Part 23

349 53 12
                                    

Selamat membaca
Maaf typo
*
*
*

So Eun mematung menatap pria tua di depannya. Ia tidak mengenalnya sama sekali, tapi kenapa pria itu memanggilnya 'Yang Mulia?'

"Siapa kau?" tanya So Eun. Matanya memicing. Tidak ada niat untuk mempersilakan tamu tak diundang itu masuk ke rumahnya. Terlebih kini ada tiga pria yang sedang tidur di lantai ruang tamu.

"Ini benar-benar Anda, Yang Mulia," ujarnya lagi membuat So Eun bingung.

"Kim So Eun siapa yang datang?" Kim Bum menghampiri So Eun membuat pria tua itu terkesiap, hampir jatuh ke belakang. Pria yang ada di belakangnya segera menopang tubuh lemahnya.

"Yang Mulia Raja," gumamnya dengan mata berkaca-kaca. Kim Bum menatap lekat pria itu lalu menatap So Eun meminta penjelasan. So Eun hanya menggeleng membuat Kim Bum menarik tangannya lalu menutup pintu.

"Yang Mulia," teriak pria tua itu diikuti ketukan pintu. Kim Bum kembali ke dapur sementara So Eun mematung di tempatnya. Ada perasaan aneh yang membuatnya tertarik untuk bicara pada pria tua itu.

"Yang Mulia hamba mohon buka pintunya. Yang Mulia," teriaknya dengan suara bergetar. So Eun berjalan pelan mendekati pintu. Ia merasa iba dengan kakek tua itu. So Eun membuka pintu membuat senyum terbit di wajah tua itu.

"Siapa kau?"
Pria tua itu berlutut diikuti oleh dua pria di belakangnya.

"Hamba hanya seorang pelayan, Yang Mulia." Pria itu menangis membuat So Eun tidak tega melihatnya.

"Berdirilah, kita bicara di dalam," ujar So Eun. Ketiga pria itu akhirnya masuk ke dalam. Melihat Joong Ki, Minho dan Bo Geum masih tidur di lantai membuat So Eun malu.

"Maaf, mereka teman-temanku," ucapnya lalu menghampiri ketiga pria tampan itu.

"Yak! Cepat bangun ini sudah pagi. Apa kalian pengangguran eoh?"

Sesekali So Eun menatap kakek tua itu lalu tersenyum. Ia tidak mau orang asing itu berpikir yang aneh-aneh.

"So ah,saranghae," gumam Joong Ki dengan mata tertutup. Ketiga pria itu tidak membuka matanya sedikit pun walau So Eun sudah mengguncang tubuh mereka. Akibat dari minum semalam membuat mereka bicara tidak jelas.

"Sepertinya kita tidak bisa bicara di sini. Bagaimana kalau di depan saja," ujar So Eun membuat pria itu tertawa.

"Saya senang mereka selalu melindungi Anda."

Kim Bum yang baru keluar dari dapur membawa nampan berisi sarapan kini kembali diam menatap tiga tamu asingnya. Ia lalu meletakkan nampan di atas meja lalu mendekati So Eun.

"Kenapa mereka masih di sini?" bisik Kim Bum, melirik tiga pria asing itu melalui ekor matanya.

"Kita bicara di luar saja."

Kim Bum dan So Eun duduk di depan kakek  itu. Sementara dua pria lain tetap berdiri di samping kakek.

"Nama saya Hong Tae Oh. Kedatangan saya ke mari untuk menjemput Yang Mulia Ratu dan Yang Mulia Raja."

Kim Bum tertawa mendengar ucapan pria bernama Hong. Pria itu mungkin sudah gila menyebut dirinya dan So Eun sebagai ratu dan raja.

"Bisa kau jelaskan apa maksudnya? Kenapa kau memanggil kami dengan sebutan ratu dan raja?"

Pria itu mengeluarkan sebuah kertas dari saku dalamnya. Lukisan sepasang kekasih yang membuat So Eun kaget begitu juga dengan Kim Bum.

"Ini adalah lukisan raja dan ratu  terakhir kerajaan Ryeo. Kerajaan Ryeo adalah kerajaan kecil yang makmur. Walau kerajaan ini tidak tercatat dalam sejarah Korea, tapi ketahuilah kerajaan ini sangat damai. Sampai akhirnya pembantaian keluarga Chu mendatangkan konflik. Banyak hal yang terjadi membuat keadaan menjadi kacau." Pria itu mengusap lukisan lusuh itu.

Princess ChuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang