Uzma menggeleng pelan. "Memang siapa Changyi?"
"Dia temanku."
"Oh, teman. Kukira siapa. Memang ada apa?"
"Tidak. Tidak ada apa-apa. Lupakan. Aku hanya bertanya, barangkali kau tahu. Mianhae, aku mengganggu fokus membacamu." Jaehwan tersenyum tipis.
"Tidak apa-apa. Hanya saja, kau menanyakannya dengan tatapan horor, tiba-tiba begitu. Aku jadi merinding," sahut Uzma dengan memberengut.
"Oh, mianhae." Raut muka Jaehwan berubah rikuh.
"Tidak apa-apa. Sudah. Tidur lagi."
Jaehwan mengangguk pelan, menurut. Segera membenahi posisi tidurnya, memejamkan mata lagi.
Uzma pun membaca novelnya lagi yang sedang seru-serunya. Namun, pikiran tetap teralihkan akan satu nama barusan yang dikatakan Jaehwan, Changyi. Yang ia tahu sosok bernama Tiongkok satu ini di Korsel adalah adik Jingmi yang telah meninggal sekitar lima tahu lalu.
'Apa yang bisa aku lakukan untuk orang mati, Yeobo?'
Mendadak pertanyaan Jaehwan akan ketakutannya beberapa saat lalu bertalu dalam kepala Uzma.
'Apakah yang dimaksud seseorang yang mati adalah Changyi, adik lelaki Jingmi Oppa?' Uzma mencoba menerka dalam benak. 'Lalu apa hubungannya dengan ....' Terka Uzma dalam benak itu mengambang, menoleh ke arah Jaehwan yang tertidur pulas, mendengkur halus.
'Ada apa denganmu, Yeobo? Apa kau membuat kesalahan di masa lalu kepada Changyi hingga ingin kembali ke masa itu? Memperbaiki keadaan agar tidak ketakutan dan gelisah. Apa maksudnya?'
Uzma banyak mengungkap asumsi dengan tanya dalam benak. Tak tersimpul apa-apa, hanya menuai keambiguan.
Masih menatap Jaehwan. Perlahan, tampak Uzma menggeleng dengan asumsi tak bersumber yang berkelebat di kepalanya, perihal Jaehwan mempunyai sebuah kesalahan di masa lalu atas kematian Changyi.
Kematian Changyi adalah karena bunuh diri. Terjun bebas dari atap sekolah menengah atasnya menginjak jam 12 malam, setelah semua siswa dan guru pulang. Penyebabnya, Uzma tidak tahu. Sesuai berita bela sungkawa untuk Jingmi yang dulu dibacanya saat masa itu di jejaring internet, tidak disebutkan apa penyebabnya Changyi nekat bunuh diri.
Saat Uzma semakin menerka-nerka lebih dalam dan tetap tidak menemukan hasil, alarm ponselnya berdering. Saatnya memposting konten selamat ulang tahun untuk Ray yang ke-8.
Uzma beringsut mematikan alarm ponsel setelah meletakkan novel Si Putih ke atas nakas. Beralih mengambil ponsel Jaehwan di samping novel yang ia letakkan barusan. Membuka akun Instagram Jaehwan. Bersegera memposting konten sesuai yang Jaehwan instruksikan.
'Selamat ulang tahun, Ray. Berbahagialah dan jaga selalu kesehatan kalian.'
***
Esoknya, tanpa Jaehwan tahu, Uzma mencari jejak Changyi. Lebih tepatnya ia mencari jejak Changyi di jejaring internet, lewat portal web Naver, perihal sebab bunuh diri adik lelaki Jingmi itu.
Kini Uzma bukanlah di rumah, melainkan di toko bunga miliknya. Biasanya tiga kali dalam seminggu, ia akan berkunjung, seperti sekarang di akhir pekan.
Uzma tampak duduk di sofa merah model klasik yang tersudut di pinggiran dinding toko bunganya yang bernuansa putih dan aksen keemasan, berkutat dengan dua jemari tangan di ponsel.
Toko bunganya sangat nyaman dengan desain klasik kontemporer, tersetetik akan warna-warni display aneka bunga yang ada, pula pernak-pernik yang berkaitan dengan rangkaian bunga di sekitarnya dalam pencahayaan lampu track. Nuansa ruangan yang sangat nyaman sekali memang, tapi tak berhasil membuat Uzma melenguh lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
RomanceIdol K-Pop beragama Islam? Ahn Yusuf Jaehwan mampu bertahan dalam kekontrasan hidupnya. Namun, seiring dengan popularitasnya yang naik bersama boygrup Dazzle, membuat dia kerap lalai akan aturan agama. Hingga takdir mempertemukannya dengan Rosymin...