Warna jingga membungkus langit Seoul seiring raga mentari yang semakin menumbang di ufuk barat. Saat swastamita itu, angin menghembus syahdu. Kicauan sekawanan burung pun tak urung mengiring dengan sayap mengudara, membentuk formasi V.
"Salat maghrib berjamaah di Masjid Pusat Seoul, yuk, Yusuf-ie."
Suara Zahid, lelaki lajang berumur 36 tahun, membuyarkan lamunan Jaehwan yang tengah merebahkan tubuhnya di sleeper sofa di ruang tengah rumah bergaya industrial, menyebut Jaehwan menggunakan nama Yusuf--sebutan masa kecilnya sebelum debut bersama Dazzle, beralih dikenal dengan nama panggung Jaehwan.
"Salat di masjid?" Jaehwan mengangkat alisnya dengan tubuh masih terbaring miring di sleeper sofa. Kilatan matanya mengaura enggan ke arah adik ibunya yang sudah berdiri tepat di hadapan.
"Seorang idol, boleh saja 'kan salat berjamaah di masjid?" Suara Zahid menginterupsi. Kedua jemari tangannya sibuk mengancing kemeja putih yang tengah dikenakan.
Jawaban Zahid berhasil menohok Jaehwan hingga bungkam sesaat. Masgyul juga akan itu, perihal seolah-olah dirinya tak pernah salat di tempat bernama masjid yang kerap ramai jika waktu salat tiba.
Beringsut duduk. Bibir kenyal Jaehwan menjawab, "Baiklah, Wesamchon."
Gestur tubuh Zahid yang semula kaku, berubah ramah dengan senyum tipis di bibirnya sembari mengancing kemeja putihnya yang belum pula kelar.
"Kau bisa meminjam kemeja atau sweater-ku untuk mengganti pakaianmu itu," ucap Zahid lagi dengan netra sipitnya melirik ke arah kaos oblong Jaehwan.
"Celana jeans-nya juga. Kau bisa menggantinya dengan chino atau jeans-ku yang tidak bolong-bolong. Tinggal pilih saja. Ada beberapa celanaku yang lebih panjang dari yang biasa kupakai," lanjut Zahid setelah kelereng mata cokelatnya menyusur ke arah celana jeans Jaehwan yang bolong-bolong, tak luput menjelaskan jika punya ukuran panjang yang pas dengan kaki Jaehwan yang jelaslah lebih panjang darinya. Pasalnya, tinggi Jaehwan 185 cm, sedangkan dirinya hanya 177 cm.
Jaehwan terasa tertohok lagi perihal celana jeans yang dikenakannya memang tak memadai untuk melakukan salat, karena terdapat style dari ripped jeans-nya yang bolong di atas lutut, membuka auratnya.
"Baik, Wesamchon." Manut sudah.
Zahid segera enyah dari hadapan Jaehwan. Lalu keponakannya itu beringsut juga ke kamarnya untuk mengambil pakaian yang pantas digunakan untuk salat. Memilih hoodie warna putih tulang dengan celana jeans hitam.
Hanya sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil ke Masjid Pusat Seoul dari rumah Zahid. Langit mulai menghitam dengan suara adzan yang berkumandang syahdu oleh muadzin saat mereka berdua sampai.
Memang, jelaslah bukan kali pertamanya Jaehwan mendengar adzan. Ia sudah menjadi sosok muslim dari lahir karena ibunya menjadi mualaf saat dirinya dikandung 4 bulan. Menjadikan pada saat itu juga orang tuanya bercerai karena ayahnya yang tetap menjadi sosok Kristen Protestan. Dan jelaslah ia pula minimal selalu mendengar adzan setiap minggunya ketika dirinya berjamaah salat jumat. Namun, rasanya sekarang berbeda sekali, pasalnya jarang sekali dirinya salat berjamaah salat wajib di masjid, bahkan malah nyaris tak pernah setelah menjadi trainee, apalagi begitu debut menjadi idol.
Jaehwan meneguk ludahnya saat mengambil posisi masuk ke lantai dua, ruang khusus untuk jamaah laki-laki di Masjid Pusat Seoul. Netranya mengedar ke ruang luas di lantai dua dengan beberapa tiang tinggi terpatri, sajadah fasilitas dari masjid tergelar rapi, lalu lalang pejamaah yang mulai bersiap-siap mengambil posisi shaf dengan muka basah segar karena wudhu, sebagian duduk khidmat mendengar gema adzan dengan menggumam kalimat sahutan perbaitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
RomanceIdol K-Pop beragama Islam? Ahn Yusuf Jaehwan mampu bertahan dalam kekontrasan hidupnya. Namun, seiring dengan popularitasnya yang naik bersama boygrup Dazzle, membuat dia kerap lalai akan aturan agama. Hingga takdir mempertemukannya dengan Rosymin...