Part 8

434 61 12
                                    

Selamat membaca
*
*

Para tabib berbondong-bondong menuju istana. Mendengar raja terluka membuat wajah mereka pucat. Suasana dalam kerajaan mulai kacau. Tuduhan demi tuduhan mulai dilayangkan masing-masing kubu.

"Yang Mulia Ratu bagaimana dengan pengumuman calon permaisuri terpilih? Apakah harus ditunda?" tanya seorang dayang. Wanita tua yang dipanggil ratu hanya diam. Ia pun ragu akan keputusannya.

"Pastikan gulungan hasil seleksi itu dirahasiakan. Aku rasa hasil itu sudah diketahui sebelum pengumuman." Ratu mengepalkan tangannya.

"Maksud Yang Mulia ada seseorang yang membocorkan hasil seleksi?" Ratu mengangguk membuat para dayang saling berpandangan.

"Tapi siapa?" 

"Aku sendiri tidak tahu yang jelas gulungan itu sudah dibuka saat aku mengambilnya kembali. Bagian atas gulungan itu tidak ditutup rapat seperti sebelumnya."

Tatapan ratu mulai menajam. Ia akan mengusut tujuan orang itu melukai raja. Jika orang itu berani melukai raja itu berarti dukungan mereka sangat besar. Hanya ada dua kubu yang memiliki dukungan sebesar itu. Kubu Barat dan Timur.

"Chu dan Kim," gumam ratu menyebut nama marga yang ia curigai.

***
Para prajurit kerajaan mulai mengetatkan keamanan. Para pasukan khusus kini sedang berjalan menuju ke tempat keluarga Chu. Mereka menerobos masuk, melumpuhkan para penjaga yang menghadang.

"Jangan halangi jalan kami." Teriak para pasukan khusus itu dengan tegas. Mendengar ada keributan membuat So Eun akhirnya keluar. Walau sempat dilarang oleh pelayan Jo namun gadis itu masih bersikukuh keluar.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya So Eun membuat keributan itu berhenti. Salah seorang pria dari pasukan khusus mendekati So Eun. Ia memberikan hormat pada So Eun seperti biasa.

"Saya harus menangkap Anda, Putri Chu. Kami ingin meminta keterangan Anda."

So Eun menatap pelayannya yang kompak menggeleng. So Eun tersenyum tanpa ragu. Tidak ada rasa takut karena So Eun tidak bersalah.

"Aku harus pergi, kalian harus menjaga kamarku agar tetap bersih. Mengerti."

"Nona jangan pergi, kami mohon."

So Eun menepuk pundak pelayan Jo. "Aku tidak bersalah, kalian tidak perlu sedih. Aku akan segera kembali." So Eun berjalan di antara para pasukan khusus. Bagaimana pun juga raja terluka saat bersama dengannya.

***
Napas Yi Jeong memburu, keringat mulai membanjiri wajahnya. Rasa sakit itu sangat nyata, Yi Jeong masih merasakan panah itu masih tertancap di tubuhnya.

"Beruntung panah itu tidak beracun," ujar seorang tabib setelah memeriksa keadaan Yi Jeong.  Para pelayan mulai membereskan peralatan tabib istana. Setelah menyelimuti Yi Jeong mereka pun keluar membiarkan sang raja beristirahat.

Perlahan kelopak mata itu terbuka. Yi Jeong sadar namun tubuhnya masih lemah. Tiba-tiba ia teringat pada So Eun. Yi Jeong berusaha untuk bangun namun luka itu membuatnya kembali tertidur.

"Apa ada orang di luar?"

Lee Yeong muncul dari balik pintu. Ia segera menghampiri raja. Lee Yeong menunduk memberi hormat pada Yi Jeong sebelum duduk.

"Saya senang melihat Anda sudah sadar," ujar Lee Yeong.

"Bisakah kau bawa Putri Ga Eul kemari? Aku ingin melihatnya," ujar Yi Jeong tersenggal-senggal.

"Yang Mulia, Putri Chu sedang diintrogasi. Kemungkinan putri akan dipenjara."

Yi Jeong meremas selimutnya. Ia berusaha untuk bangkit namun Lee Yeong segera mencegahnya. Raja mengerang kesakitan.

Princess ChuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang