Uzma tidur terpisah dengan Jaehwan. Di kamarnya kini, ia sedang meringkuk sendirian sembari menangis dalam diam, hingga membasahi bantal yang disandari kepalanya.
Entahlah, pikiran Uzma rumit sekali. Rumit di letak polah Jaehwan yang keluar batas terlalu jauh hingga berani menenggak arak. Aih, ini bulan puasa, saat orang lain justru berlomba-lomba dalam kebajikan di bulan penuh berkah, suaminya sendiri malah berlaku sebaliknya.
Uzma cukup merasa ditipu, pasalnya akhir-akhir ini gairah berubah Jaehwan menjadi lebih baik tampak signifikan. Selain salatnya yang sudah utuh, lelaki itu juga mulai menanggalkan pemakaian jeans bolong-bolongnya dan celana pendek tidak menutupi lutut ketika pergi keluar rumah. Ia cukup terharu dengan semua perubahan yang ada. Pun begitu dengan ibu mertuanya. Bahkan baru tadi sore Nyonya Noura berterimakasih kepadanya karena sedikit demi sedikit telah berhasil merubah Jaehwan menjadi lebih baik. Namun, apa sekarang?
Uzma menggigit bibir bawahnya. Menatap kosong langit-langit kamar. Beristighfar dalam benak.
Baru tadi sore dirinya merasa jemawa dengan diri sendiri akan pencapaian dan sanjungan Nyonya Noura. Sekarang pencapaian dan sanjungan itu remuk sudah, menyisakan jemawa yang memantul menyakitinya, membuih rasa malu teramat sangat, menghinggap asumsi bahwa dirinya bukanlah apa-apa untuk bisa mengubah dan memaksakan lelaki itu berubah, yang bisa hanyalah Dia semata.
Apa yang harus dikatakan kepada Nyonya Noura nanti, jika saja tahu laku Jaehwan tersebut? Nyonya Noura pasti akan kecewa sekali. Untung saja ibu mertuanya menginap di rumah Zahid, jika tidak, entahlah.
Tangis dalam diam Uzma kian pecah. Ia beringsut memosisikan tubuhnya menjadi miring. Menyeka air matanya sejenak.
Perasaannya kalang kabut sudah.
Pikiran Uzma semakin rumit lagi tatkala mengingat Jaehwan mengatakan jika tahu isi hatinya. Mengatakan bahwa lelah pura-pura tidak tahu tentang dirinya yang tidaklah mencintai lelaki itu, lelah pura-pura tidak tahu bahwa dirinya banyak terluka dalam pernikahan mereka ini.
Ya Allah, bagaimana Jaehwan bisa tahu? Apakah selama ini trik menyembunyikan perasaannya kurang hebat? Atau Jaehwanlah yang terlalu jeli membaca keadaan? Uzma pikir, ia sudah hebat sekali menjadi artis rumah tangganya ini dengan drama pura-pura baik-baik saja-nya, ternyata justru sebaliknya. Tapi sudahlah, buat apa percaya juga dengan omongan orang mabuk.
Sesaat kemudian, Uzma memilih untuk membuang pikiran-pikiran rumitnya mendapati waktu sudah menginjak dini hari. Berdoa sejenak untuk kemudian tidur.
***
Jaehwan cukup paham dengan apa yang tadi malam terjadi pada dirinya. Tadi malam dirinya cukup banyak meminum soju, tepatnya ia tidak paham berapa gelas karena sejauh yang dirinya ingat, Jingmi terus menuangkan soju lagi dan lagi saat gelas miliknya kosong, dan ia pun meminumnya lagi dan lagi. Ia merasakan euforia di pertama kalinya meminum alkohol, hingga banyak mengomel sendiri dan kemudian ia tidak ingat apa pun lagi.
Bangun tidur, masih di atas ranjangnya, Jaehwan menerka-nerka bagaimana kelanjutan dari tadi malam setelah banyak mengomel pada Jingmi. Bagaimana cara dirinya pulang tadi malam, apakah mengendarai mobil sendiri atau tidak, atau barangkali diantar Jee dan Bora, atau entahlah. Ia sungguh tidak bisa mengingat apa pun setelah sadar dari mabuknya, ia sungguh terjebak blackout. Dan yang paling dipenasarankan dirinya adalah bagaimana respon Uzma saat dirinya pulang dalam keadaan mabuk.
Jaehwan langsung merasa getir. Memejamkan netranya sesaat sembari berkeluh dalam benak, 'pasti Uzma sangat marah.'
Seketika, ia menjadi takut keluar kamar, belum siap bertemu Uzma. Ah, tapi tindakan ini pengecut sekali, seharusnya kini ia harus bergegas meminta maaf.
![](https://img.wattpad.com/cover/253387061-288-k542585.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontras
RomanceIdol K-Pop beragama Islam? Ahn Yusuf Jaehwan mampu bertahan dalam kekontrasan hidupnya. Namun, seiring dengan popularitasnya yang naik bersama boygrup Dazzle, membuat dia kerap lalai akan aturan agama. Hingga takdir mempertemukannya dengan Rosymin...