Part 19

350 50 19
                                    

Selamat Membaca ❤️❤️
*
*

Selang infus sudah terpasang di tangan So Eun. Sejak dilarikan ke rumah sakit gadis itu tak kunjung sadar. Kim Bum hanya bisa menatap So Eun dari tempat duduknya saat ini. Ia tidak bisa bergerak leluasa dengan keadaannya sekarang.

Gerakan kecil So Eun membuat Kim Bum jengah. Ia ingin sekali menghampiri So Eun tapi untuk saat ini tidak bisa. Ia harus menunggu sekertarisnya datang.

"Kim... Bum," gumam So Eun. Tatapan keduanya saling beradu namun Kim Bum tak kunjung mendekat.
Bahkan Kim Bum semakin gelisah duduk di tempatnya.

"Bum-ah," panggil So Eun membuat Kim Bum seperti cacing kepanasan. Dengan gerakan cepat Kim Bum mengambil dua buah bantal untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. So Eun menekuk alisnya saat melihat Kim Bum mendekat membawa dua buah bantal.

"Kamu kenapa?" tanya So Eun heran.

"Celana aku robek waktu manjat tembok rumah. Sekertarisku belum datang membelikan celana. Aku akan memecatnya kalau dalam waktu lima belas menit belum sampai," ucap Kim Bum geram.

Kedua sudut bibir So Eun tertarik ke atas. Ia bisa melihat Kim Bun yang tersiksa. So Eun ingin tertawa sekaligus prihatin pada Kim Bum. Tiba-tiba pintu ruang inap terbuka. Cepat- cepat Kim Bum kembali duduk di sofa dan menggunakan bantal sebagai penutup bagian bawahnya. Seorang perawat masuk membawa troli yang berisi banyak obat.

"Permisi saya mau memeriksa Nona Kim," ucap perawat itu ramah. Kim Bum mengangguk mempersilakan perawat itu bekerja.

"Nona terlihat lebih sehat. Wajahnya mulai merona. Pasti Anda bahagia ditemani suami sepanjang hari," ujar perawat itu sesekali melirik Kim Bum.

"Suami? Siapa?"

"Bukankah dia suami Nona?" Perawat itu menunjuk Kim Bum yang pura-pura membaca majalah.

"Oh? Dia bukan suami saya. Dia hanya--"

Kim Bum terbatuk cukup keras membuat ucapan So Eun terpotong. Perawat yang melihatnya hanya bisa mengulum senyum. Setelah mengganti cairan infuse So Eun perawat itu pun pergi. Selang beberapa menit seorang pria masuk ke dalam kamar menenteng paper bag yang cukup banyak.

"Tuan saya sudah membelikannya," ujarnya di depan Kim Bum.

"Kenapa lama sekali?"

Kim Bum mengambil celana barunya dengan kasar lalu mengusir pria itu pergi. Kim Bum lalu memandang So Eun yang sejak tadi menatapnya.

"Kamu mau lihat aku telanjang?" tanya Kim Bum membuat So Eun memalingkan wajahnya. Gadis itu menatap langit kamar inap sembari meraba perutnya. Tidak ada luka tapi rasa sakit itu nyata. So Eun tidak tahu apa yang telah terjadi padanya selama ini kenapa tubuhnya lemah saat bangun tidur?

Tiba-tiba Kim Bum sudah duduk di kursi samping ranjang pasien. So Eun perlahan menoleh menatap lekat wajah Kim Bum.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Harusnya aku yang bertanya sebenarnya apa yang terjadi padamu. Ponselmu tidak aktif. Kau tiba-tiba menghilang dan sulit ditemui. Aku sangat khawatir," ujar Kim Bum.

Apa mungkin itu hanya mimpi?

Kim Bum membantu So Eun untuk duduk. Sekujur tubuhnya terasa remuk tak bertenaga. Masih ingat jelas bagaimana kejadian yang ia alami saat tidur. Terlalu nyata kalau disebut mimpi.

"Berapa lama kita tidak bertemu?" tanya So Eun

"Satu bulan."

So Eun kaget mendengar apa yang Kim Bum katakan bahwa mereka tidak bertemu satu bulan. Kepala So Eun mulai berdenyut membuat ia meremas rambutnya kuat. Apa yang sebenarnya ia lakukan selama sebulan ini kenapa ia tidak mengingatnya?

Princess ChuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang