Part 14

300 45 16
                                    

Selamat membaca
*
*
*
Hari yang So Eun nanti pun  tiba, akhirnya Hong bersedia mengajarinya menggunakan senjata. So Eun sangat antusias pada latihan pertama mereka. Kedua kaki So Eun menekuk dengan tangan lurus memegang pedang.  Hong berjalan mengitari tubuhnya sambil mengelus dagu.

"Kenapa gayamu seperti itu?"

"Apa ada yang salah?" tanya So Eun.

"Seperti orang mau buang air saja. Tegakkan tubuhmu!" perintah Hong.

So Eun menegakkan tubuhnya. Ia memerhatikan cara Hong memegang pedang, mengayunkannya ke udara dengan lincah. So Eun terpukau melihat kelihaian Hong dalam menggunakan pedang. Pria itu benar-benar hebat. Tidak diragukan lagi semua musuhnya bisa kalah.

"Sekarang giliranmu," ujar Hong. So Eun memejamkan matanya untuk mengingat semua gerakan kaki dan tangan Hong.  Tidak butuh waktu lama So Eun membuka matanya lalu bergerak lincah. Hong mengangguk melihat cara So Eun memainkan pedang.

"Dia lumayan juga," gumam Hong.

***
"Ini bukan kertas kosong, melainkan sebuah pesan rahasia," jelas Yi Do pada Yi Jeong, Lee Yeong dan Soo Ho. Saat ini mereka sedang berada di ruangan raja.

"Perlihatkan padaku pesan dari surat itu," perintah Yi Jeong.

Yi Do mendekatkan kertas itu pada lilin yang menyala. Perlahan panas api membuat goresan hitam muncul dari kertas. Goresan itu berbentuk bunga teratai. Tidak ada tulisan atau hal lain lagi.

"Teratai? Apa maksudnya?" tanya Soo Ho.

"Mungkin saja ini adalah kode rahasia," jelas Yi Do.

"Apa ada hubungannya dengan istana teratai?" celetuk  Lee Yeong. Semua mata menatapnya dalam diam.

"Maaf aku hanya asal bicara." Yi Jeong meraih kertas itu dari tangan Yi Do. Ia lalu melipatnya kembali sebelum menyisipkan di sela buku tebal yang ada di atas meja.

"Periksa istana teratai sekarang juga. Periksa semua kertas yang ada di sana."

"Baik, Yang Mulia," ujar tiga orang itu kompak.

***
Ratu membuka sebuah kendi berukuran sedang di depannya. Tangannya masuk ke dalam untuk mengambil sebuah gulungan kecil dari kertas.

"Seperti yang kalian ketahui bahwa pemilihan permaisuri untuk raja akan dilakukan mulai hari ini. Jawaban kalian akan menjadi penentu siapa salah satu dari kalian yang terpilih," ujar Ratu setelah memilih dua gulungan.

"Ada banyak pertanyaan yang tersimpan di dalam kendi, tapi  hanya dua yang terpilih. Berikan jawaban terbaik kalian pada dua pertanyaan ini."

Ratu membuka salah satu gulungan dan membacanya. Perhatian ratu kini teralihkan pada dua kandidat yang berasal dari masing-masing keluarga Kim dan Lee.

"Bunga teratai," ujar ratu lalu menggulung kembali tulisan itu.

"Sebagai pendamping raja hidup wanita seperti bunga teratai. Bisakah kalian memberikan filosofi terbaik tentang bunga teratai?" Putri Kim menegakkan tubuhnya. Raut wajahnya terlihat tenang.

"Teratai bunga yang indah, hamba tidak pernah berpikir hal lain tentang bunga ini selain cantik. Daun lebarnya  melindungi ikan yang ada di bawah dari sinar matahari, bunga cantiknya membuat ketenangan dalam hati. Mungkin filosofi yang tepat untuk bunga itu adalah perbuatan baik tanpa mengharapkan balasan." Putri Kim menatap Putri Lee dengan senyum.

"Sebagai wanita yang mendampingi raja,seorang permaisuri harus selalu berbuat baik untuk raja atau rakyatnya. Bekerja tanpa pamrih demi membantu raja mensejahterakan negeri adalah yang utama. Permaisuri  harus bisa menjadi peneduh hati raja setiap saat," lanjut Putri Kim.

Princess ChuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang