Jaehwan tidak bisa dihubungi oleh Uzma. Ternyata, lelaki oriental ini sungguh serius menarik diri dari Uzma sejenak.
Uzma sangat murung. Namun, murungnya tidak bertahan lama tatkala Mecca menelepon beberapa saat kemudian.
Obrolan dengan Mecca pun mengalir deras, berhasil menghilangkan sejenak beban Uzma tentang Jaehwan. Mecca bercerita bahwa kemarin sore meriang; tubuhnya menggigil, pusing, hingga muntah-muntah, alhasil pulang.
"Meriangmu itu pasti merindukan kasih sayang, 'kan? Biasanya anak pondok mah gitu, meriang-nya karena rindu rumah, kalo pulang langsung sembuh tanpa harus diobatin juga," komentar Uzma. Terkikik.
"Hei! Aku beneran meriang, Kak. Aku dah berobat ke dokter, gejala tifus nih. Jangan ungkit masa lalu pas awal mondok deh. Pusing dikit langsung manja minta pulang, setelah sampai rumah langsung sembuh kayak nggak pernah sakit, karena dulu itu ya ... meriangnya memang merindukan kasih sayang Mama sama Bapak," sanggah Mecca.
"Sekarang aku udah kelas 3 MA. Ya gak kayak gitu lah," imbuh Mecca.
"Iya deh." Uzma menyempatkan menyesap latte panas.
Bukan menjawab, Mecca tertawa lepas.
"Kak Jae mana? Aku pengen ngomong sama Kak Jae-ku tersayang."
Mendengar Mecca menanyakan Jaehwan, wajah Uzma berubah keruh.
"Pasti Kak Jae lagi sibuk, nggak ada di rumah, ya?" selidik Mecca, "Padahal aku pengen ngobrol. Kangen banget ngobrol sama dia, abis orangnya asyik banget kalo diajak ngobrol."
Wajah Uzma semakin kusut. "Maaf, Kak Jae-mu lagi keluar rumah, Mecc."
"Yah ... Sayang banget. Padahal kangen." Mecca terkikik.
'Kakakmu ini juga kangen. Kangen banget malah,' sahut Uzma dalam benak. Kalut sendirian beberapa saat ke depan.
"Kak! Hoi! Ngelamun, ya?"
Uzma terlonjak kaget dengan berhasil membuat sebelah tangannya yang memegang cangkir latte bergetar, cairan cokelat latte-nya memercik ke bahan gamis yang dikenakan. Menjawab gugup, "Ng-nggak. Aku lagi minum kopi barusan!"
"Kukipir ngelamun."
"Nggak kok." Uzma memaksa untuk tertawa kecil. Menaruh cangkir latte-nya ke meja.
Mecca memilih diam menikmati tawa kakaknya.
"Mecc ...."
"Hmm?"
"Ceritin kakak sebuah kisah gih."
"Ceritain sebuah kisah? Apaan? Abu Nawas? Atau Si Kancil Nyolong Timun? Eh, atau cerita Mbak Kunti yang sebelom puasa kemarin nyurupin temen aku di pondok pas sandekala, serem banget tahu, Kak, tawanya itu loh, hikkss ... ngeri!"
"Hei! Jangan hantu dong! Jangan juga kancil atau Abu Nawas," cicit Uzma.
"Apa atuh? Soalnya yang lagi viral ya ini di pondok, si mbak kunti. Oh, iya, ada juga yang kemarin anak baru, baru sehari di pondok dah kesurupan jin nenek-nenek, mana raga yang disurupin dibanting-banting ke lantai dan--"
"Mecca! Jangan cerita horor napa!" interupsi Uzma, soalnya mulai merinding.
"Terserah aja, tapi jangan horor."
Mecca tertawa renyah mendengar Uzma mulai ketakutan.
"Oke, siap! Huh! Padahal stok cerita hororku buanyak," ledek Mecca, tertawa renyah lagi. "Tapi ya sudahlah. Aku mau ceritain yang lain aja. Cerita Mbah Mun, oke?"
Uzma mengganguk pelan seraya menjawab, "Okee ...."
***
Mecca membawakan kisah Mbah Mun, alias Mbah Ky. Maemun Zubair dari Sarang dengan seorang Istri yang sedang ingin cerai dengan suaminya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253387061-288-k542585.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
RomantizmIdol K-Pop beragama Islam? Ahn Yusuf Jaehwan mampu bertahan dalam kekontrasan hidupnya. Namun, seiring dengan popularitasnya yang naik bersama boygrup Dazzle, membuat dia kerap lalai akan aturan agama. Hingga takdir mempertemukannya dengan Rosymin...