00. Prolog

2.6K 243 17
                                    

Di suatu waktu
Kau menangis dalam senyummu
Kau merindukanku
Mengingat fragmen kenangan bersamaku

Hatiku sakit untukmu
Aku payah tak bisa mengafeksimu
Bahkan hanya untuk mengatakan
Kalau perihnya akan segera reda

Aku tak bisa tenang
Aku ingin mendekapmu
Menahanmu agar tidak pergi lagi
Aku ingin bernapas di sampingmu
Sampai akhir masa ini

Ulurkan tanganmu
Genggam tanganku
Kembalilah kepadaku
Ikutlah denganku
Aku masih mencintaimu

Jaehwan, member boygroup Dazzle paling jangkung itu membawakan bagian rapp dengan gaya chopper totalitas dari lagu Wish sebagai penghujung tur konser Asia boygroup Dazzle yang digelar di Tokyo Dome, Bunkyo, Tokyo, Jepang. Bersama 150.000 fans yang menonton.

Jaehwan membuka matanya yang sempat memejam akibat sebuah pengkhayatan penuh dalam memainkan peran di akhir rapp. Napasnya memburu. Peluh mengucur membasahi area wajah dan lehernya, bahkan hingga badannya yang terbalut kaos oblong hitam pun tampak menempel basah.

Seiring dengan bagian vocal yang sudah diambil alih oleh Sejoon, Jaehwan menyeka peluh di jidat yang mengumpul dengan mengalihkan letak poni rambut orange pinkish-nya. Tak berselang lama, kedua netra sipitnya menyorot ke arah para fan di hadapannya yang tak kenal lelah mengapresiasi penampilan Dazzle dari dua jam yang hampir usai.

Sesaat kemudian, Jaehwan melambaikan sebelah tangan ke arah puluhan ribu fan di venue yang terlihat layaknya gemintang di semesta malam, berpendar perak efek dari lighstick yang tak jemu mereka junjung, termeriahkan oleh ragam hand banner. Tak luput, bibir kenyalnya membuat kurva hingga memamerkan lekuk kecil di sebelah pipinya.

Bermonoton laku itu. Meluas ke berbagai sisi untuk menjangkau para fan dari banyak sudut dengan iringan sepasang manik matanya yang mengedar dari bawah hingga bagan teratas venue. Jaehwan bahagia tiada banding mendapati wajah ceria mereka.

Para fan ini yang telah menjadi salah satu anugerah tak terkira dari kerja keras Jaehwan sebelas tahun lalu, saat pertama kali debut bersama empat member lain boygroup Dazzle. Para fan yang pula menjadi alasan kuatnya bertahan hingga kini setelah malang melintang ragam cobaan tertandang.

Dengan iringan lagu Wish yang terus bergulir tembang dengan nada sendu dari member lain, tibalah pada titik Jaehwan lebih memilih memejamkan netranya lagi, menyembunyikan binar dua manik mata cokelat muda jernih yang ia miliki. Beralih dalam proses pengkhayatan penuh imaji dalam ruang gelap tanpa kisi. Ruang gelap yang akhirnya bisa ia temukan secercah pendar terang akan buah kerja kerasnya menjadi sosok idol. Tentang impian yang telah tergapai. Tentang popularitas yang merambah dunia. Tentang anugerah para fan yang loyal.

Pun sama dari waktu ke waktu. Ketika pendar terang itu menyiluet dalam gelap imajinya, kepulan hitam lekat bak kabut asap datang layaknya kilat, melesapkan pendar terang yang ada dengan cepat. Merusak oasis dalam imajinya yang sempat menjadikan jemawa dalam sekejap.

Masih tetap memejamkan netra, Jaehwan meneguk ludahnya, jakunnya tampak turun perlahan.

Inilah titik di mana kejemawaan itu akhirnya berbuih menjadi sesuatu yang tak ada nilainya. Kabut asap yang melesapkan pendar terang itu, tak lain adalah wujud kecelaannya akan sebuah aturan agama yang telah banyak ia simpang. Jaehwan sungguh paham akan lakunya. Menjerat resah di tengah-tengah karirnya yang semakin melintang gemilang.

Jaehwan menghela napas lemah dengan imaji yang semakin berkabut. Dadanya sesak akan resah yang mendadak menyelimut. Ia lunglai. Ia ingin bisa menyirnakan kekontrasan yang ada dalam dirinya. Perihal karir yang menjadikan dirinya kerap lalai akan aturan agama. Perihal impian yang telah tergapai, tapi justru menjadikannya tenggelam dalam fatamorgana dunia.

Hati Jaehwan mengelegi. Ia sungguh ingin melepaskan kekontrasan yang menelisik ngeri. Mendekat ke arah-Nya lagi.

Allah. Robbul izzati.

_________________

KontrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang