Jakun Jaehwan naik turun lagi. Sepasang netranya masih memejam dengan bagian vocal Sejoon yang baru diambil alih Bora.
'Sudah cukup semua ini. Aku sudah puas. Saatnya untuk benar-benar kembali,' ujar Jaehwan dalam batin.
Perlahan, gegap gempita keresahan dalam imajinya pudar. Kabut-kabut yang mengisi ruang lokatrayanya lesap. Terganti pendar terang menenangkan yang menulusupi kisi-kisi pikiran dan hatinya. Dadanya melonggar. Napasnya meringan. Berakhir membuka sepasang netra sipitnya, memamerkan kelereng mata cokelat jernih yang ia miliki.
Ini adalah konser terakhir Dazzle bersama Ray. Momen terakhir mereka sebelum kontrak dengan agensi habis sudah, lanjut ke karir personal yang sudah mereka berlima rencanakan. Dan momen kebersamaan terakhir bersama Ray kini jelaslah akan mereka manfaatkan sebaik mungkin; menunjukan performa terbaik mereka untuk terakhir kali, berterima kasih atas dukungan Ray yang terus memeluk mereka hingga titik terakhir.
Mereka berlima beringsut menaiki 2 kereta mini terbuka yang akan membawa mereka memutari sebagian bagan vanue paling bawah. Menyalami beberapa Ray yang beruntung. Sedangkan, kini Jaehwan hanya berdadah sembari menatap para Ray dari bagan terbawah hingga teratas vanue, tersenyum manis. Sorak sorai menyebut nama-nama mereka berlima terus memenuhi Tokyo Dome.
Jaehwan cukup menyesali, kenapa dulu dirinya mau mengikuti alur agensi untuk berbuat skinship pada para fans, alih-alih agar mereka loyal. Nyatanya, semua itu tidaklah benar, dengan seperti ini sekarang tanpa skinship, mereka tetap loyal dan tetap bisa menghargai dirinya, bahkan para Ray yang Muslim sangat mendukungnya dalam fase berhijrah perlahan-lahan ini. Iya, berhijrah perlahan-lahan, sudah setahun lebih Jaehwan mulai meninggalkan kebiasaan skinship pada seseorang yang bukan mahramnya.
Kini meninggalkan instrumen lagu Wish di penghujung lagu, lalu berganti lagu Thanks sebagai penutup konser. Sebuah lagu yang mengutarakan terima kasih dan cinta Dazzle untuk Ray.
Lagu Thanks cukup melow, hingga berhasil membuat mereka menangis berjamaah. Tangisan yang dominan akan momen sebuah perpisahan yang akhirnya tiba. Tentang sebuah ketakutan perihal kerinduan yang akan hadir di masa depan.
***
"Kalau aku .... Aku juga berniat solo karir dengan menyanyi, tetapi dengan tema lagu berbeda .... "
Dulu, itulah pengujaran Jaehwan saat mendapat giliran mengutarakan rencana tentang karirnya usai Dazzle dibubarkan--ketika kumpul di rumahnya, saat ada momen berbaikan dengan Jingmi, setelah makan malam dengan sate kambing. Bersolo karir, menjadi penyanyi dengan membawakan tema yang berbeda dari Dazzle; yaitu lebih condong ke religi, Islami.
Setelah kontrak Dazzle dengan agensi habis dan otomatis boygrup ini dibubarkan, mantan 5 member sudah mulai menggeluti karir mereka seperti yang direncakan jauh hari.
Sekitar 2 bulan lalu, Jaehwan merilis single album pertamanya; tema religi dengan genre R&B dan Soul. Mendapat sambutan hangat atas peluncuran album tersebut oleh Muslim minoritas Korsel, dan trending pertama di beberapa kanal musik di negara-negara Muslim. Sebagian Ray terutama yang Muslim juga tetap loyal mendukungnya.
Sebelumnya, Jaehwan sempat mengalami kegaulauan batin. Kegalauan batin antara tetap menjadi seorang penyanyi atau tidak. Dan lalu bagaimana dengan lagu-lagu, video-video, film-film yang pernah dibintangi, yang bisa dikatakan ... kurang atau tidak berfaedah, yang tidak bisa dirinya tarik begitu saja karena terikat beberapa pihak, yang bisa menjadi dosa jariyahnya. Ini meresahkan sekali, sangat meresahkan batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
RomanceIdol K-Pop beragama Islam? Ahn Yusuf Jaehwan mampu bertahan dalam kekontrasan hidupnya. Namun, seiring dengan popularitasnya yang naik bersama boygrup Dazzle, membuat dia kerap lalai akan aturan agama. Hingga takdir mempertemukannya dengan Rosymin...