalau pemuda Lee itu mulai meresahkan, tinggal blokir aja.

Sebenernya alasan tersebut hanya sebuah bentuk penyangkalan, pada kenyataan si tupai tentu ngerasa cukup rindu dengan sosok tampan satu itu. Jujur aja meski udah menghabiskan waktu di sini selama beberapa pekan, posisi Minho di hatinya masih belum tergantikan, ya meski Jisung udah mati matian mencoba untuk menghapusnya.

Sialan banget emang, dia adalah tipikal orang yang kalau sekalinya jatuh cinta bakal susah untuk move on. Tipe tipe pemuda setia, siapapun yang berhasil mendapatkan Jisung nanti, dia adalah orang yang beruntung.

"Ada apa?" Jisung langsung melontarkan tanya begitu ngeliat siluet tubuh Minho dari belakang, lelaki berhidung bangir tersebut lagi duduk duduk di salah satu bangku yang terletak masih pada area kampus.

Yang lebih tua langsung menoleh ke arah samping begitu mendapati kedatangan si manis, ngulas senyum tipis sembari menggeser tubuh demi memberi ruang untuk Jisung ikut duduk di sana.

Padahal Minho udah ngehubungin sejak dua jam yang lalu namun pas itu si tupai lagi ada kelas, jadinya dia gak tau. Jisung udah ngira kalau Minho bakalan pergi karena bosen nunggu, eh taunya sosok kelahiran Oktober itu masih setia berada di sini.

"Gue ngeganggu waktu lo ya?" Minho bertanya dengan nada yang- yahh cukup asing. Seperti sungkan dan juga sedih bercampur menjadi satu. Sebenernya hal tersebut terasa cukup menganggu, tapi ya mau gimana lagi, ini udah jadi keputusannya.

"Gak juga. Kenapa ngehubungin minta ketemu?" Jisung lagi lagi bertanya to the point. Percayalah, dia cuman sok tegar aja padahal aslinya pengen banget supaya mereka bisa sekedar mengobrol serta menghabihkan waktu layaknya seorang teman. Sebatas itu juga Jisung udah bersyukur.

Lalu kenapa tupai satu itu gak melakukannya? Hey, semua gak semudah itu. Rasa sakit dan ketakutan akan jurang yang sama membuatnya mau gak mau harus membentengi diri lalu membangun dinding yang begitu tinggi untuk melindungi sang hati.

Lagipula si manis udah berjalan sejauh ini, kalau Jisung luluh lalu kembali ke Minho, masih ada kemungkinan untuknya mendapat penderitaan seperti dulu lagi. Jisung gak mau.

"Gue cuman mau pamit." Minho berucap lengkap dengan sebuah senyum simpul. Gak ayal ada secuit harapan supaya Jisung menahannya di sini.

"Oh begitu."

Ya meski pada akhirnya si tampan tau kalau hal tersebut gak bakal bisa terwujud.

Bukan bermaksud gak peduli, sang sumbisive hanya bingung harus menanggapi seperti apa.

Escape [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang