16. Seleksi KOSAKA

72 13 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Syasya terbangun dari tidur, tubuhnya terasa lemah. Memaksakan diri untuk bangkit, Syasya bersandar di kepala ranjang. Gadis itu tersentak kaget saat melihat jarum jam menunjukan pukul 06.05.

Ini hari ketiga Syasya tidak pergi ke sekolah. Selama ini ia hanya berbaring dan beristirahat di kamar. Besok, Syasya akan kembali ke sekolah seperti biasa. Rasanya ia sudah sangat bosan jika harus bergelung terus dalam selimut.

Sore ini, Ivana dan Rendra akan pergi ke Pontianak lagi. Syasya iyakan saja karena merasa dirinya sudah membaik. Sekarang, kedua orang tuanya sedang sibuk bersiap-siap. Syasya meraih gawainya di atas nakas.

'Cih! Selama ini dia online tapi sama sekali gak ngabarin aku. Bahkan dia gak peduli sama keadaan hati aku yang kecewa karena nungguin dia di hari itu! Bener-bener egois!' umpat Syasya dalam hatinya.

Tentu saja Syasya sangat kesal dengan sikap Tuan Rembulan. Lelaki itu sangat tidak bertanggung jawab. Hal menyakitkannya malah Atha yang lebih peduli kepada Syasya, bukan Tuan Rembulan. Karena tak tahan, Syasya pun mengetikan sebuah pesan.

_____________________________________________________

Tuan Rembulan

Hey, kamu masih hidup? ||

06.15

_____________________________________________________

10 menit berlalu, namun tak juga ada balasan. Syasya semakin geram dibuatnya. Saat Syasya hendak melempar ponselnya, dengan cepat Rendra menahannya.

"Lho, kok mau dilempar?" tanya Rendra. Syasya hanya bisa menunduk.

"Udah simpen dulu, kamu harus banyak istirahat. Jangan mikirin yang lain dulu ya," tutur Rendra, membuat Syasya bergeming.

"Makan dulu, yuk. Biar Syasya bisa minum obat."

Gadis itu hanya mengangguk dan mengikuti Rendra menuju meja makan. Syasya merasa tidak nafsu makan, sedari tadi ia hanya mengaduk-aduk sendoknya di atas piring. Hal itu membuat Rendra dan Ivana bingung. Mereka hanya bisa saling memandang dan membiarkan Syasya diam dengan ribuan pikirannya.

"Permisi."

Ivana langsung berdiri dan meninggalkan meja makan. Seorang tamu yang cukup asing dalam penglihatannya berdiri di samping pintu. Dia tersenyum ramah.

"Sayang, itu ada temen kamu di luar," ujar Ivana, berhasil menyadarkan lamunan Syasya.

"Siapa, Ma?" tanya gadis itu.

"Gak tau, Mama belum nanya."

"Ya udah Syasya ke luar dulu ya."

Syasya pun melangkah ke luar rumah untuk melihat siapa yang datang.

Angkasa dan ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang